St.Paul Cathedral di London
Menikmati liburan ada berbagai macam cara dan tujuan. Ada yang mencari keindahan alam, mencari outlet-outlet untuk berbelanja, berwisata kuliner untuk memuaskan lidah, hanya bersantai menikmati fasilitas hotel. Dan ada pula orang seperti saya, yang mencari cerita di balik tempat-tempat yang saya kunjungi. Dengan mengunjungi museum, istana, kota-kota dan gedung-gedung yang pernah menjadi saksi bisu sejarah.
Sejak kecil saya tertarik dengan sejarah. Saya percaya bahwa tanpa adanya sejarah masa lalu, masa kini tidak akan pernah ada. Dan mulailah saya menikmati liburan dengan menjadikan kota-kota yang memiliki sejarah panjang dan dipenuhi bangunan dari masa lalu sebagai destinasi favorit. Entah mengapa, melihat sisa kebudayaan dan kemegahan masa lalu selalu meninggalkan rasa penasaran yang panjang. Peristiwa besar apa yang pernah terjadi di sebuah kota tertentu, cerita apa yang ada di balik kemegahan bangunan dengan arsitektur rumit yang tampak agung sekaligus penuh misteri, dan tokoh-tokoh mana saja yang tersohor di masa itu.
WINCHESTER DAN LONDON, IBU KOTA BRITANIA RAYA, DULU DAN KINI
London --kombinasi unik antara peradaban ultra modern dan sisa kejayaan Kerajaan Britania Raya yang klasik. Bangunan melegenda seperti The Parliament House, Palace of Westminster bersama Big Bennya, Tower of London, The London Bridge, St.Paul Cathedral seolah membawa saya ke abad ke-18, saat para Londoners berjalan di jalan raya dengan para prianya memakai jas panjang dan bertopi hitam tinggi, dan wanitanya memakai gaun yang menggelembung di bagian bawah dan di bagian dadanya begitu ketat sehingga buah dadanya membusung, lengkap dengan rambut keriting seperti kue semprong. Dan ketika London cab, taksi berwana hitam yang telah menjadi salah satu ikon kota London itu lewat, saya terbayang kereta hitam yang ditarik kuda sebagai kendaraan para bangsawan masa lampau di sana.
Para wanita Inggris tempo dulu
Kemegahan istana-istana kerajaan Inggris di kota ini juga menyimpan kisah cinta menarik seputar keluarga kerajaan. Sejak Pangeran Edward yang melepaskan tahtanya sebagai Raja Inggris demi cintanya pada janda asal Amerika bernama Wallis Simpson dan kemudian diasingkan ke Prancis. Berlanjut dengan para modern royal family, dari era Lady Di yang berakhir tragis, sampai euforia perkawinan Pangeran William dan Kate Middleton yang memberi harapan baru bagi citra salah satu kerajaan tertua di dunia itu.
Saya juga mengunjungi Winchester, sebuah kota tua lain yang dulunya merupakan ibu kota Inggris. Kota ini dipenuhi kastil-kastil tua dan Winchester Cathedral-sebuah katedral yang merupakan kastil terbesar di Eropa, dan menjadi seting film box office, The Da Vinci Code. Winchester juga mengingatkan saya akan film First Knight –film tentang cinta segitiga zaman medieval yang dimainkan dengan apik oleh Sean Connery sebagai King Arthur, Richard Gere dan Julia Ormond. Di sinilah tempat King Arthur tinggal. Di Great Hall di dalam Winchester Castle tergantung sebuah meja bundar berlukiskan bunga Rose Tudor di tengahnya yang dulu dijadikan meja di mana sang raja bertemu para ksatrianya. Saat melihatnya, rasanya dengan mudah membayangkan berada di antara cinta segitiga para ksatria Inggris dengan baju besi dan pedang super besar lengkap dengan perisainya yang duduk dengan gagahnya di atas kuda putih.
