PANDUAN CERDAS EKSPLOR TAMAN NASIONAL LORENTZ 2020-03-15 00:00

Jalur trek di Lembah Baliem

 

Nama taman nasional yang berada di Papua ini berbau asing karena memang diambil dari nama penjelajah asal Belanda, Hendrikus Albertus Lorentz yang menginjakkan kaki di kawasan ini, tepatnya di Puncak Mandala (Wilhelmina) pada 1909. Taman nasional terluas di Asia Tenggara ini (2.505.600 hektar) mencakup Puncak Cartenz, Lembah Baliem, Danau Habema hingga pedalaman Asmat.

 

TN Lorentz pada 12 Desember 1999 diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pada 2004 mendapat pengakuan sebagai ASEAN Heritage Parks. Merupakan satu-satunya taman nasional yang memiliki berbagai tipe ekosistem dalam satu kesatuan, mulai dari pegunungan bersalju, lembah-lembah spektakuler, danau-danau, rawa-rawa (lahan basah dataran rendah), sampai pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi Laut Arafura. Menjadi rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna khas wilayah Indonesia Timur. Keanekaragaman hayatinya bahkan terlengkap di Asia Pasifik.

 

Keunikannya yakni adanya gletser di Puncak Jaya dan formasi gua karst yang paling menarik di dunia, salah satunya karena ada sungai bawah tanah yang mengalirinya yakni Sungai Baliem Timur.

 

Di TN ini terdapat kehidupan alam liar yang luas dan belum terjamah manusia. Ada sebanyak 630 jenis burung dan 123 jenis mamalia. Jenis burungnya antara lain kasuari, megapoda, merpati, kakatua, burung udang, burung madu, dan burung endemik di antaranya cenderawasih ekor panjang, cenderawasih elok, puyuh salju, pigeon crowned selatan. Mamalianya antara lain babi duri moncong panjang, babi duri moncong pendek, kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon. Sedangkan jenis tumbuhannya antara lain nipah, bakau, pandan, sagu.

 

Baca juga: "Jangan Lewatkan Upacara Bakar Batu Kalau ke Wamena"

 

Keanekaragaman budayanya juga mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman Suku Asmat, Nduga, Somahai, Dani, Dani Barat, Moni/Dem, Amungme, Sempan, Komoro.

 

TN Lorentz terletak di Kabupaten Asmat, Yahukimo, Jayawijaya, Puncak Jaya, Mimika, Paniai, Nduga, Lanni Jaya, dan Kabupaten Puncak, Provinsi Papua. Kota gerbang masuknya: Wamena, Timika, Nabire, Enarotali.

 

CARA KE TN LORENTZ

- Dari Jakarta terbang dulu ke Jayapura (5,5 jam), lalu terbang lagi ke Wamena (45 menit).

- Atau dari Jakarta terbang dulu ke Timika (pesawat biasanya transit dulu di Makassar).

- Dari kota gerbang masuknya sewa mobil 4WD ke lokasi-lokasi yang dituju. Misalnya untuk mencapai Danau Habema dari Kota Wamena kita harus naik mobil 4WD selama +/-3 jam. Dan, kita juga harus melapor dulu ke Pos Napua yang dijaga TNI.

 

CARA MENGEKSPLORNYA

Karena kawasannya amat luas dengan ragam vegetasi dan bentang alam tentu cara mengeksplornya pun dengan banyak moda transporatsi. Untuk eksplor daratnya sampai saat ini beberapa ruas hanya bisa dilalui kendaraan 4WD dengan supir maupun pemandu yang sudah mengetahui medan dengan baik. Beberapa lokasi masih rawan ancaman gerakan separatis.

 

WAKTU KUNJUNGAN TERBAIK

Agustus hingga Desember.

 

Baca juga: "Yang Lain Berburu Tiket Promo ke Jepang, Kami Memilih Blusukan Mahal di Papua"

 

DURASI IDEAL

Sulit untuk merumuskan berapa hari yang ideal kalau mengeksplor keseluruhan kawasan TN Lorentz. Satu bulan pun tak cukup. Tapi kalau hanya mengeksplor Danau Habema hingga ke Batas Batu dan daerah sekitarnya 4 hari cukup. Kalau termasuk trekking standar di Lembah Baliem (tidak sampai blusukan jauh) minimal 7 hari.

 

KEGIATANNYA

- Trekking di Lembah Baliem

Trekking dengan rute standar di Lembah Baliem hanya butuh 3 hari. Titik start dari Kota Wamena, naik mobil dulu sampai Sogokmo, tepi Sungai Yetni. Dari situ barulah trekking dimulai.

