Karnaval Dayak Pedalaman
Palangka Raya sempat digadang-gadang sebagai ibu kota baru menggantikan Jakarta. Tapi bukan karena itu bulan Mei ini, tepatnya tanggal 19-22 Mei 2017, ibu kota Kalimantan Tengah ini bakal ramai. Tapi karena ada satu festival budaya yang akan digelar, yakni Festival Budaya Isen Mulang. Setiap tahun festival ini diadakan di bulan Mei yang bertepatan dengan hari jadi Kota Palangka Raya. Jika Anda tertarik mengulik Budaya Dayak di bumi aslinya, datanglah ke festival yang tahun ini digelar di Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
APA ITU ISEN MULANG?
Acara ini menampilkan keanekaragaman Budaya Dayak pesisir dan pedalaman se-Kalimantan Tengah yang dikemas dalam bentuk karnaval dan sejumlah lomba berbasis budaya. Agenda tahunan ini telah tercatat dalam kalender pariwisata Indonesia. Isen Mulang sendiri berasal dari Bahasa Dayak Sangiang, salah satu Suku Dayak tertua di Kalteng. Artinya “pantang mundur”. Melambangkan kegagahberanian yang sudah menyatu dalam semangat kehidupan Suku Dayak. Juga menggambarkan semangat Palangka Raya dalam pembangunan.
RANGKAIAN ACARA
Festival ini diselenggarakan umumnya selama 4-6 hari. Ada sejumlah perlombaan tradisional yang diikuti oleh seluruh perwakilan kabupaten di provinsi ini.
Kesemarakan diawali dengan pawai budaya dengan kendaraan hias dilanjutkan dengan perlombaan yang digelar di beberapa lokasi. Umumnya berlangsung di lapangan terbuka kecuali yang memanfaatkan sungai sebagai arenanya dipusatkan di Sungai Kahayan.
Pawai kendaraan hias
Rangkaian acara berlangsung dari pagi hingga malam. Dikarenakan ada beberapa kegiatan yang harus dilangsungkan setelah matahari terbenam seperti Sepak Sawut (sepak bola api).
TIPS MEMOTRET
Festival ini sangat fotogenik. Tarian kolosal "Palangka Hadurut" yang dibawakan sekitar 100 penari yang mengawali pembukaan festival, misalnya. Sangat menarik untuk difoto terutama karena para penari mengenakan kostum berwarna mencolok dengan ornamen Dayak, lengkap dengan ikatan bulu burung di belakang kepala.
Tarian kolosal Palangka Hadurut
Dibutuhkan stamina yang prima untuk memotret seluruh rangkaian acara karena kita berada di bawah cuaca yang panas dan kering. Pandai-pandailah membagi waktu dan pahami jadwal acara serta jangan ragu bertanya pada panitia, karena bisa saja acara menari bersamaan dengan atraksi Sepak Sawut di sebelahnya.
Beragamnya kegiatan budaya juga membutuhkan peralatan memotret tertentu. Seperti Sepak Sawut yang minim pencahayaan. Untuk memotretnya, aturlah kamera dengan ISO tinggi. Jika memungkinkan gunakan bantuan flash karena untuk memotret aktivitas yang bergerak cepat juga diperlukan speed yang tinggi guna membuat obyek terlihat freeze (membeku). Bantuan cahaya tambahan akan membantu kemampuan kamera untuk menggunakan kecepatan rana tinggi. Usahakan selalu menggunakan mode manual.
Beberapa kegiatan juga mengharuskan Anda memotret dari jarak yang cukup jauh seperti lomba di atas air (perahu balap, jukung hias,dll) dan Manyipet (menyumpit). Pastikan bawa lensa dengan panjang fokal yang cukup (minimal 200 mm) untuk dapat merekam ekspresi pelakunya.
Usahkan selalu tiba lebih awal. Ini akan membantu Anda mendapatkan sudut pemotretan terbaik.
Gunakan beberapa filter seperti: CPL untuk membirukan langit, UV untuk melindung lensa dari sinar matahari dan debu. Jangan lupa bawa alat pembersih seperti blower dan tisu khusus pembersih lensa. Udara kota Palangka Raya yang panas dan cenderung berdebu membuat peralatan fotografi kita cepat kotor.
CARA KE PALANGKA RAYA
Nyaris semua maskapai utama melayani penerbangan Jakarta-Palangka Raya. Juga dari kota kota besar lain seperti Semarang dan Surabaya. Dari Bandara Tjilik Riwut ke pusat kota bisa dengan taksi bandara, hanya 15 menit. Kota ini sendiri relatif sepi dan kecil namun tertata sangat baik. Kalau mau menyaksikan festival ini disarankan memesan hotel jauh-jauh hari karena selama festival berlangsung kota ini dibanjiri banyak pendatang.
