TOMBO KANGEN KARTO TEMBEL 2020-11-01 12:00

 

Senajan wektumu mung sedhela

Kanggo tombo kangen jroning dodo

Sewu Kutho, Didi Kempot

 

Ayam Goreng Karto Tembel merupakan salah satu penemuan riset buku 100 Mak Nyus Joglosemar yang paling fenomenal. Almarhum Pak Bondan “Mak Nyus” Winarno mendengarnya dari Pak Joko Widodo, saat beliau menjabat sebagai Walikota Solo. Lokasinya agak jauh di luar kota Solo, dan ketika kami berdua berdiri di tepi Jalan Jaksa Agung Suprapto, saya sempat tertegun. Jalan desa yang di tepinya dibatasi pohon tinggi, angin semilir, serta sawah-sawah dan rumah pedesaan, mengingatkan saya pada cerita-cerita pendek Umar Kayam.

 

Sebagai anak Bandung, saya cukup skeptis dengan “ayam goreng Jawa”. Maklum, Bandung adalah gudangnya ayam goreng ala Sunda yang sedap nian. Ketika masuk, rumah makan yang sederhana namun luas ini menyapa dengan gaya khas Jateng: interior kayu, agak gelap, dengan atap tinggi. 

 

Baca juga:"Pekalongan, Kota Sejuta Citarasa"

 

Ketika ayam disajikan, saya kaget. Karena penampakannya sangat mirip dengan “ayam goreng lalapan” ala Sunda! Namun, banyak detail yang sangat berbeda: kecambah, mentimun, kacang panjang, dan daun kemangi, tersaji sebagai lalapannya. Wow, mana ada lalapan Sunda dengan kecambah? Lalu ada dua macam sambal yang disajikan: berwarna hitam dan berwarna merah. Astaga, apa lagi ini?

 

 

Sambal hitam itu adalah kunci dari kelezatan ayam goreng Mbah Karto Tembel: blondo, atau galendo (Jawa Barat). Blondo adalah ampas pembuatan minyak kelapa. Kelapa tua diparut lalu santannya dimasak sampai beberapa jam, sampai airnya menguap dan tersisa minyak dan ampasnya. Jika minyaknya diambil, maka sisa ampas inilah yang disebut “blondo”. Gurih tentu saja, terdiri dari lemak jenuh, dan kandungan logam alami kalium, magnesium dan besi yang menjadikan warnanya gelap. 

 

 

Blondo inilah yang dijadikan bahan bacem atau marinasi untuk menggoreng ayamnya. Ketika saya berusaha menyelidiki asal rasa unik ayam ini: asin, gurih, sedap, tajam, tidak manis dan bikin ketagihan, Mas-nya hanya menjawab dengan ringan: “Bumbu kami hanya blondo dan garam saja Mas!” katanya. Astaga, kok mak nyus tenan rasanya?

 

Baca juga: "Nasi Bakar, Hidangan Fatamorgana"

 

Karena tidak bisa ke Solo, sebagai tombo kangen, kami memesan Ayam Goreng Karto Tembel beku dari seorang reseller. Dengan bandrol Rp105.000 seekor, kami mendapatkan dua jenis sambal serta seekor ayam komplit dengan ati ampelanya. Namun, waktu menggoreng, kami membuat kesalahan: gorengnya terlalu lama sehingga kering dan jadi keras, karena ayam kampung. Kami sudah bertekad, segera pesan lagi Karto Tembel beku, supaya bisa digoreng lagi dengan sempurna sebelum kami bisa jalan sendiri ke Sukoharjo. Kanggo tombo kangen jroning weteng!

 

 

Ayam Goreng Mbah Karto Tembel

Jl. Jaksa Agung Raya Suprapto No. 8

Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57512

085100080464

 

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment