Serunya canyoning di Curug Cidulang
Trippers butuh tantangan yang bukan sekadar trekking atau gowes melintasi jalur sulit, ataupun rafting di arus sungai yang deras? Coba deh jajal aktivitas outdoor menantang yang satu ini: canyoning. “Ooo… yang mendayung perahu itu?” Bukan, kawan, itu sih canoeing. Jadi, apa itu canyoning?
Canyoning atau canyoneering adalah kegiatan menyusuri sungai, ngarai, lembah dan air terjun dengan memadukan beberapa teknik disiplin alam bebas di antaranya memanjat (climbing), mendaki, abseiling/rappelling (menuruni bidang atau tebing dengan kemiringan sampai 90 derajat dengan double rope), melompat (cliff jumping), meluncur (sliding), berjalan di sungai, dan terkadang juga termasuk berenang bahkan pada kondisi tertentu menyelam (diving).
Baca juga: “Rappeling Seru di Curug Lembah Pelangi”
Kegiatan canyoning memang belum terlalu populer di Indonesia. Awalnya memang kegiatan yang cukup ekstrem ini dilakukan untuk tujuan penelitian. Operator yang khusus menyelenggarakannya juga tergolong belum banyak di Indonesia. MyTrip pernah mencobanya di Air Terjun Gitgit di Singaraja Bali dan di Curug Lembah Pelangi di Cibungbulang Bogor.
Nah, pada 2 Oktober 2021 lalu MyTrip mendapat kesempatan lagi menjajal canyoning di aliran Curug Cidulang yang berada di area Agrowisata Kopi Situ Rawa Gede di Desa Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penyelenggaranya adalah Kazana Canyoning Adventure yang merupakan bagian dari Kazana Wisata. Mereka mengundang beberapa orang dan itulah kali pertama peserta umum mencoba canyoning di Curug Cidulang.
Baca juga: “Ini Dia Rute Trekking di Sentul yang Bukan Kaleng-Kaleng”
Sehari sebelum pelaksanaan kegiatan, kami bermalam dulu di camping ground di ketinggian sekitar 1.100 mdpl di atas Rawa Gede. Beda dengan camping ground wisata yang ada di sisi rawa. Untuk mencapai camping ground ini perlu mendaki jalur yang cukup menantang karena menanjak terus, selama 45-60 menit. Di awal rute di area ketinggian, kita dapat bonus melihat pemandangan Rawa Gede yang dipeluk barisan gunung, ada Gunung Kencana, Gunung Pakuan, Gunung Bunder dan Gunung Sintok yang tampak lancip.
Pemandangan ke arah Rawa Gede dan deretan gunung di belakangnya
Rute menanjak menuju camping ground
Sore hari sekitar jam 4 kami tiba di camping ground dan sudah disambut arakan kabut. Cukup dingin, tapi tidak sampai menggigit. Dinginnya pas! Malam itu kami lewatkan dengan mendengarkan cerita kopi asli Bogor yakni dari pihak Kopi Gunung Pakuan. Di sekitar Rawa Gede, termasuk di jalur menuju Curug Cidulang, memang terdapat perkebunan kopi, baik jenis arabika maupun robusta.
Area camping ground, ada satu warung
Kopi Gunung Pakuan
Esok paginya barulah kami bersiap, mengenakan wearpack, harness, helm, dan sarung tangan. Terlebih dahulu menyimak briefing tentang teknik-teknik yang dipakai dalam canyoning yang dibawakan Kang Egy dari tim Kazana, yang punya sertifikat rope access, K3 bidang ketinggian, dan rescue gua.
Area utama Curug Cidulang di ketinggian 1.188 mdpl sangat dekat dengan camping ground. Tapi kami nggak langsung ke situ, melainkan terus mendaki ke aliran atas Curug Cidulang. Berjalan menanjak selama +/-25 menit, tibalah kami di salah satu curug, yang menjadi curug pertama yang akan dilalui dengan canyoning.
Mendaki ke aliran atas Curug Cidulang
Tapi di atas sebelah kiri curug tersebut ternyata ada tebing, dan itulah tebing tempat kami mempraktekkan teknik rappeling yang sudah diajarkan. Jadi kami harus sedikit memanjat dulu dibantu tali dan juga pemandu untuk mencapai puncak tebing. Tinggi tebingnya hanya +/-5 m, bagian dasarnya adalah aliran sungai dangkal yang berasal dari curug di atasnya lagi. Jadi tentu kondisi ini sangat nyaman bagi siapa pun yang baru mencoba canyoning. Sekitar 17 orang melalui tantangan pertama ini tanpa kesulitan yang berarti.
