PULAU SABU DENGAN KELABBA MADJA-NYA SUDAH SANGAT SANGAT CANTIK TANPA HOAX 2019-06-19 00:00

Spot favorit di Kelabba Madja

 

Nama Pulau Sabu atau Sawu dan Kelabba Madja-nya saya kenal beberapa tahun lalu lewat tulisan seorang kontributor MyTrip yang belum sempat dimuat. Ada rasa penasaran tapi belum ada kesempatan untuk mengunjungi pulau kecil di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang ditetapkan menjadi Kabupaten Sabu Raijua bersama Pulau Raijua tahun 2008 ini.

 

Barulah setelah beberapa bulan lalu viral foto-foto spektakuler Kelabba Madja, saya yang memang telah merencanakan ke Pulau Sabu, makin mantap untuk ke sana. Saya ingin membuktikan sendiri seberapa cantik si Kelabba Madja ini. Soalnya gemes juga sih, di antara foto-foto yang viral itu terselip beberapa foto yang jelas-jelas bukan Kelabba Madja, melainkan tempat di China, Portugal atau bahkan Peru. Dan banyak yang sudah tertipu dengan sebaran setengah hoax itu.

 

Maka saat akhirnya saya dan teman-teman seperjalanan melihat dengan mata kepala sendiri tempat yang sudah kami impi-impikan itu, rasanya senang tak terperi. Waaaa... Memang cantiiiiik tempatnyaaaa..... Lega banget akhirnya bisa sampai, mengingat beberapa hari sebelumnya kami mendengar kabar angin kencang sedang melanda Laut Sawu dan Samudera Hindia di bagian selatan NTT, menyebabkan semua kapal penumpang dari Kupang ke Sabu tidak ada yang berangkat selama beberapa hari. Ngecek Susi Air juga ternyata sudah fully booked. Lemas mendengarnya, tapi hanya bisa pasrah.

 

Kelabba Madja memang benar-benar cantik, nggak perlu nyomot foto dari tempat lain deh!

 

Jodoh memang nggak ke mana. Tepat tanggal 9 Juni 2019, tanggal yang kami rencanakan untuk berangkat ke Pulau Sabu, KM Fungka Permata 09 ada jadwal berangkat pukul 20.00, dan akan tiba di Sabu esok harinya pukul 5 atau 6 pagi. Yeiyyyy..... Jadi sesuai rencana, Senin pagi kami sudah bisa eksplor Sabu. Saat itu kami belum memikirkan pulangnya naik apa. Yang jelas kami sudah membeli tiket pesawat Kupang-Jakarta tanggal 13 Juni dan memesan hotel di Kupang tanggal 12 Juni. Jadi harus tiba kembali di Kupang tanggal 12 Juni sore. Sekali lagi jodoh nggak ke mana, KM Express Cantika 77 berangkat dari Kupangnya malah tertunda sehari, jadi jadwal kapal cepat ini kembali dari Sabu ke Kupang persis tanggal 12 Juni, sesuai jadwal kami. Horeeee....

 

Baca juga: "Ke Pulau Timor NTT Belum Lengkap Kalau Belum ke Fatumnasi"

 

SABU MEMANG DIANUGERAHI ALAM YANG LUAR BIASA INDAH

Kembali ke cerita Pulau Sabu ya.... Pemandu kami, warga asli Sabu, Jeje namanya, sengaja nggak mengajak ke Kelabba Madja dulu di hari pertama. Biar klimaks nanti pas hari kedua (terakhir) ke Kelabba Madja. Nggak salah memang. Tapi jangan dulu menyangka selain Kelabba Madja, tempat lain di Sabu garing-garing saja.

 

Situs Gua Alam Lie Mabala di Desa Eimau Kecamatan Sabu Tengah Kabupaten Sabu Raijua sebagai tujuan pertama, langsung memincut hati kami. Masuk guanya dengan menuruni tangga kayu di mulut gua. Ruang guanya memanjang dan banyak lubang di atasnya. Cahaya pun leluasa masuk menerangi gua. Ada batu laksana menhir yang bisa dinaiki sebagai spot foto. Juga ada ranting pohon, dan batu mirip buaya di dinding gua, yang semuanya Instagrammable. Daaaan... batuan dinding guanya berlapis warna-warni, seperti Kelabba Madja! Masuk ke sini ada retribusi Rp10.000 per orang plus Rp5.000 untuk sewa selendang/ikat kepala. Dan jangan lupa masukkan donasi serelanya di 3 kotak yang disediakan.

