Magret de Canard
“Comment ça va?”
“Bon! Avez-vous entendu parler de la fermeture de la route à Ubud?”
Pembicaraan terdengar di bar dari dua orang tamu yang sedang ngobrol dengan Renato, pemilik Barbarossa, seorang Swiss yang menguasai 6 bahasa. Resto ini sangat kecil --hanya ada 25 tempat duduk termasuk di bar. Namun, luar bisa rapi dan hangat interiornya. Sebuah lukisan mural besar di dinding menggambarkan seekor gurita raksasa yang menyerang kapal bernama “Barbarossa”. Lampu ala industrial, meja kecil namun rapi, musik jazz lagu Natal mengalun merdu diselingi denting gelas kaca dan suara desis dari dapur. Di mana ini? Geneva? Paris? Vienna? Hmmm, saya membayangkan bahwa jika melihat ke jendela, kita akan melihat salju yang perlahan turun. Indah!
Tapi, tentu bukan! Sebuah spanduk “Warung Nasi Campur Murni” adalah pemandangan dari jendela. Ini bukan Svizerra alias Swiss: ini Sanur!
Baca juga: “Mencicip Alam Bali Bersama Chris Salans dan Hatten Wines”
Barbarossa adalah hidden gem khas Bali. Tempat boleh nyempil, tapi kualitas Buta Cakil! Lihat saja menunya: Magret de Canard (bebek ala Perancis), Chicken Paillard (fillet ayam goreng), Bisque Seafood Soup. Ciamik! Kwasong (croissant) ada, kopinya enak, dan ada menu Spanyol seperti Gambas a la Plancha. Wow, begitu beragam. Menarik!
Dan satu lagi keunggulan resto ini: child friendly! Ada menu “For the Little Devils” --walaupun anak saya protes, “Papi, kok anak kecil dibilang devil?” Meluncurlah satu penne bernama “I Am Not Hungry” dan Pizza Margherita dari Kids Menu. Saya memesan Magret de Canard dengan kematangan medium (heran, bebek bisa medium!) serta croquette manchego cheese, dan pang-enam memesan lasagna.
Croquette dengan saus bayam
Tak lama kemudian datang canape “gratin” alias gretong alias gratis, komplimen dari chef. Kali ini, mini margherita pizza. Presisi ala Swiss, berpadu dengan eksplorasi rasa ala Italia. Empat pizza mini dengan bubuhan minyak zaitun, ludes dalam sekejap. Lalu, hadirlah Margherita Pizza-nya. Apa itu ijo-ijo di atasnya? Ternyata dibubuhi minyak zaitun! Lalu, saya coba cicip pizza ini. Wow, syedap! Apa bedanya dengan margherita ala Italia lainnya yang bejibun di Bali? Beda. Itali punya tomat, Swiss punya keju! Di sini, tidak ada rasa asam tomat yang menonjol. Gantinya adalah gurih tajam keju mozarella dengan aroma susu yang khas, sehingga pas dengan minyak zaitun. Presisi ala Swiss, eksplorasi Italiano! Mama mia lezato!
Margherita Pizza
Magret de Canard? Lagi-lagi presisi. Irisan kentang tipis (dauphinoise), seolah dibuat dengan jangka sorong Mitutoyo. Lembaran kol merah yang pas, dengan bayam tumis. Bebeknya? Alamak! Merah merona, seksi mandraguna. Ketika digigit… nyes! Maknyus nian. Apalagi dicelup sausnya: semakin kaya rasanya --rasa fermentasi dari saus port wine. Sedap! Lasagnanya pun tak kalah lezat: pastanya Mitutoyo, lebih lembut dari ala Italia, mirip gaya Jerman. Sedap!
Magret de Canard
Lasagna
Dessert? So pasti! Saya memesan fondant cake alias lava chocolate cake. Pang-enam memesan nutella pizza. “Ini agak lama ya…” kata pelayannya. Siap! Hasilnya: sangat layak ditunggu. Dalamnya cair sempurna, luarnya kering dan firm. Irisan strawberry segar mendampingi, dan juga secangkir es krim vanilla. Nutella pizza porsinya lumayan besar, jadi kita bungkus. Saya pernah juga mencicipi “Natilla de la Vainilla” yang ternyata adalah creme brullee. Dengan gula tipis dan isi yang firm sempurna, ini ciamik tenan.
Fondant cake
Nutella pizza
Mengapa resto ini dinamai Barbarossa? “Very simple. Barbarossa in Italian means ‘ginger bear’ --look at my beard!” kata Renato sambil menunjukkan janggut pirangnya. Renato selalu menyapa setiap meja, akrab mengobrol dan memeriksa apakah tamunya puas. Sangat konsisten, like clockwork --Swiss clockwork, that is! Yuk, cicipi sepetak Svizerra di Pulau Dewata ini!
Barbarossa
Jl. Danau Poso No 1
Sanur, Bali
0821 3754 3917
Baca juga: “Harta Terpendam di Danau Buyan”
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.