KESIALAN SAAT TRIP YANG MENYISAKAN “PR”. PERNAH MENGALAMINYA? 2017-10-04 00:00

Medan berat di Ladakh diganjar dengan pemandangan spektakuler

 

Saya sebenarnya lebih suka menyebutnya kekurangberuntungan, tapi ya lebih singkat kalau disebut kesialan. Beberapa kali saya mengalami kesialan saat trip yang mengakibatkan rencana berantakan, ada objek-objek impian yang terpaksa nggak bisa didatangi. Dan uniknya, saya mengalaminya dengan teman trip yang sama beberapa orang.

 

Namun saya tetap merasa beruntung karena kesialan yang kami alami hanya sekadar menyisakan PR kunjungan ke beberapa tempat. Amit-amit, jangan sampai mengalami hal-hal buruk yang fatal. Makanya segala kesialan ini saya kenang dengan senyuman, bukan dengan ratapan. Masih ada hari esok untuk menuntaskannya.

 

LADAKH, INDIA

Menunggu, tetap dibawa senyum

 

Perjalanan ke Ladakh Juli 2015 yang telah kami rencanakan dengan sangat matang akhirnya harus rela dikacaukan oleh gangguan alam. Dimulai dari cobaan di pagi yang cerah hari pertama, kami tak bisa melanjutkan perjalanan darat dari Srinagar ke Kargil karena jalanan tertutup longsor. Esoknya kami baru bisa melanjutkan perjalanan, itu pun harus ganti rute: lewat udara ke Jammu, baru lanjut darat lagi ke Manali. Dari Manali kami lanjut naik minivan lagi ke Sarchu dan harus menginap di penginapan apa adanya karena berbahaya melanjutkan perjalanan malam hari di tengah hujan deras.

 

Longsoran lumpur tebal

 

Esoknya halangan menghadang lagi bertubi-tubi: mulai dari longsoran lumpur tebal yang menghalangi jalan, lalu longsoran bebatuan masif yang membuat antrean sangat panjang karena kami semua harus menunggu alat berat mengeruknya, dan klimaksnya adalah jembatan putus karena tersapu air. Mobil nggak bisa lewat, dan perbaikan jembatan akan memakan waktu berhari-hari. So?

 

Jembatan putus tersapu air

 

Akhirnya kami memutuskan menyeberang jalan kaki melewati jembatan lama yang tinggal rangka dan ganti minivan di seberang. Belum 30 menit berangkat, di tengah jalan sepi di pegunungan, ban mobil kempes. Untung sang sopir sigap mengganti, tapi tentu perjalanan jadi terhambat sampai Leh, ibu kota Ladakh, tujuan kami.

 

Kami terpaksa menyeberangi jembatan usang yang tinggal rangka

 

Pemandu memindahkan koper kami satu demi satu dengan melewati jembatan

 

Ban mobil kempes pula

 

Tapi kesialan ternyata belum bosan menguji kami. Baru satu hari di Leh, ada berita esoknya bakal ada silent demo, semua alat transportasi dan perangkat wisata mogok kerja, begitupun resto dan kafe tutup. Terpaksa kami hanya jalan kaki putar-putar Leh. Jadi 8 hari trip (termasuk kedatangan dan kepulangan) banyak kami habiskan di perjalanan. Untung pemandangan sepanjang jalan cakep. Ekskursi satu-satunya yang bisa dilakukan hanya ke Pangong Tso. Trip ini pun pada akhirnya menyisakan Nubra Valley dan Tso Moriri... menjadi daftar PR kami yang entah kapan bisa dituntaskan.

 

Akhirnya kami sampai di Pangong Tso

 

DESA ADAT TAMKESI, TIMOR TENGAH UTARA, NTT

Kami sudah setengah jalan lebih untuk mencapai desa adat penuh cerita mistis di Kabupaten Timor Tengah Utara Pulau Timor ini, awal Mei 2016. Pemandangan spektakuler Gunung Sonmapole di kejauhan dan lembah-lembah luas yang mengampar sepanjang perjalanan membuat kami betah melempar pandangan keluar jendela mobil. Tapi apa lacur, mendung sudah menggelayut. Supir kami tak berani melanjutkan perjalanan karena jalanan berupa tanah sempit turun naik dan lika-liku itu akan membenamkan ban mobil jika becek kena hujan.