RANGKAIAN ATRAKSI DAN LOMBA
Lomba Tari Tradisional
Menampilkan dua macam tarian yaitu dari Dayak pedalaman yang bernuansa mistis dan biasanya menggunakan senjata tajam sejenis mandau, juga ada api serta pekikan. Satunya lagi tarian Dayak pesisir yang gerakannya mengandung unsur Melayu dan Islam.
Tarian Dayak pedalaman
Lomba Karungut
Karungut dikenal sebagai pantun yang dilagukan, namun syair-syairnya berisi pesan kebajikan, legenda, nasihat, dan teguran.
Lomba Mangenta
Mangenta: membuat kenta. “Kenta” adalah beras ketan yang diolah melewati beberapa proses hingga bentuknya pipih. Dulu sering dibuat nenek moyang Dayak sebagai ungkapan rasa syukur usai panen. Kenta dihidangkan bersama air kelapa, gula pasir, gula merah, dan potongan kelapa muda.
Lomba Pakasak Lamang
Pakasak lamang, atau biasa disebut Malamang, bahan dasarnya hampir sama dengan kenta yaitu beras ketan putih, namun proses pembuatannya beda. Malamang berasal dari kata lamang atau lemang, yaitu penganan dari ketan yang dimasak bersama santan dan dikemas dalam bambu.
Lomba Pakasak Panginan Tradisional
Lomba memasak yang digelar tak hanya Mangenta dan Malamang, namun ada juga lomba memasak aneka kue dan makanan tradisional khas Palangka Raya.
Lomba Mangaruhi Iwak
Mangaruhi Iwak artinya menangkap ikan di rawa yang keruh dengan menggunakan tangan kosong. Para peserta terdiri dari 3 orang dalam satu kelompok. Kebayang serunya ‘kan? Para peserta bergelimang lumpur,dan mereka menunjukkan ekspresi geli apabila tersentuh oleh ikan.
Lomba Sepak Sawut
Sepak bola api. Bolanya terbuat dari bongkahan sabuk kelapa tua yang telah kering dan direndam di minyak tanah, kemudian dibakar. Biasanya dimainkan pada malam hari, sehingga api terlihat dengan jelas. Peraturannya hampir sama dengan permainan sepak bola pada umumnya, hanya saja 1 tim terdiri dari 5 orang, pemain tidak menggunakan alas kaki, hanya berlangsung 2 x 10 menit. Untuk menghindari panas biasanya mereka mengoleskan odol pada kaki.
Lomba Jukung Hias
Para peserta mengadu kreativitasnya dalam menghias perahu tradisional. Lomba diadakan di Sungai Kahayan.
Lomba Balogo
Jenis permainan tradisional yang melombakan ketangkasan membidik keping tempurung menggunakan lontaran keping tempurung juga yang biasanya dibentuk segitiga. Biasanya 1 tim terdiri dari 3 orang. Tiga keping tempurung ditancapkan di tanah, masing-masing berjarak sekitar 15 m, 20 m, dan 25 m dari garis awal.
Tiga pemain jongkok di garis awal. Sebilah bambu biasa disebut panapak atau campa berukuran 50-an cm ditegakkan di dekat peluru lontar yang juga terbuat dari keping tempurung. Pemain harus menjentikkan ujung bawah bambu sehingga melontarkan peluru tempurung mengenai sasaran.
Lomba Besei Kambei
Lomba mengadu kekuatan dengan mendayung jukung dengan arah berlawanan. Jadi seperti tarik tambang tapi tanpa tali. Juga diadakan di Sungai Kahayan.
Lomba Bagasing
Gasing dibuat dari bahan kayu. Cara memainkannya, tali dililitkan pada gasing dan dilepaskan hingga berputar, dan peserta yang yang mampu membuat gasing berputar paling lama berhak menjadi pemenang.
Lomba Manyipet
Manyipet dikenal pula dengan sebutan menyumpit. Di Kalimantan zaman dulu sumpit digunakan untuk berperang maupun berburu di hutan. Namun kini sering dijadikan olah raga tradisional. Satu tim biasanya terdiri dari 3 orang. Masing-masing harus membidik satu rambahan atau sepuluh anak sumpit (damek) ke sasaran yang berjarak 15 m. Sasarannya dibuat dari gabus yang dibuat menyerupai binatang dan diberi lingkaran tengah.
Lomba Fotografi
Mulai tahun 2013 Festival Isen Mulang mengadakan lomba fotografi, sebagai pemacu masyarakat untuk mengabadikan setiap momen menarik.