Hidangan Warung Yeye
Hampir semua tempat yang sekarang ramai di Bali --Sanur, Kuta, Seminyak, Legian-- memulai sejarahnya sebagai surga para surfer alias peselancar. Dari semilir angin pantai Sanur di tahun 1950-an yang melahirkan Tandjung Sari, sampai hingar-bingar Pantai Canggu, konon dipelopori oleh peselancar dunia yang gemar mencari tempat terpencil, indah, dengan ombak berdebur kencang, cocok untuk berdansa dengan ombak dan setelahnya minum kelapa muda dan ngebir sambil ngobrol dengan sesama peselancar lainnya. Peselancar juga butuh makan! Konsep inilah yang melahirkan Warung Made, Poppies Lane, dan banyak tempat legendaris lainnya.
Baca juga: “Berakit-Rakit ke Canggu, Bersenang-Senang ke Ulu(Watu)”
Kalau mau tahu seperti apa suasana Sanur tahun 1950-an ketika masih jadi surga peselancar, meluncurlah ke Uluwatu! Dan kalau ingin melakukan perjalanan waktu melihat Warung Made Seminyak ketika berdiri tahun 1969, mampirlah ke Yeye’s Warung!
Lokasinya di jalan menuju Pantai Labuansait. Sedikit geografi mengenai rute Uluwatu dari Ungasan, jalanan akan membawa kamu melalui pertigaan Nirmala Supermarket, kemudian lurus lagi menuju Pecatu. Setelah itu, jalanan menanjak naik turun mengikuti kontur perbukitan dengan laut di sisi kanan. Kamu akan melewati Pantai Padang-Padang, baru kemudian pemandangan silih berganti antara deretan pohon hutan atau deretan kafe-kafe keren. Kemudian, setelah lama melalui hutan, di sebelah kiri akan ada plang “Yeye’s Warung and Gift Shop”. Kamu sudah sampai di Yeye!
Baca juga: “Review Pantai-Pantai di Bali: Pilih Pantaimu, Kawan!”
Ketika masuk, suasana langsung berbeda. Lagu esoterik terdengar sayup-sayup, lagu yang biasanya diputar kalau sedang yoga. Warung ini interiornya etnik dan bertema kayu. Di sana-sini nampak simbol-simbol yoga dan wellness, bangunannya semi terbuka dan langsung diterpa semilir angin laut. Hidangannya mirip warteg tetapi disesuaikan dengan konsep yoganya: ada pilihan nasi putih, nasi merah, atau singkong rebus. Ada pilihan vegan, namun ada menu umum seperti nasi goreng, mie goreng, ayam goreng. Walaupun warteg, tapi pemandangan di sini mirip Baywatch! (Yang belum lahir saat film Baywatch ngetop, silakan Google). Lihat! Di sana Pamela Anderson sedang makan singkong, ngobrol sama David Hasselhoff yang lagi nyeruput es kelapa muda. Jeng jeeeng!
Pemandangan interior Warung Yeye
Pengunjung sedang memilih menu
Makanannya gimana? Surprisingly, enak! Setiap pelanggan diberi bambu dan alas kertas lalu daun pisang, praktis bebas cuci piring. Ada lawar kacang panjang dan sambal matah yang sedap dan otentik. Ayam gorengnya berbumbu kuning, sedap dan gurih. Lalu ada sayur tahu dan tempe, yang jarang ditemui di warung Bali, tapi jadi pilihan menyenangkan untuk yang vegan. Kemudian ada sayuran terong dan tumisan tauge kacang panjang yang ringan dan segar, cocok untuk menyegarkan badan yang lelah setelah seharian surfing. Enak!
Hidangan Warung Yeye
Setelah makan, saya memesan kelapa muda dan duduk santai sambil menikmati semilir angin. Warung Yeye posisinya sangat bagus, dikelilingi hutan hijau sehingga seolah berada di tengah alam, lalu posisinya persis di jalur angin sehingga pasokan angin semilir terus terjaga selama nongkrong di sana. Matahari terik, tapi suasana di Yeye’s teduh. Dan ketika membayar, saya bertemu ibu pemilik tempat yang menerima pembayaran dengan penuh senyum. Siapa tahu, Yeye’s akan jadi nama besar di masa depan! Yuk, kita mampir mumpung masih terjangkau…
Interior ruang utama Warung Yeye
Yeye’s Warung and Gift Shop
Jl. Labuansait No. 250
Uluwatu, Bali
No. HP: 08123807892
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.