 

Pemandangan sepanjang jalan keren

 

Mendung sudah menggelayut

 

Terpaksa kami putar balik, maksud hati supaya bisa segera mencapai jalan utama. Sial, hujan nggak sabar menyapa tanah. Dan mobil kami pun terjebak lumpur. Jadi, sudahlah gagal ke Tamkesi, kami harus pula mendekam di dalam mobil di tengah hujan deras in the middle of nowhere, menunggu bala bantuan datang untuk menarik mobil kami keluar dari lumpur. Masih penasaran dengan desa adat yang sempat membuat kami mengkerut ketakutan mendengar pantangan-pantangannya ini? Tentu saja!

 

Mobil kami terjebak lumpur dan selip

 

PANTAI WALAKIRI, SUMBA

Dari sekian objek wisata yang dimasukkan ke dalam itinerary dalam perjalanan kami ke Sumba Mei 2016, Pantai Walakiri mendapat highlight yang lebih tebal. Foto-foto sunset di antara bayangan deretan pohon bakau di pantai ini yang kami lihat di Instagram begitu menyihir kami sekian lama. Sudah terbayang-bayang betapa magis momen matahari pamit dari bumi di pantai itu.

 

Rencana boleh rencana, tapi kenyataan harus dihadapi lain. Mobil kami nyasar berulang-ulang, nggak nemu-nemu jalan ke arah pantai, padahal sudah beberapa kali mencoba dan bertanya. Sudah kesorean, akhirnya kami menyerah. Balik ke hotel gigit jari. Sunset Walakiri tinggal kenangan. Untung sehari sebelumnya dapat sunset cantik di Puru Kambera. Mmm... semoga saya cukup beruntung bisa mampir ke sana dalam  Sumba Trip November 2017 nanti.

 

Bersyukur sehari sebelumnya dapat sunset cantik di Puru Kambera

 

PANTAI PENGOLONG, LOMBOK

Sudah dua kali saya mencoba ke Pantai Pengolong bersama rombongan yang berbeda (yang sama hanya kakak saya). Yang pertama Agustus 2016, memanfaatkan waktu satu hari setelah turun dari Gunung Rinjani. Kami sudah menyewa mobil dan sudah menyampaikan rencana kami untuk ke pantai tersebut. Sayangnya, karena pantainya belum populer, supir kami yang tidak tahu jalan ke sana berusaha bertanya di sekitaran pesisir selatan Lombok, tapi penduduk lokal nggak ada yang tahu juga. Nggak mau ngotot, kami pun melipir ke Pantai Mawun.

 

Percobaan kedua Agustus 2017, sehari usai turun dari Bukit Pergasingan. Kami sudah membawa pemandu yang memang tahu pantai itu dan dari dialah saya tahu pantai itu. Karena punya waktu seharian, kami memutuskan ke Taman Wisata Alam Gunung Tunak dulu. Ndilalah, mobil Hiace kami nggak bisa masuk ke kawasan itu, jadi kami jalan kaki sambung naik truk. Tempatnya indah dan luas, kami pun kelamaan di sana, dan lama pula dijemput truk. Akhirnya kesorean.... Kami nggak ngotot, jadi melipirlah ke Bukti Merese. Terhibur, dapat sunset cantik. Tapi tetap penasaran dengan Pantai Pengolong...

 

 

Sebenarnya ada satu kejadian epik lainnya yang terjadi pada rombongan saya Agustus 2016 dan menyisakan satu tempat yang gagal disinggahi: Segara Anak di Gunung Rinjani. Gunung Baru Jari (anak Rinjani) yang tiba-tiba meletus dan membuat kami kocar-kacir di gigiran gunung (baca ceritanya di sini) akhirnya menggagalkan kami turun ke Segara Anak. Saya sendiri sih sudah pernah ke Segara Anak 6 tahun sebelumnya, tapi mayoritas teman-teman serombongan saat itu belum pernah ke sana. Jadilah Segara Anak PR buat mereka.

 

Segara Anak, Rinjani, Lombok

 

Kalau kamu, kesialan macam apa yang pernah kamu alami? Bagi-bagi ceritanya di kolom komen ya....

Teks: Mayawati NH Foto: Angguli Malananda, Mayawati NH, Nuno, Priyo Tri Handoyo, Ubbun Trekking Guide
Comment