Pemandangan dari Bvlgari Bar
“Beberapa minggu lalu kami penuh, Pak, karena ada rombongan Mas Raffi Ahmad,” kata petugas yang mengantar kami. Wow, ini beneran tempatnya para Svltan! Maklum, kami sedang berada di Bvlgari Resort Bali, sebuah resor mewah yang termasuk dalam Marriott Group. Lokasinya di Pecatu, tapi bukan Pecatu yang “itu”. Masuk lagi ke dalam, sesudah Pura Lan Puseh lurus saja. Nanti jalanan akan membawa kamu ke Desa Adat Pecatu, lalu ikuti saja petunjuk tulisan dari batu: Bvlgari Resort Bali. Jangan lupa reservasi di 0361 8471000, karena Bvlgari hanya menerima reservasi untuk semua kunjungan.
Tebing di Pecatu Bvlgari
Lansekap indah sudah menyambut sejak petugas membuka palang pintu dan mempersilakan kendaraan kami masuk. Tiba-tiba kami berada di sebuah Taman Eden: semuanya rapi, penempatan pohon dan lansekap, rumput dan jalanan, semuanya bersih, dipotong rapi, cakep! Kok parkirannya nggak ada? Rupanya di resor ini ada valet parking. Kami pun turun, lalu mobil kami dibawa pergi. Lenyaplah suara mesin diesel mobil kami, untuk diparkir entah di mana. Tiba-tiba kami sekeluarga diselimuti kesunyian dan semilir angin pantai, di dalam bangunan batu koral putih dengan atap kayu artistik, dengan papan besar “Bvlgari Resort Bali”. “Selamat datang di Bvlgari…” sapa seorang petugas yang mempersilakan kami masuk ke golf cart.
Baca juga: “Barbarossa, Sepetak Svizerra di Pulau Dewata”
Berhubung Bvlgari adalah merek Italia, maka saya sendiri membayangkan Bvlgari Resort bergaya Italia: warna-warni, berani, agak nyeleneh (ingat iklan United Colors of Benetton?). Ternyata saya salah. Istilah desain untuk resor ini adalah “simple - luxurious” - garis sederhana dengan sedikit ornamen dan terkesan mewah. Jadi, justru ornamen kecil-kecil lenyap di sini, yang ada adalah garis tegas sederhana, namun ukurannya raksasa. Maklum, Bvlgari didirikan tahun 1884 di Roma, sehingga acuan desainnya adalah pilar-pilar raksasa dan atap tinggi ala bangunan Kekaisaran Romawi. Musik mengalun pelan, lagu berbahasa Italia yang lembut.
Satu yang cukup berbeda di Bvlgari: lansekapnya! Dari lobby, kami diantar ke kamar dengan golf cart. “Hati-hati, adik-adiknya duduk di tengah saja ya, Pak…” kata petugas. Golf cart kemudian membawa kami melalui jalan khusus ke area villa. Tiba-tiba, golf cart berhenti lalu sang pengendara mengumpulkan tenaga dulu baru menginjak gas. Wow, nanjaknya lumayan! Lalu turunannya kembali juga cukup tajam. Seru!
Baca juga: “’Jamuan Kenegaraan’ Khas Bali yang Mengesankan”
Sampailah kami ke villanya. Wah, desainnya luar biasa: lagi-lagi simpel, tapi elegan. Cerdik juga arsiteknya: ketika masuk, di sebelah kiri ada meja makan dan tempat nongkrong yang outdoor. Toh, angin semilir dari tebing di depan akan menjamin udara adem! Di sebelah kanan, baru terlihat kamar tidur yang dibatasi dinding kaca, dengan AC. Di belakang tempat tidur ada kamar mandi, tentu saja warbiyasak! Wastafelnya dua buah, bisa untuk balapan sikat gigi. Lalu di sisi depan ada private pool berkonsep tak berhingga (infinity) yang langsung menghadap ke birunya Samudera Hindia nun jauh di sana. Indah sekali! Saya sudah membayangkan, pasti seru memandang laut sambil berendam di kolam ini besok pagi. “Baiklah Pak, kalau sudah selesai melihat kamar, mari saya antar ke restoran…” kata petugasnya membuyarkan lamunan saya. Kembali ke….. bumi!
Bvlgari memiliki dua area umum, yakni Restoran Sangkar dan Bvlgari Bar. Restoran Sangkar menyediakan hidangan klasik Italia, sementara Bvlgari Bar menyediakan berbagai minuman dan makanan kecil yang bisa dikudap sore-sore. Mereka juga memiliki program afternoon tea, di mana akan disajikan rak cantik dari kayu yang dipenuhi dengan aneka kue cantik. Kali ini kami memilih bersantai di bar. Uniknya, selain cocktail umum, Bvlgari Bar juga menyediakan cocktail berbahan arak lokal contohnya “Indonesian Mule” yang dibuat dari arak, homemade ginger beer, lime, dan gula. Menarik! Saya memesan pizza kecil yang hadir tak lama kemudian dan sebuah cocktail standar. Rupanya, setiap pukul 18.00 Bvlgari Bar menyediakan aperitivo: budaya Italia di mana dihidangkan makanan kecil untuk teman minum di sore hari. Aperitivo-nya bukan main-main: melon yang dibungkus carpaccio serta bruschetta. Sedap!
Pizza di Bvlgari Bar
Aperitivo yang sedap!
Dan masih ada lagi jurus Bvlgari: disediakan kudapan campuran antara Italia dan kearifan lokal: buah zaitun, tomat yang dikeringkan, lalu rempeyek dan kacang koro goreng. Semuanya menjadi sebuah paket yang membuat kami terkesima: pemandangan indah, semilir angin yang terus bertiup, hidangan yang tak berlebihan namun cukup enak. Saya seruput minuman saya sedikit demi sedikit sambil menikmati matahari terbenam, sebelum kembali ke raungan suara mesin diesel yang membawa kami pulang.
Kudapan campuran antara Italia dan kearifan lokal
Menikmati sunset di Bvlgari
Kalau belum mampu jadi Svltan semalaman, cobalah jadi Svltan selama 2 jam saja di Bvlgari Resort! Jangan kuatir, semua pelayannya sangat ramah dan terbuka, bahkan selalu menawarkan untuk mengambil foto. Mereka sadar betul, bahwa mungkin saja Svltan jam-jaman seperti saya ini suatu saat akan jadi Svltan beneran! Kayak Mas Raffi Ahmad…
Penulis di Bvlgari
Jadi, berapa total ‘kerusakan’ jadi Svltan selama 2 jam di Bvlgari? Harga cocktail rata-rata sekitar Rp250.000 dan pizza dibandrol Rp250.000. Total ‘kerusakan’ Rp500.000 untuk yang kami pesan. Waktu saya ke sana, tidak ada penetapan minimum charge. Harga yang wajar, karena servis dan pemandangan luar biasa cantiknya. Anggap saja siap mental sebelum jadi Svltan beneran!
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.