Golden Rock di Kyaiktiyo, melawan gravitasi?
Myanmar menyebut negaranya The Golden Land. Kalau kita mengunjungi Shwedagon Pagoda di Yangon dan Golden Rock di Kyaiktiyo, kita jadi mafhum kenapa mereka mengklaim sebagai “tanah emas”. Dan ada apa lagi yang menarik dan unik di Myanmar?
SHWEDAGON PAGODA
Banyak yang tahu Shwedagon Pagoda yang berlapis emas adalah landmark Yangon, yang pernah menjadi ibu kota Myanmar. Tapi tahukah Anda, ada satu sudut di halaman luas Shwedagon yang memungkinkan kita melihat perubahan warna berlian di puncak pagoda utama setiap kali kita bergeser ke belakang? Pertama kita akan melihat warna hijau, berturut-turut kemudian biru, kuning, oranye dan merah. Jadi kalau ke Shwedagon Pagoda minta antar pemandu lokal ke lokasi ini ya!
Shwedagon Pagoda bersinar menjelang malam hari
GOLDEN ROCK KYAIKTIYO
Selain Shwedagon, Myanmar juga punya satu must-visit place lainnya. Golden Rock di puncak Gunung Kyaiktiyo (baca: Chaiktiyo) yang terletak 210 km dari Kota Yangon dan berada pada ketinggian 1.100 mdpl. Adalah pagoda kecil setinggi 7,3 m yang diletakkan di atas sebongkah batu besar setinggi 7,6 m. Istimewanya, batu besar berlapis emas ini nangkring di pinggiran tebing, nggak jatuh, seolah melawan gravitasi bumi.
Pagoda ini sudah begitu adanya sejak 2.600 tahun lalu. Dipercaya pagoda ini menyimpan relik rambut Buddha. Nggak heran kalau tempat ini menjadi kunjungan ziarah wajib bagi umat Buddha Myanmar. Untuk mencapai Golden Rock memang dibutuhkan usaha yang nggak ringan. Kita harus naik truk dari basecamp di Desa Kinpun selama sekitar 1 jam. Nggak ada kendaraan pribadi yang boleh masuk karena jalannya memang menanjak, berkelok-kelok dan sempit. Dari tempat kita turun truk masih harus jalan kaki lagi sekitar 5 menit. Saat malam Golden Rock bermandikan cahaya lampu. Indah sempurna! Semua jerih payah untuk sampai sana kebayar banget kok!
Siapa pun yang melihat Golden Rock di Kyaiktiyo pasti takjub
Baca juga: "Aneka Tips Berguna untuk Eksplor Myanmar"
U BEIN’S BRIDGE
Di mana terdapat jembatan kayu terpanjang di dunia? Di Myanmar, tepatnya di Amarapura, salah satu kota kuno dekat Kota Mandalay. Namanya U Bein’s Bridge. Panjangnya 1,2 km dan melengkung membelah Danau Taungthaman. Umurnya udah 200-an tahun lho, dan masih kokoh hingga kini, masih dipakai penduduk setempat berlalu-lalang dengan jalan kaki maupun naik sepeda.
U Bein’s Bridge, panjang dan masih kokoh
Saat terbaik berkunjung sebelum sunrise atau menjelang sunset. Biasanya turis menyewa perahu kayu bagi dua orang untuk mendapatkan pemandangan sunset berlatarkan jembatan. Banyak juga anak-anak lokal yang mencebur-ceburkan diri ke danau berair tenang ini.
Sewa perahu menikmati senja di sekitar U Bein’s Bridge
Remaja lokal beraksi melompat dari U Bein’s Bridge
Baca juga: "Itinerary Myanmar (Yangon-Mandalay-Bagan) 9 Hari"
NANGKRING DI ATAS ANGKUTAN UMUM
Di Myanmar kendaraan berjalan di lajur kanan tapi mayoritas mobilnya mempunyai setir di kanan juga. Katanya, sejak 1972 peraturan diubah karena alasan astrologi, tapi mobil-mobil lama ataupun mobil bekas yang masuk ke Myanmar tetap bersetir kanan dan kebanyakan mereka nggak punya cukup dana untuk mengubahnya. Dengan peraturan seperti itu, ribet banget deh setiap kali mau nyalip. Selain itu, di Myanmar seperti juga di Kamboja, kita sering melihat pemandangan penumpang nangkring di atas kap mobil, bhiksu sekalipun!
Bhiksu pun menumpang di kap mobil
ADA BATIK DI MYANMAR
Batik Indonesia terkenal lho di Myanmar. Di beberapa pasar tradisional di Yangon, Mandalay, Bagan MyTrip menemukan batik dijual. Begitu juga di salah satu supercenter di Yangon. Bahkan beberapa orang wanita di Inle Lake bilang kain batik Indonesia adalah favorit mereka. Jualan batik yuk ke Myanmar!
Ayo jualan batik ke Myanmar. Laku lho!