 

Gua Lie Mabala, cukup terang karena banyak cahaya masuk

 

Dinding Gua Lie Mabala juga berwarna-warni

 

Pantai Rae Mea di Desa Loborai Kecamatan Sabu Timur, tujuan kedua kami juga nggak kalah memukau. Begitu sampai, kalian pasti merasa pantai ini biasa saja. Cuma halaman rumput dengan dua lopo, ada tulisan Rae Mea untuk latar foto dengan pemandangan laut biru di bawahnya. Tapi hihglight pantai ini memang bukan di situ. Berjalanlah ke kiri, kalian akan dapati hamparan cangkang-cangkang kima yang cukup besar. Disusun berkelompok-kelompok, cantik buat berfoto-foto. Itu doang? Eitss... Jangan berhenti di situ, tapi turunlah ke bawah, ke pantainya. Di situ kalian pasti langsung excited begitu melihat tebing pantainya ternyata berwarna-warni juga! Aaaah... ternyata selebar jagat Pulau Sabu ini bebatuannya memang warna-warni!! Bukan cuma di Kelabba Madja.

 

Hamparan cangkang kima di Pantai Rae Mea

 

Tebing Pantai Rae Mea, berkontur dan berwarna

 

Pantai Kepo, namanya unik ya... Saya sih mengartikannya, ke sini kudu kepo, jalan terus melewati lopo kedua, naik bukit atau memutar sedikit untuk mencapai sisi lain pantai yang lebih cantik daripada sisi pantai yang dekat lokasi parkir. Berfoto di atas hamparan batu-batu karang ke arah pantai di bawahnya sudah paling pol deh cakepnya. Ke pantai yang berada di Desa Halapadji Kecamatan Sabu Liae ini nggak ada tiket masuk, tapi ada warga lokal yang menghampiri dan meminta kita mengisi buku tamu. Mengisi buku tamu berarti kita diminta donasi. Berikan serelanya.

 

Pantai Kepo yang dekat lokasi parkir

 

Sisi lain Pantai Kepo yang kudu dikepoin

 

Bukit Ege dan Pantai Ege juga cuantik! Dari atas bukit yang bisa dicapai dengan mobil kita bisa melihat hamparan Pantai Ege di bawah. Formasi bukit-bukitnya mengingatkan saya pada Bukit Lendongara di Sumba.

 

Ini baru satu sisi cantik Bukit Ege

 

Kami berfoto-foto siluet di Pantai Ege

 

Bukit Lede Pemulu yang pemandangan ke sekitarnya tak terhalang hanya kami lewati karena kami mengejar sunset di Pantai Napae. Sayang, gumpalan awan cukup tebal, sehingga momen matahari pamitan dengan bumi tak bisa kami lihat dengan sempurna. Matahari merona bulat malah kami lihat sepanjang mobil kami turun dari Bukit Lede Pemulu.

 

Hari kedua barulah kami ke Kelabba Madja di Desa Wadumeddi Kecamatan Sabu Mesara (Hawu Mehara) di bagian barat Pulau Sabu. Dari Kota Seba (pusat keramaian di Sabu) berkendara ke sini 1,5 jam. Masuk ke sini sudah ada retribusinya. Per orang Rp10.000 ditambah sewa kain/selendang Rp10.000. Dari area parkir saja kita sudah bisa melihat hamparan lembah dan tebing-tebing batu berwarna-warni, cokelat, pink, kuning, kelabu kebiruan, putih, dengan selingan berupa hijau-hijau pepohonan. Di sisi kiri yang merupakan spot favorit terdapat jejeran batu menjulang yang berbentuk seperti jamur atau malah kepala tripod. Mengeksplor tempat ini bisa ke arah kiri untuk mencapai batu jamur yang ikonik itu. Atau kalau mau ke lembah di bawahnya, jalanlah ke arah kanan. Saat kami datang nggak ada pengunjung lain, cuaca juga cerah. Jadilah kami mengeksplornya sampai 3,5 jam! Padahal biasanya orang menghabiskan waktu satu jam saja di tempat yang laksana perpaduan Grand Canyon di AS, Cappadocia di Turki dan Yehliu Geopark di Taiwan ini.