 

Lembah dan ngarai di Lembah Baliem

 

Deretan pegunungan, lembah-lembah raksasa dengan Sungai Baliem di tengahnya, pohon mimosa kering, ngarai dengan bebatuan kekuningan, perdu merah yang merumbul adalah sajian alam yang bisa dinikmati. Sapaan hangat dari penduduk asli –bapak-bapak, mama-mama, bocah-bocah hitam keriting-- di antara hamparan ladang dan di balik honai, serta sambutan babi-babi liar yang menyeruak dari balik semak, semuanya menambah romantika perjalanan.

 

Bocah-bocah Papua

 

Perhentian pertama di Desa Kilise. Di sini kita akan disambut serombongan penduduk lokal yang menggelar dagangannya: koteka, replika honai, gelang dari akar pohon, noken, tas dari bulu burung, kalung dengan liontin taring babi dan aneka kerajinan khas lainnya.

 

Dari Desa Kilise sambung ke Desa Ugem, atau bisa lanjut ke Desa Syokosimo melewati turunan dan tanjakan terjal yang sempit dengan tebing menjulang di kiri dan jurang tertutup semak menganga di kanan, juga jembatan gantung yang membentang di atas Sungai Baliem. Hari ketiga kembali ke titik awal tapi bisa memilih melewati jalur berbeda. Selengkapnya baca di sini.

 

- Mengunjungi Danau Habema

Danau Habema terletak di Trans Papua ruas Wamena-Habema. Berada di ketinggian 3.300 m, Habema menjadi salah satu danau tertinggi di Indonesia.

 

Danau Habema

 

Nama aslinya sebenarnya Yuginopa. Nama Habema belakangan muncul, diambil dari nama seorang perwira Belanda, Letnan D. Habema, yang mengawal ekspedisi yang dipimpin Hendrikus Albertus Lorentz ke Puncak Trikora tahun 1909.

 

Pemandangan di sekitar Habema khas pegunungan, mayoritas tundra, padang rumput, aliran sungai kecil, bebatuan yang diselimuti lumut, pohon tinggi sesekali ada –itu pun hanya tinggal ranting, dan tentunya barisan pegunungan di kejauhan.

 

Pemandangan di sekitar Danau Habema

 

Kita bisa jalan kaki turun ke tepi danau melewati tanah berawa, sekitar 45 menit baru sampai. Nggak bisa berenang ya di danau ini karena airnya sangat dingin. Suhu siang hari aja bisa 10 derajat celcius. Bisanya bird watching. Jenis burung yang paling dicari adalah cenderawasih bulu kuning.

 

- Mengunjungi Batas Batu (Batu Papan)

Batas Batu (atau disebut juga Batu Papan) terletak di antara ruas Habema-Kenyam-Mamugu. Dari Danau Habema terus lagi ke atas, hingga ketinggian mencapai 4.000-an mdpl lebih, kemudian menurun lagi. Tempat ini benar-benar in the middle of nowhere. Hanya berupa bukit datar dan luas yang terbentuk dari bebatuan besar-kecil, yang uniknya, berwarna putih dan tampak seperti salju. Kita bisa menaiki area bukitnya untuk memandangi keseluruhan pemandangan yang indah dan indah!

 

Batas Batu, padang batu laksana salju

 

Baca juga: "Melompati 'Papan Bersalju' di Jantung Papua (Bagian 1)"

 

- Mendaki Puncak Trikora( 4.730 mdpl)

Merupakan puncak urutan kedua tertinggi dari 5 puncak Pegunungan Jayawijaya yang masih ditutupi salju abadi. Urutan pertama Puncak Mandala (4.760 mdpl), ketiga Puncak Idenberg (4.673 mdpl), selanjutnya Puncak Yamin (4.535 mdpl) dan Puncak Cartenz Timur (4.400 mdpl) yang terbentang memanjang di tengah Provinsi Papua Barat hingga Papua dan Papua New Guinea. Pada zaman penjajahan Belanda Puncak Trikora dikenal dengan nama Wilhelminatop (Puncak Wilhelmina). Kini, karena pemanasan global nggak semua puncaknya ditutupi salju.

 

Puncak Trikora

 

Pegunungan Jayawijaya yang memiliki 5 puncak berada di sebelah timur Lembah Baliem. Sedangkan di sebelah barat ada lagi pegunungan lain yakni Pegunungan/Barisan Sudirman. Di Pegunungan Sudirman inilah puncak tertinggi Benua Australasia yang masuk dalam jajaran 7 Puncak Dunia berada, yaitu Puncak Cartenz Pyramid (4.884 mdpl).

 

PENGINAPAN

Di kota gerbang masuknya yakni Wamena, Timika, Nabire, Enarotali ada cukup banyak pilihan penginapan, mayoritas brand lokal, bukan international chain.

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Mayawati NH (Maya The Dreamer), Priyo Tri Handoyo, Raiyani Muharramah
Comment