Winchester Cathedral
LINDERHOF, ISTANA SANG MOONLIGHT KING DI JERMAN
Ketika di Jerman saya sempat mengunjungi Istana Linderhof yang terletak di sebuah daerah dekat Oberammergau, wilayah barat daya Provinsi Bavaria. Linderhof merupakan istana terkecil dari tiga istana yang dibangun King Ludwig II dari Bavaria. Tapi istana ini adalah satu-satunya istana yang selesai pembangunannya dan sempat dinikmati sang raja saat ia masih hidup, sementara kedua istana lainnya tidak pernah selesai pembangunannya sampai akhir hayat sang raja. Istana tersebut adalah Istana Neuschwanstein dan Istana Herrenchiemsee.
Istana Linderhof yang megah
King Ludwig II adalah tipe raja yang tidak terlalu tertarik pada kekuasaan. Kecintaannya pada seni membuatnya lebih dikenal sebagai raja yang boros dan berambisi membangun berbagai istana mewah. Ia terkenal dengan tiga hal: pertama, selalu berusaha tidak berurusan dengan perang. Kedua, terkenal dengan ambisinya membangun istana-istana mewah impiannya. Ketiga, raja eksentrik yang dijuliki The Moonlight King ini terkenal dengan kecintaannya pada dunia seni, serta sifatnya yang tidak menyukai keramaian. Ia membangun Istana Linderhof yang terinspirasi dari kecintaanya pada Istana Versailles di Prancis. Raja muda ini memiliki kebiasaan makan menyendiri di ruangannya namun dengan bangku-bangku kosong sambil membayangkan 'imaginary guest'-nya dari negara tetangga. Sampai akhir hayatnya ketika ditemukan tak bernyawa di tengah kolam, tak pernah jelas apakah raja muda yang tak pernah menikah ini mati bunuh diri, dibunuh atau karena kecelakaan.
Detil kemewahan bangunan Istana Linderhof
Saya meninggalkan Linderhof sambil melewati taman luas yang dihiasi aneka bunga, kolam dan patung-patung yang mengelilingi kompleks istana ketika musim gugur. Saat itu saya begitu menikmati pemandangan hamparan rumput yang menampilkan daun-daun berguguran beraneka warna bak karpet alami yang hidup.Taman yang begitu memesona dan segala legenda sang raja membawa saya kembali ke masa kanak-kanak ketika saya membayangkan diri saya bagian dari dongeng klasik Hans Christian Andersen.
KISAH DI BALIK GERBANG MERAH THE FORBIDDEN CITY DI BEIJING
Ketika saya mengunjungi The Forbidden City alias Istana Terlarang di Beijing, saya seolah tersihir oleh ruang-ruang besar berwarna kemerahan dengan segala isinya yang bergelimang kemewahan, ataupun oleh kisah ratusan selir dan jejeran kasim yang siap melayani kaisar.
Selama sekitar 500 tahun, 24 raja—14 dari Dinasti Ming dan 10 dari Dinasti Qing—silih berganti memerintah China dari istana ini. Di sinilah selama ratusan tahun tersimpan rapi kisah tentang para kasim, pesta-pesta mewah para kaisar, dan persaingan para selir merebut hati kaisar.
Banyak intrik seru yang terjadi di Istana Terlarang ini
Berada di kompleks istana seluas 72 ha ini mengingatkan saya pada film klasik garapan Bernardo Bertolucci yang meraih 9 Oscar di tahun 1987, The Last Emperor. Film dengan tokoh sentral Kaisar Pu Yi itu pernah membuat saya membayangkan berada di tengah intrik persaingan para selir; kehidupan para kasim yang merupakan laki-laki yang dikebiri untuk melayani para selir, raja dan permasuri. Jubah-jubah mewah bersulam benang emas di atas kain sutra terbaik yang dipakai kaisar dan jejeran ragam makanan ternyata tak menjamin kebahagiaan. Karena raja hanya dapat hidup di balik tembok istana terlarang.
KISAH ROXELANA, SANG HASEKI HURREM SULTAN DI TOPKAPI PALACE TURKI
Topkapi Palace di Istanbul ini adalah simbol kejayaan Dinasti Ottoman yang menjadi tempat tinggal para sultan serta ibu suri dan para selir secara turun-temurun selama 400 tahun. Istana ini menyimpan segala kisah, mulai dari kisah harem, para kasim dan barang-barang peninggalan sultan. Berkeliling istana yang kini sebagian ruangannya menjadi museum, siap-siaplah untuk terbelalak melihat koleksi pedang, baju perang, kotak perhiasan sampai alat makan yang terbuat dari emas dan tak jarang dihias dengan batu permata. Namun yang paling membuat mata saya terbelalak adalah sebuah pear shape diamond utuh sebesar 86 karat!
