MENCICIP ROMANTISME TIMUR TENGAH DI DOHA 2022-09-13 17:15

Satu piring besar kebab grill

 

Transit superlama di Doha, Qatar, membuka pintu untuk mengintip sedikit budaya Qatar, negara mini superkaya di Timur Tengah ini. Begitu keluar bandara, hawa panas langsung menerpa. Kira-kira seperti berdiri di belakang lemari es zaman dulu! “Ini masih belum seberapa, kalau musim panas, bahkan jasa pengantaran motor dilarang kerja di siang hari, bisa pingsan kepanasan!” kata sahabat yang mengantar kami. Warbiyasak!

 

Begitu keluar dari bandara terlihat di mana-mana pemerintah Qatar sedang sibuk mempercantik diri. “Ini semua baru, menjelang Piala Dunia 2022 nanti!” katanya menjelaskan. Wow, pantas saja! Bagi mata orang Indonesia, Doha ini mirip Singapura: jalanan besar dan bersih, infrastruktur besar berdiri di mana-mana, mobil-mobil bagus, dan tidak ada pengemis atau kios pinggir jalan. Padahal, negara ini baru merdeka tahun 1971. Hmmm, Indonesia perlu hati-hati nih! Banyak “New Kids on the Block” yang dengan cepat mendahului kita dalam hal kemajuan negara. Jiah, ketebak dong umur saya!

 

Tujuan pertama (dan satu-satunya) di Doha: pasar! Ya, ternyata Souq Waqif, pasar terbesar di Doha, terletak tidak jauh dari bandara. Jangan bayangkan Pasmod ala BSD! Kami parkir di basement bak Plaza Senayan, lalu bayar parkir di lobby lift menuju pasar yang ber-AC. Tetapi ketika pintu lift terbuka lagi di lantai dasar, hawa panas menerpa dan pemandangan indah membuat terkesima! Pasarnya tidak “digubah” menjadi gedung modern, tapi mempertahankan arsitektur lama yang penuh toko-toko ala bangunan Adobe dan lapak-lapak yang digelar di depan toko. Bahkan beberapa orang masih berjualan dengan berteriak! Tapi bersih, teratur dan rapi. Saya langsung terbayang suasana pasar dalam Tintin di Negeri Emas Hitam. Wow, seperti mesin waktu!

 

Salah satu sudut jalanan di Souq Waqif

 

Sebuah tembok di Souq Waqif

 

Suasana Souq Waqif

 

Wajah sebuah bangsa terlihat dari pasarnya. Dan wajah utama Qatar adalah rempah dan kacang! Di mana-mana terlihat penjual rempah dengan kotak-kotak seperti di Pekalongan. Lalu kacang pistacchio dari Iran, ada rempah dari Somalia, negara-negara yang kita dengar hanya dari berita saja. Lalu wangi-wangian! Ada yang menjual aroma dari batu yang dibakar lalu berasap, ada berbagai jenis batu wewangian ini. Inilah mungkin yang disebut “kemenyan dan mur”, pikir saya. Jajanan yang ada rata-rata minuman, teh atau kopi, dan es krim Turki, ada lagi dua kios menjual hidangan mirip martabak manis tipis kering. Penjualnya seorang ibu dengan kulit gelap dan mata biru. Dari mana dia? Mungkin dari Planet Tatooine!

 

Penjual rempah di Soug Waqif

 

Penjual teh di Souq Waqif

 

Penjual lampu di Souq Waqif

 

Toko karpet di Souq Waqif

 

Jiwa kuliner saya menggelegak ingin nyicip makanan. Akhirnya sahabat kami merekomendasi “Usta”, sebuah restoran Turki Timur Tengah di ujung Souq Waqif. Di display depan sudah terlihat keunikannya: oven besar untuk memanggang roti pita, dessert Turki seperti baklava, dan berbagai macam colekan yang dikenal dengan nama Mezzeh. Hmm, menarik! Kami memesan tiga jenis mezzeh, lalu pita bread, kemudian satu piring besar kebab grill yang dibagi untuk semuanya. Kami duduk di lantai 2 yang ber-AC dengan angin kencang, di mana beberapa meja diisi tamu yang mengisap hashish.

 

Tampak depan Resto Usta

 

Turkish dessert

 

Suasana lantai 2 di Usta

 

Jajaran hashish

 

Hidangan Timur Tengah begitu asing untuk kita sehingga langsung nampak menarik. Tiga jenis mezzeh yang kami pesan punya karakter berbeda. Hummus, dibuat dari kacang arab (chickpea) yang digerus halus. Minyaknya akan keluar membuat teksturnya lembut. Sebuah bahan pangan kuno yang sejak 7.500 tahun lalu sudah dikonsumsi manusia. Menikmatinya simpel saja: dicocol dengan roti! Kemudian berikutnya lebih meriah: tabouleh, sebuah hidangan berwarna hijau menyala yang dibubuhi delima merah membara, sehingga menjadi paduan menarik. Daun peterseli dan mint memberikan aroma semriwing nikmat, sementara coucous membawa tekstur dan rasa gurih. Delima? Dih, buah ini cantik banget warnanya dan rasanya pun manis segar unik. Cocol lagi! Terakhir, disebut “spicy mezzeh”. Rasanya pedas paprika, dengan minyak zaitun, jadi sedikit mirip sambal tapi lebih wangi. Wah, mantap!

 

Spicy Mezzeh

 

Roti ala Timur Tengah

 

Tabouleh

 

Pita bread, adalah hidangan yang unik. Percis cis sama pizza, hanya di sini bentuknya panjang seperti kapal. Mozarellanya, persis! Bahkan di atas ada bundaran merah. Apakah itu pepperoni? Bukan! Namanya Sujuk --sosis Turki dari daging sapi atau kambing, sebuah hidangan khas sejak abad ke-17 dari Kekaisaran Ottoman. Astaga, jangan-jangan babi panggang Bangka yang disebut saucuk, nenek moyangnya ada di Turki! Kebabnya enak, karena kualitas daging yang bagus.

 

Pita bread

 

Memang sebuah hidangan paling sedap kalau dekat dengan asalnya! Semua hidangannya sedap, tekstur cantik, permainan rempahnya ciamik, sebuah kombinasi yang jarang ditemui. Sekaligus membuktikan bahwa Timur Tengah adalah melting pot kuno yang menarik untuk dijelajahi.

 

Usta

Turkish Kebap & Doner

+974 6641 1777

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment