Pose Instagenik di Prai Ijing
Ada cukup banyak kampung adat di Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur (NTT), tapi satu yang pasti masuk dalam itinerary trip ke Sumba adalah Kampung Adat Prai Ijing di Sumba Barat. Salah satu ciri khasnya, kampungnya memanjang, di tengahnya ada jalan yang cukup lebar dengan rumah-rumah adat berderet rapi di kiri-kanannya. Dan yang paling menyenangkan buat pehobi foto-foto adalah adanya teras pandang atau view point di tempat tinggi yang memungkinkan kita memotret keindahan kampung ini dengan bird eye view tanpa perlu drone. Jangan lupa berfoto di sini dengan properti kain Sumba ya!
DIMAMPIRI DALAM PERJALANAN DARI TAMBOLAKA KE WAINGAPU
Sumba Trip yang lengkap pastilah mencakup objek-objek wisata di Sumba Barat Daya (ibu kotanya Tambolaka, bandaranya Bandara Tambolaka) hingga Sumba Timur (ibu kotanya Waingapu, bandaranya Umbu Mehang Kunda). Baik Trippers memulai eksplor Sumba dari Tambolaka maupun Waingapu, kalau berpindah antar kedua kota ini pasti melewati Kota Waikabubak (ibu kota Kabupaten Sumba Barat). Nah, Kampung Adat Prai Ijing berada +/-3 km dari Waikabubak, ditempuh berkendara sekitar 10 menit. Kalau dari Bandara Tambolaka, kampung yang berada di Desa Tebara Kecamatan Waikabubak Kabupaten Sumba Barat ini berjarak 43 km, ditempuh berkendara sekitar 1 jam. Akses jalan ke sini sudah bagus, aspal mulus dan sudah ada petunjuk jalannya.
Baca juga: "Tempat Favorit Melihat Sunrise dan Sunset di Sumba: Pantai Mananga Aba"
Tempat parkir juga sudah ada dan dikelola dengan baik. Dari tempat parkir jalan kaki ke lokasi kampung dekat saja, jalan menanjak sedikit karena lokasinya memang di atas bukit. Nggak sampai 5 menit dan sama sekali nggak berat, termasuk buat para lansia.
Jalan kaki sedikit dari tempat parkir
Masuk ke sini sekarang ada tiket masuk per orang Rp10.000 (jika belum berubah). Kalau beberapa tahun lalu ke sini hanya isi buku tamu dan memberi donasi serelanya untuk satu rombongan.
Baca juga: "Puncak Kepuasan Itu Ada di Tanjung Mareha Sumba Barat Daya"
POSE INSTAGENIK DI TERAS PANDANG
Seperti sudah disebutkan di atas, di sini tuh asyiknya ada teras pandangnya. Jadi disarankan sebelum masuk melihat-lihat kampung adatnya, sebaiknya naik dulu ke teras pandangnya. Dari sini kita bisa melihat lansekap keseluruhan kampung dengan latar bukit kehijauan di kejauhan. Apalagi kalau pas cuaca bagus, langitnya pun biru plus ada awan dombanya.
Keseluruhan perkampungan terlihat dari teras pandang
Selain bisa memotret kampung adatnya utuh dari sini, pastinya juga sayang kalau kita nggak berpose-pose di sini dengan latar deretan rumah adat. Apalagi kalau bawa kain Sumba, pas banget deh buat dijadiin properti foto. Tapi saat banyak pengunjung bisa terjadi antrean di sini. Jadi motretnya jangan kelamaan ya kalau ada yang antre.
Jangan lupa pose begini yaa....
MEMBAUR DENGAN WARGA
Nggak ada spot atau tempat terlarang untuk dimasuki di kampung ini kecuali masuk ke dalam rumahnya ya, karena kampung ini beneran dihuni. Inilah yang menjadi salah satu keistimewaan Prai Ijing karena kita bisa melihat keseharian warga di sini yang alamiah, bukan artifisial. Ada kaum wanita yang sedang menenun kain, menganyam kerajinan dari daun pandan, menjemur hasil bumi di halaman.
