Everest terlihat utuh saat cuaca cerah. Plus bonus kawanan burung
Ke Tibet tapi nggak ke Everest Base Camp (EBC) nggak afdol! Ini kata saya. Makanya tiga kali ke Tibet, saya selalu ke EBC. Nggak pernah bosan. Apalagi EBC yang saya datangi tahun 2010, 2018, dan 2019 semuanya beda lokasi. Lho kok bisa? Bisa. Karena EBC sudah 2 kali dipindahkan. Dan selalu ada kejutan di EBC. Termasuk last minute miracle!
Tahun 2010 saya beruntung masih merasakan The Real EBC di ketinggian 5.200 mdpl, tempat di mana para pendaki Everest ngecamp. Tahun 2018 EBC-nya sudah berada dekat area tent hotel, ketinggian 5.000 mdpl. Eee... tahun 2019 lokasi EBC sudah dipindahkan lagi, lebih turun, di dekat Rongbuk Monastery, di ketinggian 4.900-an mdpl. Tent hotel-nya pun ikut berpindah ke lembah di bawah Rongbuk Monastery.
Baca juga: “6 Fakta Everest Base Camp. Yang No.4 Mungkin Anda Tak Percaya”
SEPTEMBER 2010, HANYA SEKEJAP MELIHAT PUCUKNYA
Melihat Puncak Everest, tempat tertinggi di dunia, tentulah menjadi target setiap orang yang ke EBC di Tibet. Maka saat mengunjungi Tibet pertama kali pada September 2010, saya begitu berdebar-debar saat menuju EBC.
Mobil van kami dan juga mobil-mobil yang membawa wisatawan lainnya hanya boleh melaju sampai area tent hotel. Dari situ kami harus berganti ke eco minibus, bergabung dengan wisatawan lain. Menempuh jalanan berdebu yang berlika-liku dan menanjak, sepanjang 3 km, selama kurang lebih 20 menit.
Eco minibus
Tiba di area EBC, ada bukit berbatu kecil yang harus kami naiki untuk berfoto di tugu penanda EBC. Saat itu tugunya masih sederhana, hanya tablet batu berbentuk kotak di atas platform batu, dengan tulisan “Mt. Qomolangma Base Camp 5.200 m”. Qomolangma adalah sebutan Everest dalam bahasa Tibet. Di The Real EBC ini kami bisa melihat deretan tenda para pendaki Mt. Everest.
Naik bukit kecil untuk sampai ke tugunya
Tugunya masih sederhana. Tahun 2010
Kami kurang beruntung, saat itu awan putih betah menutupi badan Everest, padahal langit biru cerah, nggak mendung. Menunggu sekitar 15 menitan, kondisi tak berubah, dan kami pun harus turun ke tent hotel tempat kami menginap malam itu.
Suasana di dalam tent hotel
Tapi rupanya kami nggak sial-sial amat, karena saat beristirahat di dalam tenda, saya sempat keluar dan mendapati awan tersibak dan Pucuk Everest pun tampak. Serta-merta saya balik ke dalam tenda mengambil kamera dan berlari keluar, lupa kalau sedang berada di ketinggian. Terlalu excited!
Everest menongolkan diri sedikit saat awan tersibak
Senangnyaaa... Akhirnya berhasil juga melihat puncaknya walau hanya sebentar. Pengalaman pertama yang tak terlupakan.
SEPTEMBER 2018, EVEREST TERLIHAT SEPANJANG JALAN
Kali kedua ke Tibet, saya lebih beruntung dari yang pertama. Sekitar setengah jam sebelum tiba di tent hotel, tempat EBC baru berada, Sang Everest sudah ganjen menongolkan diri. Pemandu lokal yang menemani sigap memberitahu kami saat di bus. Kami pun langsung blingsatan jeprat-jepret dari jendela bus.
Dalam perjalanan menuju EBC, pucuk Everest menyembul dari balik awan. Kami pun blingsatan
Masih di perjalanan,Puncak Everest jelas terlihat, walaupun badannya masih tertutup bukit
Sayangnya, begitu kami tiba di lokasi dan mulai antre foto di tugu penanda EBC, awan putih bolak-balik menutupi sebagian maupun seluruh Everest. Jadi ada yang dapat foto di tugu dengan latar Everest terbuka, ada yang dapat tertutup. Saya dapat yang tertutup, walaupun awannya membentuk segitiga, mengikuti badan Everest.
Everest sempat nampak sore hari saat kami tiba di EBC
Awan menutupi Everest saat saya berfoto di depan tugunya
Kami akhirnya dapat lagi view Everest yang lumayan terbuka saat hari sudah gelap, sekembalinya dari Meditation Cave, gua tempat Guru Padmasambhava bermeditasi, yang berjarak 1 km dari tugu. Gua yang berada di bangunan lama Rongbuk Monastery dan populer bagi turis ini baru bisa saya datangi saat kunjungan kedua ini. Dari tempat ini kami sempat melihat lokasi sky burial, meskipun agak jauh dan samar-samar karena hari sudah mulai gelap.
