Ponorogo’s Beef Skewer
Malang memang identik dengan kota wisata sejarah, dengan banyaknya bangunan bersejarah yang bisa dikunjungi dari zaman Kerajaan Singosari (Candi Singosari) sampai masa kolonial Hindia Belanda. Ternyata, usaha warga dan pemerintah Malang merawat bangunan kuno kini membuahkan hasil. Beberapa rombongan berkaus oranye dan bermata biru nampak berseliweran di Kota Malang, menandakan wilayah ini mulai dilirik wisatawan mancanegara.
Candi Singosari di Malang
Ternyata, wisatawan mancanegara banyak terlihat di The Shalimar (@theshalimarhotel.id)! Gedung bersejarah yang tadinya gedung RRI Malang itu kini bersolek menjadi penyedia 44 kamar butik dengan interior menarik. Ada restoran Italia La Regina, Kopi Titik Koma, De Hemel (menu prasmanan), serta Zestien Lounge. Semuanya didesain dengan elegan, bergaya Mooi Indie, membuat kita merasa berada dalam sebuah cerita komik Tintin.
Interior restoran Italia La Regina di The Shalimar
Kebetulan saya menghadiri sebuah acara bernama Jelajah Rasa di The Shalimar Hotel. “Ini merupakan bagian dari program The Shalimar yang ingin menggali tema ‘Heritage’ atau warisan budaya di Kota Malang,” kata Grace Syariel dari manajemen Hotel Shalimar. “Bulan ini, selain Jelajah Rasa, kami juga menyelenggarakan Tong Tong Night Market yang menghadirkan produk UMKM warisan budaya di Malang,” sambung anak muda berbakat yang juga hobi melukis ini.
Persiapan santap malam
Suasana santap malam Jelajah Rasa di The Shalimar
Jelajah Rasa adalah santap malam yang menghadirkan kuliner dan minuman warisan budaya Indonesia. Chef Henrico dari The Shalimar bekerja sama dengan Iwak Arumery (@drink.iwak), menghadirkan pairing antara minuman destilasi Bali bernama Iwak Arumery dengan kuliner Nusantara. Dalam kegiatan ini peserta bisa mencicipi lima jenis makanan yang didampingi oleh lima jenis Iwak Arumery yang berbeda. “Tujuannya, kami ingin memadukan warisan budaya Bali berupa Iwak Arumery dengan kuliner warisan budaya dari seluruh Indonesia,” kata Nathan Santoso mewakili Iwak Arumery.
Iwak Arumery
Kiri ke kanan: Nathan Santoso, Ida Ayu Puspa Eny, dan Chef Henrico memberikan penjelasan kepada para peserta
Santap malam dimulai jam 5 sore, dengan Ibu Ida Ayu Puspa Eny sebagai founder Iwak Arumery hadir lengkap dengan senyum manis dan kebaya Bali, meskipun angin dingin Kota Malang nampaknya lebih cocok untuk jaket kulit. Chef Henrico memulai penjelasan dengan penuh nostalgia. “Hidangan pertama ini terinspirasi oleh kerinduan saya akan roti keju buatan nenek saya, yang selalu beliau siapkan ketika saya rewel,” ceritanya. Hadirlah Croque Monsieur a la Oma sebagai hidangan pembuka, sepotong roti dengan keju dan ham serta keju mozarella panggang di bagian atasnya. Hidangan ini terasa sebagai “comfort food”, dengan rasa asin gurih dan aroma keju yang kuat. Padanannya adalah Berries, produk Iwak yang rasanya paling sederhana karena beraroma buah beri yang manis. Ini bisa disebut “comfort drink” juga!
Croque Monsieur a la Oma
Hidangan kedua, menunjukkan identitas Bali: Komang’s Balinese Duck Breast, daging bebek yang dibubuhi bumbu betutu dan lawar urap alias sayuran ala Bali yang dibubuhi kelapa. Padanannya pun sesuai: yang paling herbal dari Iwak Arumery yakni Ameritha. Rasa lime dan kelapa dari Amerita bisa berpadu cantik dengan lawar Bali serta bumbu betutunya. Daging dada bebek diiris tipis-tipis lalu disusun melingkar dengan bubuhan bumbu betutu yang direduksi di bawahnya. Mantap!
Komang’s Balinese Duck Breast
Hidangan berikutnya bernama Ponorogo’s Beef Skewer, begitu hadir saja sudah unik. Irisan dadu daging sapi panggang disematkan pada satu batang serai, menyerupai sate. Dan di bawahnya ada reduksi dari bumbu rawon! Rasa rawon yang gurih sedikit asam, berpadu cantik dengan tekstur daging sapi panggang yang lembut. Aroma serai terasa memperkaya rasa. Tentu saja, semuanya ini dipadankan dengan Iwak Origine. Minuman ini memiliki aroma kayu manis dan kulit lemon, yang berpadu cantik dengan daging sapi panggang. Menarik!
Ponorogo’s Beef Skewer
Kemudian ada inspirasi dari Jakarta: Batavia Grilled Shrimp with Prickly Pineapple Relish, alias asinan Jakarta. Udang besar yang disajikan dengan irisan nanas diiringi kacang, mangga muda, dan acar bawang, membawakan tema asinan Jakarta yang didekonstruksi. Padanannya adalah Iwak Mangoestin, yang diinpirasi buah-buahan seperti manggis. Kesegaran rasa asinan dan nanas, cocok sekali dengan aroma fruity dari Iwak Mangoestin.
Asinan Jakarta yang didekonstruksi
Lalu, hidangan penutup. Wow, ini yang selalu ditunggu! Kali ini ceritanya bahkan lebih menarik: Oma May’s Tjoklat Keik, kue coklat yang resepnya berasal dari resep turun-temurun keluarga Tjokrosetio. Dan tidak hanya itu: Chef Henrico membuat coklatnya dari Banyuwangi Edel, kakao dari spesies Criollo yang hanya ada di Banyuwangi. Hasilnya adalah kue coklat dengan rasa intensif dan lengkap, tetapi memiliki rasa edel yang cenderung manis. Ini berpadu sangat cantik dengan Iwak Aveugle, varian Iwak Arumery terakhir yang akan dicicipi hari itu. Rasa kopi dan licorice dari Aveugle berpadu syahdu dengan kue coklat Edel Banyuwangi. Sedap nian rasanya!
Oma May’s Tjoklat Keik
Setelah selesai santap malam, peserta masih bisa menikmati Festival Tong Tong yang meriah persis di depan Hotel Shalimar. Sebuah layar tancap nampak memutar film Tutur Tinular, mengingatkan pengunjung akan masa lalu di mana hidup berputar lebih lambat. Ada Baso Malang Cak To, panas dan sedap di tengah dinginnya malam Kota Malang. Kegiatan pun banyak: ada wayang suket alias wayang rumput, ada seni lukis botani, kemudian ada lagi band yang memutar lagu-lagu nostalgia Indonesia. Seru! Kami pun berkumpul di meja depan, menikmati segelas Kacang Koa alias wedang kacang khas Malang, sambil bernyanyi mengikuti lagu yang dimainkan:
Kapan-kapan, kita berjumpa lagi
Kapan-kapan, kita bertemu lagi
Mungkin lusa, atau di lain waktu…
Keseruan di Booth Fermenusa, Tong Tong Night Market
Ya, tahun depan, kita jumpa lagi di Tong Tong Night Market! Kalau santap malam Jelajah Rasa di Hotel Shalimar, tak perlu menunggu terlalu lama, karena program ini masih ada dengan reservasi. Hubungi via direct message di Instagram @theshalimar.id untuk memesan. Yuk!
Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.