Melihat warga menenun di depan rumahnya
Anak-anak juga terlihat berlarian di halaman atau sedang bermain bersama di teras rumah mereka. Dengan meminta izin, kita juga bisa naik ke teras rumah panggung dan berfoto bersama mereka. Kalau kebetulan Trippers bawa alat tulis ataupun permen bolehlah diberikan pada mereka, pasti mereka akan senang sekali.
Mengajak anak-anak berfoto
Anak-anak usia sekolah yang tinggal di sini bersekolah keluar kampung. Jadi mereka bukanlah warga adat yang terisolasi. MyTrip sempat bertemu anak perempuan berusia sekitar 13 tahun yang masih memakai seragam Pramuka. Sangat supel dan tidak malu-malu ketika diajak berfoto bersama dan ditanya-tanya.
Salah satu peserta MyTrip berfoto bersama warga lokal yang baru pulang sekolah
Beberapa rumah menjual kain-kain dan beberapa kerajinan. Kain-kain itu digantung di depan rumah. Kalau kita hanya hendak memotret mereka, minta izin saja, mereka tak akan meminta imbalan uang, pun tidak memaksa untuk membeli kain dari mereka.
Baca juga: "Hal-Hal yang Perlu Diketahui Sebelum ke Air Terjun Waimarang di Sumba"
BENTUK RUMAH ADATNYA
Rumah-rumah adat di sini atapnya membentuk menara, tapi tidak setinggi di Rumah Adat Ratenggaro di Sumba Bara Daya. Seperti juga rumah adat di NTT pada umumnya, rumah adat di Sumba terdiri dari tiga bagian: bagian dasar atau kolong sebagai kandang ternak, bagian tengah untuk tempat tinggal, dan bagian paling atas yakni ruang di bawah atapnya itu untuk menyimpan bahan makanan.
Di halaman tengahnya terserak batu-batu menhir untuk pemujaan, juga batu kubur. Jadi harap diperhatikan, Trippers memang bebas memotret ke arah mana saja, tapi sebaiknya jangan sembarangan menyentuh, apalagi duduk atau menginjak batu-batu tersebut. Di bagian depan teras beberapa rumah terpajang tengkorak kepala-kepala kerbau.
Di belakang teras pandang juga ada perkampungan lain. Entah masih masuk Prai Ijing juga atau bukan. Kalau ada waktu bolehlah dilihat-lihat juga.
Total jumlah rumah adat di Prai Ijing ada yang menyebut tinggal 36 rumah, ada juga yang menyebut 20. Awalnya lebih banyak, ada yang musnah karena kampung ini pernah kebakaran. Saat kunjungan September 2018 kami melihat beberapa rumah sedang dibangun ulang dengan konstruksi beton. Rumah-rumah aslinya yang sudah berusia ratusan tahun sih konstruksinya terbuat dari kayu.
Dibangun kembali dengan konstruksi beton
INFO TURIS
Nggak ada fasilitas turis di sini. Toilet ada, tapi saat MyTrip ke sana kondisinya kurang terawat. Mudah-mudahan sih sekarang sudah diperbaiki ya.
Biasanya rombongan wisata dari Tambolaka sebelum ke Kampung Adat Prai Ijing mampir dulu di Waikelo Sawah, antara keduanya ditempuh berkendara 30 menit. Lalu dari Prai Ijing lanjut ke Air Terjun Lapopu sekitar 30 menit juga. Setelah itu baru menempuh perjalanan panjang 2,5-3 jam baru tiba di Bukit Wairinding yang sudah masuk Sumba Timur. Setelah itu baru lanjut ke Kota Waingapu, ditempuh 30-45 menit.
CARA KE SUMBA
Dari Jakarta ke Tambolaka di Sumba Barat Daya, transit di Denpasar. Atau dari Jakarta ke Waingapu di Sumba Timur, transit di Denpasar juga.