Kopi dan cakue
Sungai Batanghari nampak membentang luas di bawah kami. Lebarnya mencapai 500 meter, dengan kapal-kapal tongkang pembawa barang melintas lalu-lalang, mengingatkan kita pada Sungai Huang Pu di Shanghai. Di atasnya ada jembatan Gentala Arasy, jembatan khusus pejalan kaki yang didesain agar warga bisa menikmati pemandangan sungai raksasa ini. Tempat kami parkir, di tepian sungai, namanya Ancol. Entah mengapa, nama tempat seeksotik ini kok sama dengan pantai di Jakarta!
Baca juga: “RM Gatot Jambi, Sedia Patin Tempoyak Sedap!”
Kali ini tujuan kami bukan untuk melihat sungai, melainkan untuk sarapan! Ya, di Kota Jambi banyak sekali kopitiam sebagai institusi makan pagi. Biasanya modelnya mirip seperti Kedai Kopi Tak Kie di Gloria: ruangan besar yang menyediakan kopi atau minuman, dengan kios-kios kecil yang memasak dan menyajikan makanan. Sistem ini sangat “bhineka tunggal ika” --pengunjung bisa duduk semeja makan halal dan non-halal, karena dapur serta piring sendoknya akan berbeda! Toh pesan kopinya sama bukan?
Bagian dalam Kopitiam Ancol Jambi
Di Ancol ada kopitiam baru yang ingin kami coba. Kopitiam Ancol. Kopitiam ini menempati bangunan kayu kuno yang dipugar kembali. Bangunannya 100% dari kayu, dengan banyak sekali jendela berdaun yang terbuka, siap menangkap semilir angin dari sungai sehingga dalamnya terasa sejuk. Kios-kios makanan berjajar di pinggir, suasana riuh rendah seperti umumnya kopitiam. Menarik!
Kopitiam Ancol dengan banyak jendela berdaun terbuka
Pesan apa? Kali ini saya pesan mie celor, sebuah hidangan khas di Jambi. Mie celor ini kuahnya kental berwarna abu-abu, mirip mie ongklok di Wonosobo. Hadir dengan mie besar-besar, irisan dadu daging sapi goreng, gorengan kulit pangsit, telur rebus, dan perkedel kentang. Aroma kuahnya khas, gurih dan kental, dengan tarikan rasa asin, cocok mendampingi mie tebal yang kenyal. Kuahnya yang panas langsung menghangatkan jiwa yang kesepian… jiah! Apalagi didampingi secangkir “Kopi O” khas kopitiam: kopi saring (biasanya) robusta hitam, yang gurih dan sedap, dalam cangkir coklat.
Mie Celor
Setelah “menikmati angin” di Kopitiam Ancol yang baru, kami kok kangen kopitiam lama. Maka kami pun meluncur ke Simpang Ahok, untuk sarapan (lagi) di salah satu kopitiam tertua di Kota Jambi, Kopitiam Popo. Di sini tempatnya lebih tradisional, namun lebih ramai! Ketika kami duduk, langsung tersaji setumpuk cakue yang sudah mengundang selera. Kali ini saya ingin memesan sarapan khas Sumatera: telur setengah matang!
Kopi di Kopitiam Popo
Kopi dan telur ayam kampung setengah matang
Telurnya ayam kampung, dengan tingkat kematangan sesuai selera. Pas hadir, duh, sempurna! Dua butir telur ayam kampung dengan kuning telur oranye, kematangan sempurna ala “medium rare” pada steak. Taburi merica lalu aduk, wow! Langsung aromanya meruap dan memberikan kejutan listrik bagi tubuh Anda untuk memulai hari. Saya di sini juga memesan nasi gemuk, sebuah sarapan khas Jambi. Nasi gemuk adalah istilah untuk nasi uduk, yang di sini hadir dengan kalio daging sapi, emping, sambal, dan telur rebus. Sederhana, namun mengenyangkan dan sedap rasanya! Belum lagi diselingi dengan cakue yang dicelup kopi pahit. Sedap!
Nasi gemuk Jambi
Kopitiam Popo masih memiliki banyak pilihan lain: ada mie celor, mie ayam, lontong sayur, dan martabak telur. Semuanya dengan harga sangat terjangkau! Dan jangan lupa, selalu ada pempek komplit yang tersedia: lenjer, keriting, dan selam. Pempek Selamat, yang terletak di wilayah Talang Banjar Kota Jambi, kini bekerja sama dengan Popo Kopitiam, sehingga kita bisa menikmati pempek dan kopi, serta es kacang merah yang dingin menggoda. Sedap! Yuk, sarapan di mana kita hari ini?
Aneka pempek di Pempek Selamat
Es kacang merah di Kopitiam Popo/Pempek Selamat
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.