Goa Sunyaragi, salah satu objek wisata yang berada di dalam Kota Cirebon
Kamu, sama dengan saya, pasti sudah jenuh di rumah aja. Tapi untuk pergi jauh yang mesti naik pesawat, masih ragu walaupun sudah diyakinkan bahwa pesawat dilengkapi sistem HEPA (High-Efficiency Particle Filters) yang membuat penumpang aman dari paparan virus corona. Jadi alternatifnya adalah pergi ke tempat yang nggak terlalu jauh dan bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi. Saya memilih ke Kota Cirebon, kali ini.
Baca juga: “Itinerary dan Estimasi Biaya Eksplor Cirebon 3 Hari”
Adanya jalan tol Cipali apalagi sekarang juga ada jalan tol Jakarta-Cikampek Layang membuat perjalanan ke Cirebon sungguh cepat. Dari rumah saya yang selemparan batu dari gerbang tol Jatiwarna Bekasi di ruas Tol JORR, dengan lalu-lintas lancar jaya di hari biasa, kami tiba di Cirebon hanya dalam waktu 2 jam lebih 10 menit! Berangkat dari rumah pukul 06.15, keluar di exit tol Plumbon (ini exit tol untuk ke Kota Cirebon) pukul 08.25.
Tujuan pertama tentu sarapan dulu. Ada banyak pilihan yang saya baca dari sini, tapi akhirnya kami memilih Warung Nasi Jamblang Mang Dul di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No.4. Tempatnya cuma seukuran satu ruko, tapi untung lagi nggak rame, hanya ada satu meja terisi. Pelayannya pakai masker.
Warung Nasi Jamblang Mang Dul
Buat saya dan cewek pada umumnya, apalagi kalau cuma sarapan, satu bungkus nasi yang kecil porsinya dan dibungkus daun jati itu, cukuplah. Buat cowok atau yang makannya banyak ya kudu minimal dua. Lauknya banyaaak pilihannya, sampe kalap. Saya pilih 4: semur tahu, tempe goreng, paru goreng, pepes oncom, dan tentu plus sambal merah khas nasi jamblang. Saya sempat icip cumi hitam dan pepes ayam yang kaya bumbu dari piring kakak dan mama saya, nyaaammm…. Total ‘kerusakan’ untuk makan berlima dengan lauk per orang 4-5 hanya Rp145.000.
Nasi jamblang Mang Dul
Kami tak punya itinerary, jadi asal jalan aja. Jadilah cap-cip-cup, abis sarapan, kami memutuskan ke Keraton Kanoman. Ke sana dengan petunjuk tukang parkir dan Google Maps tentu saja. Tapi ternyata keraton ini posisinya di dalam pasar. Kami nggak mau ambil risiko jalan kaki melewati keramaian pasar. Jadi langsung tancap gas ganti tujuan. Ke Goa Sunyaragi. Saya belum pernah ke sini.
Baca juga: "Alternatif Weekend Trip: Menyambangi Kebun Bawang di Majalengka"
Ngikutin Google Maps, ternyata kami diarahkan ke jalan kecil di belakang Taman Wisata Goa Sunyaragi. Dibilang sudah sampai, tapi mana pintu masuknya? Akhirnya kami putar balik menyusuri sisi satunya lagi, tapi malah jadi jauh. Jadi kami mengulangi rute, masuk ke jalan kecil itu lagi dan nanya warga. Disuruh terus aja sampai ketemu jalan besar, Jl. Brigjen Darsono. Ya, Goa Sunyaragi memang berada di jalan itu. Kenapa juga si Google ngarahin ke jalan belakang ya…
Bagian halaman utama Taman Wisata Goa Sunyaragi
Goa Sunyaragi buka pukul 08.00-17.00. Di gerbang depan bayar tiket kendaraan: mobil Rp3.000, motor Rp2.000. Lalu di gerbang dalam bayar tiket per orang Rp10.000. Saat kami datang hanya terlihat sedikit sekali pengunjung lain, jadi enak, leluasa. Tapi masker kami selalu on karena objek wisata ini memberlakukan wajib masker. Tentang sejarah Goa Sunyaragi bisa dibaca di sini. Dan tentang apa saja yang bisa dilihat di taman wisata ini, ikuti tulisan selanjutnya.
Tujuan utama kami ke Cirebon selain kulineran adalah belanja batik di Batik Trusmi. Bagi para wanita, belanja di sentra batik yang luas ber-AC dan pilihannya banyak tentulah menyenangkan. Nggak terasa waktu 1 jam lebih kami habiskan di sini. O ya, selain aneka baju batik dan bahan batik meteran, dari yang biasa sampai yang premium, Batik Trusmi juga menjual aneka suvenir dan makanan/camilan khas Cirebon. Lumayan, sekali tepuk, bisa dapat banyak tanpa perlu pindah tempat.
Batik Trusmi
Sudah lewat waktu makan siang, sudah lapar, kami pun meluncur ke Empal Gentong H. Apud pusat di Jl. Ir. H. Juanda No.24 yang tak jauh dari Batik Trusmi. Tapi dari luar kami lihat ramai, langsung beralih ke Empal Gentong H. Apud yang di Jl. Tuparev No.43B. Untung saja, sesuai perkiraan, di sini nggak terlalu ramai, masih bisa berjarak dengan meja-meja lain. Aman. Baik menu Empal Gentong maupun Empal Asem di sini dibanderol Rp23.000 semangkuk. Isinya bisa pilih daging sapi saja, atau campur dengan babat, usus, kikil.
Empal Gentong H. Apud
Empal Asem H. Apud
Tadinya habis maksi mau langsung cus pulang, etapi kepikir pengen beli ketan gurih Ny. Lany yang ngetop itu. Jadilah ngikutin Google Maps ke Rumah Kue Ny. Lany di Jl. Kesunean No.3. Cukup jauh dari Jl. Tuparev. Untung masih kebagian 9 biji ketan yang satunya Rp10.000. Sekalian beli lempernya yang juga endes. Dan mmm… ada juice kedondong yang benar-benar menyegarkan di siang hari di Cirebon yang terik. O ya, Ny. Lany ini nggak menerima makan di tempat ya, jadi semua take away.
Baca juga: “Ini Dia Rekomendasi Kuliner di Cirebon Buat Sarapan, Makan Siang, Makan Malam dan Camilan”
Dari Ny. Lany balik ke gerbang tol Plumbon lumayan jauh, sekitar 30 menit dengan lalu-lintas yang lancar. Perjalanan di tol juga kembali lancar jaya, dan hingga tiba di rumah makan waktu sama sekitar 2 jam 15 menit. Mata juga kembali dimanjakan deretan pegunungan di sebelah kiri jalan.
Pemandangan pegunungan yang bisa dinikmati dari jalan tol
Syukurlah ya, pandemi Covid-19 terjadi di zaman jalan tol dan jalan negara atau jalan provinsi di tiap daerah sudah jadi dan tembus ke mana-mana. Nggak berani naik pesawat, warga Indonesia punya banyaaaak pilihan buat pelesir dengan jalan darat. Saya aja udah ancang-ancang mau ke mana lagi nih, naik mobil pribadi aja, dan #diIndonesiaaja.
Baca juga: “100+ Destinasi Wisata Domestik yang Bisa Jadi Pilihan di Era Next Normal. Bagian 3: DKI, Banten, Jawa Barat”