Memanjat tebing di sebelah curug
Menuruni tebing, pendek saja, +/-5 m
Dan sambil menunggu tim Kazana memasang tali untuk menuruni curug di bawah, kami bermain-main air dulu di kolam alami di bawah curug yang di bagian atas. Sebenarnya oleh tim Kazana, curug di atas itu, bahkan yang di atasnya lagi, di bagian hulu Sungai Cidulang, pernah juga dicoba untuk dituruni dengan canyoning. Tapi medan pemanjatannya sangat sulit, jadi kami tidak sampai ke situ.
Bermain di curug, sambil menunggu penurunan yang kedua
Curug pertama yang kami turuni tingginya +/-6 m, medan tebingnya tidak banyak berongga maupun menonjol, aliran airnya saat itu juga tak terlalu deras. Jadi tak terlalu sulit. Tapi tentu saja tetap menegangkan, dan tidak selalu langkah setiap orang mulus. Terpeleset atau sedikit terhuyung ke kiri-kanan, itu pasti. Tapi aliran air curug tidak sampai merendamkan wajah, kecuali kita memang sengaja merapatkan badan dan wajah ke dinding curug.
Canyoning di curug pertama
Situasi pendaratan di curug pertama
Dari situ kami berjalan dengan langkah hati-hati menyusuri sungai dangkal tapi banyak batu besar maupun batang pohon yang menghalangi.
Susur sungai
Batang pohon menghalangi susur sungai
Hingga tibalah di atas curug kedua. Tingginya mungkin sekitar 15 m. Yang bikin tegang, jalur awalnya berupa celah sungai yang sempit dijepit dua batu besar. Perlu trik khusus di sini supaya kaki nggak ketinggalan sementara badan sudah doyong ke bawah. Setelah melewati celah, jalur lumayan mudah tapi keberadaan batu-batu tebing yang berkontur membuat kami harus memilih pijakan dengan hati-hati.
Melewati celah sungai yang sempit di curug kedua
Medan curug kedua
Lepas dari curug kedua, kembali kami mesti menyusuri sungai dangkal. Kali ini lebih sulit, melewati batu-batu besar yang licin, juga jebakan batu-batu kecil di dasar sungai. Menguras tenaga.
Tantangan terakhir, kami harus menuruni curug utama Cidulang setinggi +/-30 m dengan debit air yang sangat deras. Sebelum tiba di ujung atas curug, kami harus melewati aliran sungai di antara dua tebing tinggi. Rongga atau ruang di antara dua tebing batu berlumut dengan aliran sungai membentuk satu curug pendek di tengahnya dan kerindangan pohon-pohon besar terlihat sungguh sangat sureal.
Menuruni aliran sungai di antara dua tebing dengan tali
Untuk menuruni ruang di antara dua tebing itu harus dengan pengamanan tali. Dan sebelum satu demi satu menghampiri ujung atas curug, kami menunggu dulu di cerukan batu. Benar-benar saat yang menegangkan.
Menunggu di cerukan sebelum menuruni curug utama Cidulang
Singkat cerita, setelah diberi petunjuk singkat tentang apa yang harus dilakukan agar bisa menuruni curug dengan aman dan nyaman, kami pun meluncur satu-satu, dengan double rope yang sudah diatur oleh Kang Egy, sebagai pemandu utama. Kami cukup berpegangan, Kang Egy-lah yang melakukan belaying, mengulur tali secara perlahan, dan tentu di bagian bawah ada yang bersiap menahan tali juga.
Kenapa kami tak melakukan abseiling atau rappeling untuk menuruni Curug Cidulang ini? Karena debit air terjun di sekitar 5 meter pertama sangat deras. Dan tak ada tepian tebing yang tak dialiri air di sampingnya yang bisa dilewati. Aliran begitu deras tak mungkin bisa dilalui dengan abseiling atau rappeling apalagi oleh peserta umum seperti kami.
Di sekitar 5 meter pertama aliran airnya sangat deras
Di 5 meter pertama itu, sudah pasti kami semua kena sembur derasnya air selama beberapa detik. Gelagapan, dan air pun keminum ataupun masuk ke telinga. Pokoknya seruuuu di bagian itu. Jangan panik. Total durasi dari atas sampai mendarat di dasar curug sekitar 2 menit saja. Ketegangan penantiannya yang bermenit-menit, haha.
Durasi menuruni Curug Cidulang sekitar 2 menit
Bagaimana Trippers, berminat? Syarat mengikuti kegiatan ini nggak susah, usia di atas 13 tahun, berbadan sehat, dan tentunya punya nyali. Bagi yang punya penyakit khusus, konsultasikan dulu dengan dokter. Paket yang MyTrip coba ini adalah paket Half Day Canyoning Adventure. Kalau mau puas, termasuk menjajal Curug Cibereum yang setinggi +/-80 m, ambil paket One Day Canyoning Adventure. Hubungi Maya dari MyTrip di 0811821006 atau langsung ke Kazana Wisata dengan Kang Iting di 081806650375/ 081294613108.