Bubur Bebek Benoa Nang Tut
Kuliner “Work from Bali” adalah ketika kamu sebulan di Bali dan sudah mendatangi semua tempat yang ada dalam Kamus Balimu. Abis itu, makan apa lagi? Ya, saya punya dua pilihan unik: Bubur Bebek Benoa Nang Tut dan Bakso Kotak Niken!
“Kalian ke Benoa ngapain? Main watersport?”
“Bukan, cari bubur bebek!” jawab saya, disambut wajah heran lawan bicara saya.
Wong edan! Tapi, kami benar-benar penasaran. Tahun 2016, ketika survey buku 100 Mak Nyus Bali, Pak Bondan Winarno pernah bilang ke saya, “Ada bubur di Pasar Benoa, yang gagrak buburnya Tio Ciu banget, tapi yang jualan orang Bali!” Akhirnya, kami menemukannya setelah nanya kanan-kiri (bisa via WA: 0818 0552 8645). Namanya: Warung Nang Tut, yang dipimpin oleh Yaya, generasi ketiga warung ini. “Memang, nenek saya ada yang asal Taiwan, kemudian menikah dengan kakek saya yang asli Bali!” kata Yaya menjelaskan. Ketika beliau menyiduk buburnya, wow! Lembut berbulir, memang khas Tio Ciu alias mirip bubur ala Pontianak. “Bubur ini dimasak dengan kaldu bebek!” katanya bangga.
Warung Nang Tut
Konon, dulu Nang Tut hanya berjualan setiap Galungan dan antreannya sampai tumpah ke jalan. Dulu yang dipakai bebek sawah, sekarang bebek peking. “Karena bebek sawah itu dagingnya sedikit…” katanya. Konsumen baru sekarang, tentu mencari daging bebek! “Sambalnya ini juga khas, difermentasi, Pas. Dua hari baru jadi!” kata Yaya. Dan bukan cuma itu: dia menunjukkan sebotol kecap asin cap Meliwis produksi Singaraja. “Kecapnya harus merek ini, kalau tidak bakal pecah, Pak!” kata Yaya lagi.
Bebek rebus
Daging bebek sedang dipotong-potong
Kecap asin cap Meliwis
Racikan tiga generasi memang bukan kaleng-kaleng! Buburnya lembut berbulir, seperti makan di Pontianak. Bebeknya dipanggang dengan lembut dan gurih sedap dagingnya. Potongannya generous, tercelup di bubur membuat bibir kerja keras menyerap daging bebek dari tulang serta jus jadi buburnya. Sambalnya, wow! Merah membara, dengan aroma fermentasi, tajam dan segar. Sementara kecapnya manis melipir seperti balsamic vinegar. Seporsi Rp20.000, patut dicubo!
Konsistensi Bubur Nang Tut
Pertanyaan kedua: di mana bakso enak di Bali? Bu Niken punya jawabannya! Bu Niken tadinya adalah pengusaha kantin yang mendadak jumpalitan setelah pandemi, karena kantor-kantor WFH. Maka beliau memutar otak: makanan apa yang sulit didapat di Bali? Sebagai warga Betawi, ada satu: bakso! Akhirnya, dari outlet pertama di Jalan Lumba-Lumba, hingga di Renon sekarang (WA 0812 3790 3648), Warung Bakso Kotak Niken malah jadi laris manis dan menggantikan penghasilannya!
Berfoto bersama Bu Niken
Interior Warung Bakso Kotak Niken
Suasana dapur Bakso Kotak Niken
Seperti apa bentuknya? Ini adalah titisan bakso ala Jakarta dengan toge dan sayuran, bawang merah dan putih goreng dan kuah kaldu sedap. Namun, justru di sini kualitas baksonya lebih baik! “Di sini bahan bagus, jadi saya bisa bikin bakso sendiri yang enak!” kata Bu Niken. Ada bakso baby gurita dengan kaki-kaki gurita yang menonjol keluar. Bakso kotaknya juga kerasa dagingnya, sedap dan segar. Ada gorengan pangsit dan siomay, bahkan lontong! Dan juaranya: gorengan paru sebagai kondimen. Harga kisaran 25K-35K. Boleh cicipi es teler atau es alpukat kalau baru gajian. Sedap!
Bakso baby gurita
Bakso Kotak Niken dan paru goreng
Tambah betah ‘kan Work From Bali?
Baca juga: "5 Top Tempat Makan Murmer Maknyus di Bali"
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.