Keindahan Bhutan yang diwakili Punakha
Bhutan yang digadang-gadang sebagai negeri dengan penduduk paling bahagia di Asia menjadi destinasi impian banyak orang. Kesan damai sekaligus eksotis melekat pada negeri ini. Memang untuk eksplor Bhutan tidak bisa dilakukan secara independen alias harus bergabung dalam grup tur. Tapi meskipun kita tinggal duduk manis dipandu oleh pemandu lokal, nggak ada salahnya kalau kita mengetahui juga seluk-beluk Bhutan sebelum pelesir ke sana.
INFO UMUM
Letak: Di Asia Selatan, di ujung timur Pegunungan Himalaya, diapit dua raksasa: Cina (tepatnya Tibet) di utara dan India di selatan, timur dan barat. Di sebelah barat, dipisahkan oleh Sikkim ada Nepal. Di selatan, dipisahkan oleh Assam dan West Bengal ada Bangladesh. Jadi Bhutan adalah landlocked country, nggak punya laut.
Luas: 38.394 km2 (nggak sampai sepertiga Jawa). Panjangnya 300 km dan lebar 150 km. Terbagi menjadi 20 distrik (dzongkhag). Ketinggiannya bervariasi dari 100 mdpl (di Phuentsholing di ujung selatan Western Bhutan) sampai 7.541 mdpl (puncak Gangkhar Puensum, berbatasan dengan Tibet).
Populasi: Hanya +/-800.000 jiwa.
Bentuk negara: Monarki demokratik konstitusional
Ibu kota: Thimphu
Kota lainnya: Paro (bandara internasionalnya berada di sini), Bumthang, Punakha.
Zona waktu: GMT+6 (lebih lambat 1 jam dari WIB)
Bahasa: Dzongkha. Hurufnya sama dengan huruf Tibet, tapi bunyinya beda. Tapi bahasa Inggris digunakan secara luas terutama di kalangan anak muda dan dunia pariwisata.
Mata uang: Ngultrum (Nu). USD 1= +/-Nu 67. Nu 1= +/-Rp 210.
- Jangan bawa rupiah, tapi bawalah USD untuk ditukarkan di sana (di bandara, hotel, atau bank).
- Transaksi dengan kartu kredit bisa, tapi sangat terbatas.
Kode telepon: +975
Stop kontak: Tiga lubang bundar (bisa untuk dicolok dengan colokan dua bundar yang kita punya)
Internet/Wi-Fi: Hampir semua hotel memberikan Wi-Fi gratis di kamar.
Kebiasaan tipping: Pemberian tip nggak umum di Bhutan. Ada hotel yang menyediakan kotak tip di meja resepsionis, ada yang tidak. Tapi tip untuk pemandu dan supir, sesuai aturan internasional, wajib diberikan.
Air minum: Air keran di tempat umum maupun di hotel tidak direkomen untuk diminum langsung. Tapi hotel umumnya menyediakan air minum.
Jam buka toko: Rata-rata pukul 09.00-21.00 di area turis atau kota besar seperti Thimphu dan Paro
Menyetir: Posisi setir di kanan, kendaraan jalan di kiri jalan. Sama dengan di Indonesia.
VISA
Masuk Bhutan pakai visa on arrival (USD 40), yang diproses oleh travel agent di Bhutan setelah kita bayar biaya tur. Kita akan dapat surat approval yang dikirim via email, dan baru dapat cap visa di imigrasi Bhutan.
WAKTU TERBAIK KUNJUNGAN
Khamsum Yulley Temple di Punakha
Waktu terbaik ke Bhutan untuk trekking maupun sightseeing: musim gugur (akhir September-akhir November) saat langit cerah, awan biru terang. Kalau mau lihat bunga rhododendron mekar, datanglah saat musim semi (Maret-Mei), tapi hujan kadang turun.
Waktu terbaik selain dihubungkan dengan cuaca, juga dengan festival. Musim gugur bertepatan dengan Thimphu Tsechu. Musim semi waktunya Paro Tsechu. Sedangkan musim panas (Juni-Agustus) itu monsoon, hujan melulu. Bagian barat Bhutan (Thimphu, Paro) masih oke buat dikunjungi selama musim panas.
DURASI IDEAL EKSPLOR BHUTAN
Agar mengenal Bhutan lebih komprehensif, disarankan minimal 8 hari (termasuk hari kedatangan dan kepulangan, jadi tarifnya dikenakan 7 hari). Rute standar: 2 malam di Thimphu, 2 malam di Punakha, 1 malam di Phobjikha Valley, 2 malam di Paro. Tapi kalau punya waktu singkat, 5 hari pun jadilah.
Dochu La Pass di Punakha
SEKELUMIT SEJARAH BHUTAN
Sebelum abad ke-17 Bhutan terdiri dari negara-negara kecil yang saling berperang yang akhirnya dipersatukan oleh Zhabdrung Ngawang Namgyal. Ia datang dari Tibet dan akhirnya menjadi pemimpin religius Bhutan. Setelah mangkatnya Zhabdrung, perang saudara terjadi selama 200 tahun. Sampai akhirnya muncul Ugyen Wangchuck sebagai orang terkuat di Bhutan dan kemudian diangkat sebagai raja pertama dengan gelar Druk Gyalpo (Dragon King) pada 17 Desember 1907. Tahun 1926 raja meninggal, digantikan putranya Jigme Wangchuck (1926-1952).
Raja ketiga Jigme Dorji Wangchuck (1952-1972) yang mendapat pendidikan di India dan Inggris mulai menyadari politik isolasi udah nggak zaman lagi. Tahun 1961 Bhutan pun mulai membuka diri terhadap dunia luar.
Raja keempat Jigme Singye Wangchuck (1972-2006) memperkenalkan Gross National Happiness (GNH) untuk mengukur kemajuan pembangunan. Alat ukur sensus GNH: pendidikan, kesehatan, sistem pemerintahan, ekonomi. Pada masa inilah Bhutan mengalami titik balik, salah satunya dibolehkannya pers internasional masuk pada 1974 saat penobatan raja. Sejak itulah turisme di Bhutan tumbuh.
Tahun 2006 raja keempat di usianya yang baru 49 tahun mengumumkan penyerahan mahkota kepada putra tertuanya Jigme Khesar Namgyel Wangchuck (tapi penobatannya 2008), dan membantu mengubah sistem dari monarki absolut menjadi monarki demokratik konstitusional ditandai dengan pemilihan umum pertama tahun 2008.
(Bersambung)
Baca juga “Serba-Serbi Bhutan (Bagian 1): Banyak Gambar Porno di Dinding Rumah?” dan “Serba-Serbi Bhutan (Bagian 2-Tamat): Mau Kenalan dengan Ema Datse?”