Sate babi dengan saus chimicurri dan saus Saro Bali di Warung Saro
Satu lagi permata ngumpet di Sanur Bali! Saya mendengar cerita mengenai Chef Anom (Ida Bagus Anom Artha Lingga) hanya sepotong-sepotong karena ayah dan pamannya sedang ngomongin beliau di Warung Saro, restoran tempatnya berkreasi, dalam Bahasa Bali. Sambil menebak-nebak, saya menduga yang namanya Chef Anom ini pastilah seorang berintelektualitas tinggi, gayanya nyeleneh, serta juga hobi dan jago masak! Saking hobinya, sampai beliau buka restoran yang dinamai Warung Saro. Ah, masak sih jago masak? Yuk, kita cicipi!
Warung Saro
Dari akun Instagramnya sudah terlihat kalau Warung Saro sangat mementingkan estetika. Begitu pula yang dirasakan ketika masuk melalui pintu khas Bali kuno dari baru koral: ruangan terbuka dengan angin sepoi-sepoi, meja-kursi kayu tertata rapi, dan ketenangan khas rumah tradisional Bali. Kami memilih satu sudut dan duduk di meja kayu besar. Waktunya pesan! Dari foto Instagram saya sudah penasaran: tahu tim!
Baca juga: “Ensiklopedi Rujak Bali: Dari Sanur Sampai Singaraja”
Tahu tim adalah bukti sederhana “nakal”-nya ide Chef Anom. Sebenarnya hidangannya sangat sederhana: tahu sutra berbentuk persegi yang diiris tipis. Biasa hidangan ini disebut Tahu Seribu Lapis dengan kuah gurih (kecap asin atau shoyu) dan bubuhan sayuran. Di sini tahunya disiram saus dengan minyak wijen, lalu diberi saus rempah hijau dengan aroma basil. Wow! Sebuah paduan rasa baru, dengan rasa mirip oregano ala Italia dan tahu ala Tiongkok. Menarik!
Tahu tim
Kemudian, ada kejutan lainnya. Nama hidangannya Pork Rib Noodles, tapi ini B3 alias Bukan Bakmi Biasa! Iga babinya bukan ala Tiongkok dengan warna putih, tetapi dagingnya kecoklatan dan gurih rasanya, tetap lembut teksturnya. Kuahnya kaldu bening, dengan lemon grass, daun bawang, dan daun basil yang melimpah. Ketika dicicipi, mirip kuah pho ala Vietnam, tapi bukan! Kuahnya lebih berempah, mienya mie beras lembut, padanan kuah dan dagingnya sangat cocok meskipun merupakan kreasi baru. Paduan rasanya mirip kuah pho Vietnam tetapi dengan iga babi ala Sup Brenebon Manado. Unik!
Pork Rib Noodles, Bukan Bakmi Biasa!
Kemudian satu hidangan lagi yang tak kalah ciamik: sup iga babi. Sekilas saya mengenali hidangan ini mirip “steamed pork ribs” di dim sum ala Hongkong. Tapi, ada yang beda: dagingnya coklat, bukan putih, dan lebih gurih rasanya. Kemudian, saya cicipi kuahnya. Wah, menarik! Ada star anise, mirip dengan “five spices” alias bumbu go-hiong ala Hongkong, tetapi lebih berempah karena digabung dengan unsur Bali. Dagingnya empuk, kuahnya sedap, dengan bubuhan minyak wijen dan daun basil. Disantap dengan nasi panas, mantap! Paduan rasa antara dim sum ala Hongkong dengan sup balung ala Babi Guling Bu Dayu di Kuta. Asyik!
Sup iga babi
Hidangan lainnya juga sangat menarik. Saya terkejut menemukan perkedel tempe, karena jarang sekali ada tempe di kuliner Bali. Ini chef orang Bali, tinggal betul-betul di jantungnya Sanur, apa bisa mengolah tempe? Ternyata, yang tersaji luar biasa. Sebenarnya sederhana saja, adonan tempe yang dibumbui dan digoreng seperti mendol ala Malang. Tetapi ini bentuknya rapi sekali, dengan tekstur sangat lembut dan rasa yang gurih sedap. Lalu, seolah belum cukup puas, Chef Anom iseng membubuhkan sejumput saus hijau chimicurri di atasnya. Meskipun disediakan cocolan lain untuk rasa asam-pedas, saya tidak memerlukannya. Rasa saus hijau dan tempenya saja sudah enak! Paduan rasa antara chimicurri Argentina dan mendol Malang. Uapik tenan!
Perkedel tempe dengan saus hijau chimicurri di atasnya dan cocolan asam-pedas
Cantiknya tekstur perkedel tempe
Kami juga memesan sate babi (ada sate ayam juga) yang hadir dengan cantik ditemani dua jenis saus sebagai padanannya. Pilihannya: sambal terasi, bumbu kacang, saus Saro ala Bali, dan chimicurri. Yang disebut “chimicurri” ini sebenarnya tidak standar, karena biasanya terdiri dari cacahan kasar rempah daun dan siraman cuka, tetapi ini diblender dengan konsistensi kental. Unik! Saus Saro hadir dengan bubuhan irisan daun bawang --nggak Bali banget-- tapi racikan sausnya rempah Bali, dan herannya ketika dicampur menjadi menarik rasanya karena rempah yang disajikan dalam minyak cenderung gurih kuat, berpadu cantik dengan segarnya daun bawang yang menambah top-note pada rasanya. Kami juga memesan urap khas Bali, sebuah hidangan yang menyegarkan dengan bubuhan wijen --bukan standar Bali juga, tapi enak! Lalu sebagai dessert kami memesan pisang goreng yang hadir dengan taburan gula kelapa yang ludes dengan cepat.
Urap khas Bali
Pisang goreng
Sanur memang menyimpan banyak kejutan di balik sudut-sudutnya yang nampak sepi. Ada Men Runtu, ada Bucu, dan sekarang ada lagi Warung Saro! Sebuah kuliner eksperimental yang menyajikan hidangan yang sederhana, namun tidak biasa, tapi cocok! Bukan fusion yang hanya cantik bentuknya, tapi paduan rasanya serasi menghadirkan satu citarasa baru. Bukan rasa Bali, bukan rasa Hongkong, juga bukan rasa Malang, tapi inilah rasa Saro!
Silakan dicicipi kalau mampir ke Sanur!
Baca juga: “Bertemu Mice Gadang di Bucu Sanur”
Warung Saro
Jl. Danau Tandakan No. 10
Sindhu, Sanur, Bali
IG: @warung.saro
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.