Keberuntungan terus membuntuti kami. Esok pagi ketika keluar dari Rongbuk Guesthouse tempat kami menginap, terlihatlah segitiga khas nan megah itu menampakkan diri utuh tanpa digordeni awan sedikit pun! Kondisi itu bertahan sampai kami meninggalkan EBC.
Pagi hari Everest terlihat sangat jelas di depan Rongbuk Monastery. Kondisi ini bertahan sampai kami harus meninggalkan EBC
Saya pun bisa berpose dengan latar Everest yang utuh dan jelas
SEPTEMBER 2019, LAST MINUTE MIRACLE!
Sedih banget, sesorean itu kami berfoto-foto di tugu EBC, menunggu sekian lama di tengah rintik hujan, gumpalan awan tebal tak juga pergi dari depan Everest. Sampai akhirnya gelap hadir dan kami harus kembali ke Rongbuk Guesthouse untuk makan malam dan beristirahat.
Antre foto di depan tugu
Saya tetap berpose di depan tugu walaupun Everest-nya sama sekali tak nampak
Esok paginya saya keluar dengan penuh harap untuk melihatnya. Aaaah ternyata sang segitiga megah itu nampak utuh! Saya sempat menikmatinya beberapa menit bersama beberapa teman. Sayang kondisi itu tak bertahan lama. Saat teman-teman saya yang lain keluar, Everest sudah bersembunyi lagi. Kami menanti dan menanti sampai bosan, barisan awan itu tak juga bergerak sedikit pun.
Pagi hari Everest sempat menampakkan diri full. Tapi nggak lama kemudian tertutup lagi, padahal belum sempat sampai di tugu untuk foto
Pagi hari foto di tugu tetap tanpa Everest
Teman-teman tetap ceria berfoto di tugu walau Everest-nya tertutup awan pekat
Kami menyerah, check out dan naik bus umum --yang dijalankan dengan listrik-- untuk kembali ke parkiran tempat bus kami berada. Untungnya bus berhenti dulu di tent hotel yang letaknya lebih bawah dari Rongbuk Guesthouse, mengangkut penumpang lain.
Bus listrik ramah lingkungan singgah dulu di tent hotel untuk mengangkut penumpang lain
Tepat saat bus sesaat lagi berangkat, Everest mulai menampakkan diri malu-malu. Saya langsung melompat dari kursi dan mendekati supir, memohon padanya untuk membolehkan kami turun 5 menit saja buat berfoto. Supir mengangguk. Kami pun berhamburan turun.
Akhirnya saya berfoto lagi dengan latar Everest
Everest perlahan-lahan makin seksi terlihat, utuh, dengan latar langit biru terang, dan sejumput awan. Plus bonus kawanan burung terbang di depannya. Lucky us! Dari 5 menit yang kami minta, kenyataannya kami bertahan sekitar 30 menit! Itu pun karena bus berikutnya sudah tiba, dengan terpaksa kami harus meninggalkan Everest yang masih petantang-petenteng minta difoto, naik kembali ke bus. Ini benar-benar last minute miracle!
Berikut foto-foto beberapa teman saya dengan latar Everest nan gagah.
Dapat bonus kawanan burung
Clear banget 'kan Everest-nya?
Benar-benar last minute miracle!
JANGAN LEWATKAN
Di area tent hotel terdapat kantor pos tertinggi di dunia. Saat kunjungan pertama tahun 2010 saya sempat masuk dan mengirimkan tiket masuk EBC yang berupa kartu pos ke alamat saya sendiri. Sayang, tunggu punya tunggu kartu pos itu tak pernah sampai.
Post office di lokasi tent hotel tahun 2010
Dua kali berikutnya saya nggak terlalu memperhatikan di mana letak kantor posnya. Tapi teman-teman seperjalanan tahun 2019 sempat memotretnya di tent hotel.
Post office di tent hotel lokasi baru tahun 2019
WARNING!
Untuk melihat Everest di EBC Tibet diperlukan daya tahan tak hanya untuk menghadapi AMS (Acute Mountain Sickness), tapi juga untuk menghadapi toilet yang kurang manusiawi: tak ada air dan baunya luar biasa! Baik saat 2010 menginap di tent hotel maupun 2018 dan 2019 menginap di Rongbuk Guesthouse kondisi toiletnya sami mawon, nggak ada perubahan.
Bagaimana Trippers, siap ke EBC? Hubungi WhatsApp 0811821006.