Bakso Tahu Goreng Isi Telur Puyuh
Perang Ukraina-Rusia telah memicu krisis pangan di seluruh dunia. Sebagai salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia, terganggunya pasokan dari Ukraina menyebabkan melonjaknya harga tepung terigu (dibuat dari gandum) di seluruh dunia. Di Mesir sudah terjadi antrean panjang dan kerusuhan kecil di toko-toko roti akibat melonjaknya harga terigu. Maklum, di Mesir memang makanan pokoknya roti! “Indonesia mah tenang-tenang aja atuh, ‘kan kita makan nasi, bukan makan roti…” begitu pikiran saya, sampai saya membuka statistik di website indexmundi.com. Menurut data tahun 2022, Mesir menjadi negara pengimpor gandum terbesar kedua di dunia. Lalu, yang terbesar pertama siapa? Ternyata, dengan impor 11.200 MT (metric ton), juaranya adalah: INDONESIA, Tanah Air Beta! Cilakak!
Baca juga: “Ulat Sagu, Makanan Masa Depan?”
Ya, terigu sudah merasuk diam-diam ke banyak sekali komponen makanan kita, dan tidak satu petak pun ada ladang gandum di Indonesia. Akibatnya, kita tergantung impor! Lalu, bagaimana solusinya? Tentu saja, dengan mencari alternatif tepung pengganti terigu yang tersedia di lokal, supaya kita tidak perlu impor. Nah, usaha inilah yang sudah lama dirintis oleh Sagu Sapapua, merek tepung sagu produksi PT. ANJ Agri Papua atau ANJAP. Mengapa sagu? Karena sagu adalah tanaman endemik yang banyak terdapat di Indonesia, jadi tidak perlu impor.
Baca juga: “Dilema Otentik Modern Kuliner Kita”
Konon pempek dulunya terbuat 100% dari tepung sagu! Bahkan sebelum ada terigu, sagu-lah yang menjadi tepung andalan Nusantara. Kini, karena pohon sagu banyak ditebang untuk diganti tanaman lain seperti teh atau padi, terminologi “tepung sagu” kemudian bergeser artinya menjadi tepung tapioka alias singkong, yang memang mirip sifatnya. Maka dengan berjalannya waktu, sagu makin jarang di Indonesia Barat, hanya di Timur masih cukup banyak ditanam dan digunakan, terutama di Papua. Padahal, ada teori bahwa makanan pokok Nusantara itu dulunya sagu, bukan nasi! Salah satu buktinya adalah bahwa bahasa Jawa-nya nasi itu “sego” --yang arti sebenarnya sagu! Hayo, umur berapa kamu waktu tahu soal ini?
Peserta Perlombaan Resep Sagu 2022
Suasana penjurian Perlombaan Resep Sagu 2022
Untuk mendorong kembali minat masyarakat menggunakan tepung sagu, sudah sejak beberapa tahun ini Sagu Sapapua mengadakan Perlombaan Resep Sagu. Idenya sederhana: peserta yang punya ide mengolah tepung sagu menjadi makanan tertentu, boleh ikut serta. Wow, hasilnya sangat menarik! Tahun ini ada yang membuat Bakso Tahu Goreng Isi Telur Puyuh. Bahasa kerennya “scottish egg”, yakni telur puyuh yang disalut oleh adonan tepung sagu dan bumbu. Rasanya unik, renyah dan cocok menjadi kudapan sore.
Bakso Tahu Goreng Isi Telur Puyuh
Lalu ada lagi banana cake --ketika datang di meja saya, sulit diduga kalau hidangan ini tidak pakai terigu. Teksturnya lembut, aroma pisangnya meruap sedap. Ada citarasa kayumanis yang berpadu cantik. Lalu, ada kejutan berikutnya: brownies dengan lumuran saus coklat berbahan sagu. Nah ini! Menarik sekaligus nggak nyangka, bahwa proses pembuatan semua makanan ini tidak melibatkan terigu. Bebas impor!
Banana cake tanpa tepung terigu
Brownies dengan lumuran saus coklat berbahan sagu
Peserta lainnya ada juga yang menyajikan klepon cake, serta handuk gulung red velvet yang tak kalah menggugah selera.
Klepon cake
Handuk gulung red velvet
Bueno Nasio, sebuah restoran di Sunken Plaza Menara BTPN Jakarta adalah etalase Sagu Sapapua untuk promosi. Kamu bisa mampir ke sini dan mencicipi menu bebas gluten alias bebas terigu! Misalnya, ada mie ayam rica-rica dengan mie sagu. Lalu, ada juga mie bakso kuah berbahan sagu. “Salah satu pengguna tepung sagu adalah pabrik bakso, karena kekenyalan tepung sagu cocok untuk membuat bakso yang enak!” kata Nelda dari Bueno Nasio.
Mie ayam rica-rica Bueno Nasio
Mie bakso kuah Bueno Nasio
Mie ayam Bueno Nasio
Wow, memang benar enak! Tekstur mienya memang beda dari mie terigu: warnanya putih dan lembut seperti agar-agar. Namun, rasanya enak, bahkan kulit pangsit sagu yang digoreng lalu dicelup kuah bakso rasanya enak banget. Di sini masih ada mie goreng, tahu kwalik (tahu yang dibalik) dan cireng dari tepung sagu yang tak kalah enak. Yuk, follow IG @sapapua.sagu kalau yang ingin belajar masak atau bikin kue menggunakan tepung sagu, dan silakan mampir ke Bueno Nasio kalau mau langsung makan. Sagu terus pantang mundur!
Tahu kwalik
Cireng sagu
Bueno Nasio
Sunken Plaza, Menara BTPN
Jl. Mega Kuningan Barat
Kuningan
Jakarta Selatan
IG: @bueno.nasio
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.