 

Selamat datang di Kelabba Madja

 

Kelabba Madja, warna-warni batu diselingi hijau pepohonan

 

Batu mirip jamur atau kepala tripod di Kelabba Madja

 

Nggak jauh dari Kelabba Madja, 20 menit berkendara, di dekat Pantai Wadumeddi terdapatlah Bukit Salju. Hah?? Ada salju di tempat sepanas Pulau Sabu?? Haha, bukan kok. Namanya doang Bukit Salju, aslinya sih ini bukit kapur. Tapi saking putih mulus, terlihat seperti salju. Bukitnya mudah dinaiki, nggak lebih dari 5 menit untuk sampai di teras bukit, tempat kita bisa berfoto-foto. Mau naik lagi sampai ke atas juga bisa, agak memutar ke sebelah kanan.

 

Pura-pura kedinginan di Bukit Salju

 

Bagian atas Bukit Salju

 

Kami mengakhiri eksplorasi di Pulau Sabu dengan mendatangi Kampung Adat Namata. Suasananya terkesan mistis, dan memang ada beberapa larangan. Hamparan batu-batu hitam berbentuk bulat yang cukup besar di halaman kampung sungguh eksotis buat difoto apalagi di senja hari. Tapi ada dua batu di ujung paling kanan dan ujung paling kiri yang nggak boleh difoto. Kita juga bisa menyewa baju adat Sabu di sini untuk berfoto.

 

Kampung Namata yang eksotis dan mistis

 

Bentuk rumah adat di Kampung Namata

 

Ada banyak tempat lain di Pulau Sabu yang nggak sempat kami singgahi. Ada Gua Lie Madira, Pantai Bo’do, Bukit Ledeana, dan banyak lagi. Kalau mau puas harus 3 hari, tapi 2 hari saja seperti kami sudah sangat puas.

 

O ya, biasanya rombongan wisatawan dari Jakarta menginap di Hotel Rai Hawu di Kecamatan Sabu Tengah. Tapi kami memilih Penginapan Komang yang tak jauh dari Kota dan Pelabuhan Seba. Harga per malamnya Rp350.000, ada AC, kamar mandi bersih di dalam kamar, dapat sarapan dan air mineral. Pemiliknya juga sangat ramah. Suaminya orang Bali, istrinya asli Sabu.

 

Penginapan Komang

 

Untuk pemandu sekaligus supir yang bisa mengantar ke semua tempat di Pulau Sabu, silakan hubungi Jeje, putra asli Sabu, No. HP 082226867676, akun Instagramnya @jnrlavigne.

 

Baca juga: "Gunung Mutis, Nuansa The Hobbit Nan Mistis"

 

CARA KE PULAU SABU

Bisa dari Kota Kupang di Pulau Timor, Kota Ende di Pulau Flores, dan Kota Waingapu di Pulau Sumba. Ketiga kota ini dapat dijangkau penerbangan dari Jakarta. Hanya ke Kupang yang ada penerbangan langsung. Ke Ende dan Waingapu harus transit minimal sekali.

 

Dari Kupang ke Pulau Sabu ada pilihan 3 kapal, kapal ferry lambat dengan durasi 15-18 jam, KM Fungka Permata 09 & 10 dengan durasi 8-9 jam, dan kapal cepat Express Cantika 77 dengan durasi 4-5 jam. Dari Kupang juga ada pilihan naik Susi Air.

 

Pelabuhan Seba di Pulau Sabu

 

Dari Ende maupun Waingapu ada pilihan naik Susi Air maupun kapal ferry. 

 

Jadi, kapan kalian mau ke Sabu?

Teks & Foto: Mayawati NH
Comment
Abduh

Nah mantap, ini baru foto2nya tanpa hoax

2019-06-21
Tina Renata

Luarrrrr biasa cantiknyaaaa.... Jadi ingin ke sana

2019-06-20