Batu karang di Tanjung Nusaniwe bikin sunsetnya tambah seksi
Banyak tempat untuk melihat sunset cantik di Pulau Ambon Provinsi Maluku. Salah satunya Tanjung Nusaniwe di Desa Latuhalat Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon. Hamparan karang datar yang ditumbuhi lumut maupun karang yang membentuk tanjung kecil plus hantaman ombak ke gugusan karang menjadikan sunset di sini semakin seksi. Apalagi ditambah hilir mudik beberapa perahu nelayan maupun perahu para penyelam di ujung tanjung yang menghadap Laut Banda itu.
Awalnya kami tak berencana menanti sunset di Tanjung Nusaniwe. Hanya saja beach hopping kami setengah harian itu dari Pintu Kota, Pantai Santai, Pantai Namalatu, berakhir di Tanjung Nusaniwe sekitar pukul 5 sore. Saat menikmati pantai karang berlumut itu ada 2 akamsi (anak kampung sini) yang menganjurkan kami menunggu sunset saja di situ. “Sudah tanggung, sudah sebentar lagi,” kata mereka. Akhirnya kami menuruti anjuran itu.
Pantai Tanjung Nusaniwe
Sebuah keputusan yang tepat karena sunset di sini memang bagus. Lagipula, menunggu kurang lebih satu jam di situ nggak berasa, disambi foto-foto dengan rupa-rupa angle. Saat matahari mulai merona di langit, saat bersamaan datanglah beberapa pemburu sunset, padahal semula hanya ada kami di situ. Semua duduk atau berdiri hikmat menunggui matahari bulat merah yang pelan-pelan menyurukkan diri di balik gumpalan awan. Ya, sayang memang, saat itu ada gumpalan awan yang membuat sang mentari tak jatuh bulat-bulat ke air.
Berfoto-foto saat matahari masih tinggi
Tapi saya tetap merekomendasikan Tanjung Nusaniwe sebagai tempat menanti sunset jika Trippers ke Ambon. Jaraknya nggak terlalu jauh juga dari Kota Ambon, sekitar 18-20 km, ditempuh berkendara dengan mobil sekitar 1 jam. Kota Ambon dapat ditempuh dari Jakarta dengan penerbangan langsung selama 3,5 jam. Masuk ke objek wisata Tanjung Nusaniwe ini, mobil kami dikenakan tarif Rp20.000. Belum ada tarif resmi karena masih dikelola warga lokal.
Sunset cantik di Tanjung Nusaniwe
LEGENDA TENTANG NUSANIWE
Peta Pulau Ambon
Mari melihat peta Pulau Ambon. Ada dua semenanjung yang membentuk Teluk Ambon sepanjang 103 km. Nah, Tanjung Nusaniwe berada di semenanjung di sisi kanan, sedangkan yang di sisi kiri ada Tanjung Allang. Sampai ada lagunya lho, Nusaniwe Tanjung Allang. Kedua tanjung ini seolah menjadi gerbang masuk ke Teluk Ambon, di mana di salah satu sisi teluk terdapat Bandara Pattimura dan di sisi seberangnya ada Kota Ambon.
Baca juga: "Pulau Seram Tak Hanya Punya Pantai Ora"
Ada legenda yang disampaikan turun-temurun tentang Tanjung Nusaniwe dan Tanjung Allang yang posisinya saling berhadapan ini. Konon dulunya kedua tanjung ini adalah sepasang suami istri. Karena tak kunjung punya anak, mereka akhirnya saling menyalahkan, dan ujung-ujungnya mereka juga menyalahkan roh para datuk leluhur mereka. Mereka tak lagi mau menghormati roh para datuk hingga akhirnya dikutuk jadi batu. Sang suami dikutuk menjadi batu berbentuk kelamin pria, sedangkan sang istri dikutuk menjadi batu berbentuk kelamin wanita. Kedua batu ini dipisahkan, sang suami di Tanjung Allang, sang istri tetap di Tanjung Nusaniwe.
Walaupun telah jadi batu dan dipisahkan oleh lautan, suami istri ini tetap berusaha bertemu dan berusaha mempunyai anak. Nah konon sampai kini, ada kalanya pada saat tertentu keduanya bertemu (kawin). Saat ini terjadi, Teluk Ambon seolah tertutup, kapal-kapal tak bisa lewat. Biasanya terjadi bulan Desember, ombak di sekitar mulut Teluk Ambon bergelora ganas, kabut tebal pun menutupi jalan masuk menuju Teluk Ambon. Pelaut-pelaut Ambon yang sudah paham fenomena ini tak akan memaksa kapalnya masuk saat hal itu terjadi. Dan mereka akan melakukan ritual melepas dan membuang kemeja yang sedang dipakai ke laut, sebagai simbol bahwa mereka tak melihat adegan suami istri tersebut bertemu dan kemeja itu dimaksudkan untuk menutupi keduanya sehingga mereka tidak malu.
Believe it or not!