Sungai Cikahuripan, tetap cantik tanpa air hijau turkois
Coba masukkan kata kunci “Sungai Cikahuripan”, lalu klik tombol “Images”, maka keluarlah beragam foto yang amat cantik ciamik. Air sungai hijau turkois yang diapit dua tebing menjulang yang berkontur menarik, plus rakit atau getek dan model dengan aneka pose tentunya. Tambahan lagi ada foto yang menampakkan cahaya tembus dari celah antara tebing plus rimbun tanaman di atasnya. Tapi kok ada juga foto yang menampakkan airnya coklat, kuning pucat, atau hijau butek ya? Jadi bagaimana sesungguhnya aslinya?
Tebing menjulang, getek dan model
Meski ragu apakah objek wisata di Bandung Barat ini indah beneran atau biasa aja, saya dan beberapa teman tetap menyambanginya 22 November 2021 lalu.
Trekkingnya mudah, dominan datar jalurnya. Awalnya melewati kebun, lalu persawahan, dan menjelang tiba di lokasi, harus menyeberangi sungai dangkal dengan menginjak batu-batu yang disusun serupa bendungan kecil. Total jalan santai 25 menit saja.
Jalur trekking di awal melewati kebun
Menyeberangi sungai dangkal
Terlihat aliran sungai dangkal dengan hamparan batu-batu. Nah ujung sungai itulah yang merupakan spot utama Sungai Cikahuripan. Berupa belokan sungai yang membentuk ceruk cukup luas dengan dinding tebing tinggi mengawal di kedua sisinya.
Sudah tiba di lokasi, terlihat aliran sungai dangkal dengan hamparan bebatuan
Inilah spot utama Sungai Cikahuripan
Tapi mana air hijau turkois atau coklat itu? Kok nggak ada? Ya, pihak pengelola di tempat parkir sudah memberitahu kami, tanggul yang dibangun untuk membentuk kolam air di ceruk itu jebol dihajar banjir. Jadilah ceruk itu kering, hanya bersisa aliran air yang dangkal dan mengisi sebagian kecil badan sungai. Getek tetap tertambat di situ, masih bisa dinaiki, dan dibuat properti foto --buat bikin signature pose Sungai Cikahuripan.
Aliran air hanya mengisi sebagian kecil badan sungai. Tak ada si air hijau turkois itu
Jadi, cakep nggak tempat ini tanpa si air hijau turkoisnya? Seperti yang Trippers lihat… Sepakat ‘kan untuk bilang Sungai Cikahuripan ini tetap cakep dan Instagrammable tanpa air hijaunya? Dinding tebingnya yang berkontur dan dilapisi tanaman liar di bagian atas dan celah-celah batunya, serta tentunya cahaya matahari yang masuk membuat kami betah berfoto berlama-lama.
Sungai Cikahuripan ini tetap cakep dan Instagrammable tanpa air hijaunya ‘kan?
O ya, untuk masuk ke spot ceruk ini, kami melewati badan sungai dangkal dengan memijak di batu-batunya yang dialiri air. Nggak sulit dan aman, tapi tetap harus berhati-hati.
Masuk dengan melewati badan sungai dangkal
Spot cantik Sungai Cikahuripan sebenarnya bukan hanya di bagian ceruk itu saja. Di bagian kiri sungai bagian atas ada air terjun kecil yang mengalir melewati tebing batu di bawahnya. Jadi jangan hanya sibuk berfoto di bagian ceruk, tapi ambilah foto wide yang menampakkan air terjun, dinding tebing dan juga ceruk sungai sekaligus.
Foto yang menampakkan air terjun, dinding tebing dan juga ceruk sungai sekaligus
Air terjun kecil di bagian atas tebing sungai
Selain berfoto, ada baiknya juga mengenal asal mula Sungai Cikahuripan. Jadi, sungai ini merupakan anak sungai Citarum purba. Terbentuk seperti sekarang karena aliran airnya terputus akibat pembangunan Waduk/PLTA Saguling tahun 1986. Sehingga Sungai Cikahuripan sumber airnya hanya berasal dari air hujan dan air tanah.
Baca juga: "Di Lembah Purba Sukabumi Ada Apa Aja Sih? Susah Nggak Trekkingnya?"
Nama Cikahuripan sendiri berasal dari bahasa Sunda yang artinya air kehidupan. Pak Harom Setiawan selaku pengelola menjelaskan, air sungai Cikahuripan dipercaya manjur untuk mengobati berbagai penyakit. Itulah yang menjadi asal mula namanya. Kami direkomendasi untuk minum langsung air dari mata air yang dialirkan melalui batang bambu yang berada di aliran sungai sebelum tiba di spot utama. Ada mata air untuk laki-laki, ada yang untuk perempuan. Sayang kami tidak melihat mata air yang untuk laki-laki.
Pintu masuk jalur trekkingnya
Tidak ada toilet di Sungai Cikahuripan, apalagi warung Indomie. Tapi jangan khawatir, di lapangan parkir yang ada di seberang pintu masuk jalur trekkingnya ada warung dan toilet. Di warung ini, yang juga merupakan basecamp pengelola, kita diminta membayar tiket masuk sebesar Rp15.000 per orang, parkir mobil Rp10.000, parkir motor Rp5.000. Jam buka resminya pkl.08.00-16.00. Sungai Cikahuripan dikelola oleh LMDH Qurota Ayun, Desa Saguling Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat.
Dari Jakarta ke Sungai Cikahuripan menempuh jarak +/-150 km, dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam. Ambil Tol Cikampek, lanjut Tol Cipularang, keluar di Padalarang/Cikalong/Cianjur. Setelah itu ikuti saja Google Maps. Arahnya sama dengan ke Waduk Saguling di kawasan Rajamandala.
Yuk, ke Bandung Barat!