Kafe Tujuh Cerita di Taman Budaya Sentul. Desain ala kebun yang cantik
Dengan berkembangnya ekonomi di wilayah Sentul dan Bogor, tempat wisata di daerah sana pun banyak yang mengalami upgrade. Salah satunya adalah Taman Budaya, yang membangun kawasan baru di seberang lokasi lama dengan desain modern dan canggih.
Baca juga: “Mari Mengenal Kawasan Sentul Bogor, Weekend Getaway Favorit Warga Jakarta”
Pemandangan begitu indah ketika kami sampai jam 8 pagi di lokasi. Gunung-gemunung wilayah Jonggol nampak memagari lokasi kami, terlihat indah dan cerah di langit pagi hari yang jernih. Angin bertiup dari lembah, menambah rasa syahdu pada kegiatan jalan-jalan ke pegunungan seperti ini. Sebuah patung bunga anggrek besar di pintu masuk mengingatkan saya akan patung sejenis karya Marc Quinn di Fairmont Sanur Bali. Di pelataran yang menanjak, nampak jajaran cafe dan restoran yang siap menghibur pengunjung: dari Flowery sampai Kedai Makan Three Uncles. Namun, prioritas kami pagi itu: mencari kopi panas!
Baca juga: “6 Resto & Cafe Semi Outdoor di Sentul Buat Healing Maupun Kumpul Keluarga (Bagian 1)”
Tujuh Cerita adalah salah satu kafe spesialis kopi di wilayah Taman Budaya Sentul yang baru ini. Posisinya di sudut, dengan tulisan yang tipis di pagi hari namun benderang di malam hari. Ketika masuk, pengunjung langsung disapa oleh desain ala kebun yang cantik: hamparan batu bulat di pelataran, tiang-tiang atap beraksen putih, dan sebuah “coffee truck” di sudut yang berfungsi sebagai dapur kopi. Di sisi kiri ada susunan bangku berundak dengan tanaman yang menambah aksen hijau, pas untuk ngopi.
Tujuh Cerita
Coffee truck, ruangan brewing Tujuh Cerita
Barista Tujuh Cerita Sedang Beraksi
Pilihan kopi dan kudapan di sini cukup komplet. Ada kopi biasa seperti cappucino, tentu saja lengkap dengan latte-art yang canggih. Kemudian, ada kopi kekinian macam es kopi gula aren. Lalu, andalan kafe ini masih ada lagi: seorang pengunjung nampak dengan semangat berkata: “Mas, pesan satu Geisha ya!” Geisha yang dimaksud bukan seniman penghibur tradisional dari Jepang, tapi jenis kopi yang konon salah satu terunik di dunia soal rasa. Barista pun dengan sigap menyiapkan metode V60 yang menghasilkan kopi bening dalam ceret kaca. Ketika dicicip, wow! Memang harga nggak bohong, kompleksitas rasa dari biji kopi ini memang sangat unik!
Kopi Geisha di Tujuh Cerita
Tentu saja, kopi secanggih ini perlu ditemani kudapan yang sepadan. Kudapannya justru sederhana, tapi manjur: pisang goreng! Pisang tanduk yang lembut, dibalut tepung yang digoreng renyah sempurna. Adonannya sedikit, berkulit tipis dan memberikan sensasi kranci yang sedap. Pisangnya sendiri manis dan legit, membuat kudapan ini segera habis! Selain pisang goreng, Tujuh Cerita juga menghadirkan makanan berat seperti mie bakso dan onigiri.
Pisang goreng Tujuh Cerita
Tak terasa, sudah berjam-jam kami duduk di Tujuh Cerita, ketika hujan deras membuat kami pindah ke dalam di mana jendela besar membuat kami semakin betah menyaksikan gunung-gunung di luar sana. Justru hujan deras semakin membuat suasana di dalam ruangan terasa hangat, sehingga kami semakin betah bertukar cerita dengan teman-teman. Jangan-jangan sudah lebih dari tujuh, malah mencapai tujuh puluh kali tujuh cerita saking lamanya!
Ruangan dalam dengan jendela-jendela besar
Bercerita di Tujuh Cerita
Tujuh Cerita (@tujuhcerita)
Taman Budaya Sentul
Keluar tol Sentul Selatan/Sentul City
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.