Soto Kuning Pak Dayat
Jalan Suryakencana Bogor memang sudah lama terkenal sebagai pusat kuliner di Kota Hujan ini. Apalagi di bulan Ramadan, antrean kendaraan sudah mengular panjang menjelang jam berbuka. Berhubung menginap di The 101 Suryakencana, kami tinggal berjalan kaki saja menyusuri Suryakencana, menikmati dekorasi lentera merah yang indah dan menjadikan kawasan ini semarak di malam hari.
Pemandangan Gunung Salak dari Hotel The 101 Suryakencana
Pilihan pertama kami jatuh pada Sate Ayam H. Mahrus (087870565055). Ya, teknik jualan mengandalkan aroma sedap dan asap dari jajaran sate ayam yang dikipasi dengan penuh semangat memang sangat efektif! Kami masuk ke ruang makan yang sedikit berasap, sambil melihat bagaimana Pak Mahrus hanya sempat berbuka dengan teh manis dan segigit bala-bala, sebelum harus sibuk melayani pelanggan. Sungguh mulia! Di sini dijual sate ayam, kambing, dan sapi. Bumbunya bumbu kacang campur kecap. Tusukannya besar dan daging ayamnya premium dan gemuk, menunjukkan mungkin gagraknya adalah gagrak Madura. Dengan lontong yang lembut gurih, serta kehadiran acar bawang, saya makin yakin ini gagrak Madura! Paduan lontong yang sedap, daging ayam besar yang matang sempurna, serta bumbu basis kemiri dan bumbu kacang, menjadikan sajian ini patut diacungi jempol!
Pak H. Mahrus dan panggangan satenya
Sate Madura H. Mahrus
Kemudian, mumpung di Suryakencana, tentu saja wajib hukumnya mencari soto kuning! Kali ini kami ingin mencicipi soto yang bukan mainstream. Saya tertarik karena abangnya sedang merajang daun bawang. Nampak beliau merajang dengan gesit dan rapi, dan meja kerjanya terlihat bersih, tertata rapi, dan mengkilat. Teman, inilah tanda warung enak! Dan ada satu opsi yang menarik: daging gepuk alias empal! Jadi, seperti umumnya soto kuning, kami memilih daging dulu, baru dipotong. Selain pilihan biasa seperti daging, sengkel, urat, paru, ada pilihan empal, daging sapi yang sudah dimasak dengan serundeng atau kelapa gongseng. Cocok! Saya memilih satu empal, satu paru, dan satu sengkel untuk di-soto-kan di Soto Kuning dan Soto Bening Pak Dayat (0898320252844). Rupanya, empal ini membuat cita rasa kuah soto kuning langsung meningkat. Selain rasa santan kuning, ada aroma kelapa gongseng yang meruap kuat, menambah rasa gurih kelapa dengan dimensi yang berbeda. Wow, menarik! Apalagi dibubuhi satu kelebat kecap cap Bemo khas Bogor!
Rajangan daging di Soto Kuning dan Soto Bening Pak Dayat
Paru, sengkel, dan empal siap di-soto-kan
Soto Kuning Pak Dayat dan Kecap Bemo
Sebagai kudapan, kami memilih dua tempat yang sama-sama menarik. Yang pertama adalah wedang ronde: “Wedang Ronde Gg Aut Bu Neneng” (083811171280). Wedang ini cukup bagus: baik yang isi kacang maupun polos, adonannya kenyal dan sedap. Kuahnya memang belum sekuat Ronde Alketeri Bandung, tapi lumayan untuk mengusir dingin akibat angin malam Kota Hujan.
Wedang Ronde Gg Aut Bu Neneng
Kemudian yang kedua adalah “Pisang Goreng Tanduk Super Johnie” (087804053978). Bogor memang dikenal juga sebagai gudangnya berbagai pisang yang sedap, pisang tanduk salah satunya! Di kedai ini, pisang tanduk yang manis legit, dibalur tepung gurih sedap. Memang, bahan baku adalah koentji! Kalau pisangnya melimpah dan kualitasnya bagus, maka pisgornya pun menjadi nyaris sempurna sedapnya!
Pisang Goreng Tanduk Super Johnie
Terakhir, ada satu jajanan yang membawa saya kembali ke masa kecil. Talas Bogor! Bukankah Bogor terkenal akan talasnya? Talas (Colocasia esculenta L.) adalah tanaman asli Nusantara/Asia Tenggara, yang sudah dikonsumsi jauh sebelum beras ada. Ketika kedaulatan pangan lokal menjadi bahan perbincangan, talas merupakan salah satu tanaman asli yang menjadi kandidat untuk menggantikan bahan yang sekarang diimpor. Ketika melihat gerobak “talas bogor”, saya segera memesan, dan rasanya menyenangkan! Potongan besar talas, yang rasanya legit sedikit manis, teksturnya mirip keju, lembut dan sedap. Hanya ditaburi kelapa saja, sudah cukup merasakan nikmatnya dunia! Sebuah hidangan yang sederhana, bergizi, sehat, dan bebas impor!
Talas Bogor
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.