Kompleksnya yang super luas membuat istana ini seperti sebuah kota di dalam kota. Di dalamnya ada kompleks harem yang berisi 400 kamar, 9 ruang mandi Turkish Bath, 2 mesjid dan banyak lagi.
Salah satu ruang di Istana Topkapi
Kisah paling seru dari istana ini adalah kisah cinta Sultan Suleiman dan permaisurinya, Roxelana, seorang gadis Kristiani dari Eropa Timur. Roxelana diculik dari negaranya di Ukraina untuk menjadi budak dan lalu selir di kompleks harem Dinasti Ottoman di Istana Topkapi dan dalam waktu singkat memikat hati Sultan Suleiman I yang kemudian mendobrak tradisi untuk pertama kalinya menjadikan wanita Kristiani sebagai permasuri. Sang Sultan bahkan sering membanjirinya dengan surat-surat dan puisi-puisi cinta. Wanita cantik bekas selir kelas rendah yang kemudian bergelar the Haseki Hürrem Sultan ini sampai akhir hayatnya tak hanya menduduki tempat penting dalam hati Sultan, namun juga memiliki tempat penting sebagai penasihat politik sang sultan.
KISAH CINTA DI BALIK ULLEN SENTALU
Dari dalam negeri sendiri, ada satu tempat yang seperti membawa saya ke zaman kolonial. Kisahnya tentang seorang royal family member dari Keraton Solo. Dia bernama Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani. Putri tunggal pasangan Mangkunegara VII dan Gusti Ratu Timur (putri Sultan Hamengku Buwono VII) kelahiran 1921 ini biasa disapa dengan nama Gusti Nurul.
Adalah Ullen Sentalu, sebuah museum di Kaliurang, daerah dataran tinggi di Yogyakarta yang unik dengan koleksi yang akan memperkaya pengetahuan Anda tentang seni dan budaya Jawa yang luhur. Nama Museum Ullen Sentallu adalah singkatan dari sejumlah kata-kata Jawa: ULating BLENcong, SEjatiNing TAtaraning LUmaku. Ini diterjemahkan sebagai: cahaya kehidupan sejati membimbing perjalanan hidup seseorang.
Saya merasa seolah-olah dibawa ke masa lalu saat melalui setiap ruangannya. Artefak dari zaman kerajaan, motif batik kuno dan langka, lukisan cat minyak yang melukiskan para sultan dan keluarga mereka, naskah dan foto-foto sejarah istana dengan keluarga kerajaan selama era kolonial telah berhasil membawa masa lalu ke masa kini.
Ruang yang paling mengesankan bagi saya adalah Ruang Putri Dambaan yang didedikasikan untuk Gusti Nurul. Seperti namanya , dia memang seorang putri dambaan. Sang putri juga adalah seorang penari yang sangat terampil. Ratu Wilhelmina dari Belanda pernah mengundangnya untuk menari saat merayakan pesta pernikahan putrinya, Putri Juliana dan Pangeran Bernard.
Kecantikan dan kepribadiannya yang lembut namun berpendirian kuat memikat banyak orang besar di era itu, mulai Sutan Sjahrir-perdana menteri pertama Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sampai Soekarno.
Sumber mengatakan bahwa Soekarno pernah jatuh cinta padanya dan meminta pelukis terkenal Basuki Abdulah untuk melukis fotonya. Beliau kemudian menempatkan lukisan itu di ruang kantornya di Cipanas. Namun sang putri menolak cinta sang proklamator karena dia tidak ingin terlibat kisah asmara dengan pria beristri. Dia juga dikenal tegas menolak poligami yang merupakan praktek umum di era tersebut. Selain memamerkan banyak foto-fotonya, Ullen Sentalu juga memajang patung sang putri di tengah taman yang asri dengan pepohonan hijau.
Patung Gusti Nurul di dalam kompleks museum Ullen Sentalu