Nasi goreng Bali bersanding dengan nasi putih
Pernah melihat pemandangan seperti foto di atas? Di sebuah hotel, di waktu sarapan gaya prasmanan, ada wadah terbuka lebar, dengan satu sajian wajib untuk sarapan di seluruh Indonesia: nasi goreng! Ya, contohnya di Fourpoints by Sheraton Ungasan, Bali. Tapi, apakah kamu perhatikan bahwa sebenarnya tidak ada warung/tukang nasi goreng yang jualan pagi-pagi? Bahkan pesan via ojol pun akan sulit menemukan nasi goreng yang buka antara jam 6 sampai jam 8 pagi. Anomali! Bener ‘kan?
Baca juga: “Kimia Kuliner Nasi Goreng”
Rupanya, nasi goreng ala hotel ini juga punya cerita panjang, sampai ke Negeri Belanda. Di Belanda, kalau kita pergi ke restoran Indonesia, ada dua jenis nasi yang bisa dipesan: nasi goreng dan nasi putih! Nasi goreng ala sarapan hotel ini mirip yang di Belanda: bukan nasi goreng yang dimakan sendiri, melainkan sebagai variasi nasi sebagai makanan pokok. Konon, nasi goreng Nusantara yang disebut dalam Serat Centhini adalah jenis seperti ini: sebagai variasi nasi, bukan sebagai hidangan tunggal. Wah, masak nasi goreng ada di Serat Centhini? Ya, ada! Jadi, nasi goreng sudah ada di Nusantara paling tidak setua tempe, yang juga disebutkan di Serat Centhini. Menarik bukan?
Baca juga: “Wine dan Nasgor, Mengapa Tidak?”
Kisah-kisah tentang nasi goreng seperti inilah yang menjadi inspirasi buku “Nasgor: Makanan Sejuta Mamat” karya Harry Nazarudin, yang diterbitkan oleh Penerbit M&C tahun 2021. Ternyata, kuliner Indonesia yang sederhana ini memiliki cerita menarik yang bisa dijalin menjadi sebuah buku. Hebatnya lagi, bahkan dunia luar pun tertarik dengan Nasgor! Buktinya, tanggal 2 Juni 2022, buku “Nasgor: Makanan Sejuta Mamat dinobatkan menjadi karya terbaik dalam kategori Rice di Gourmand World Cookbook Awards (www.cookbookfair.com), mengalahkan buku dari Yunani dan Amerika Serikat. Wow, boleh juga si nasgor ini! Ini adalah bukti bahwa cerita nasgor berhasil menarik perhatian dunia.
Buku “Nasgor: Makanan Sejuta Mamat” karya Harry Nazarudin yang juara di Gourmand World Cookbook Awards
Fourpoints by Sheraton Ungasan, Bali, adalah salah satu hotel yang menyediakan citarasa tradisional dalam menunya. Untuk sarapan hotel ini menyajikan “nasi goreng Bali”. Apakah ada nasi goreng di Bali? Tentu saja! Nasi goreng ini juga lebih dekat dengan versi Serat Centhini yang tidak mengandalkan kecap manis tetapi bumbu herbal seperti kencur dan kunyit, sehingga warnanya cenderung kuning. Rasanya tentu saja berbeda dengan ala kecap, tetapi tidak kalah enak. Bahkan, versi herbal ini lebih cocok digunakan sebagai variasi nasi, bukan sebagai hidangan utama. Apalagi, di Fourpoints, nasi goreng ini bersanding dengan ayam betutu, hidangan khas Bali dengan basis bumbu Base Genep. Dengan citarasa yang sepadan, nasi goreng Bali plus ayam betutu menjadi alternatif sarapan yang menarik. Indonesia banget… mengapa tidak? Kuliner Indonesia juara!
Detil nasgor Bali berbumbu herbal
Nasi goreng Bali dan ayam betutu
Kru dapur Fourpoints by Sheraton Ungasan menyiapkan sarapan
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.