Kerang dan udang bakar Warung Mami Jimbaran
Kepulan asap tebal terlihat dari sisi kanan jalan menuju Bukit/Uluwatu. Seorang bapak nampak bergerak lambat menyiangi ikan dengan sebilah pisau, sementara di sebelahnya nampak tungku perapian besar dengan arang batok kelapa, di mana seorang anak muda sedang memanggang dengan jepitan. “Asyik, hari ini buka!” pikir saya, sambil segera parkir dan memesan empat porsi favorit kami: dua porsi udang bakar dan dua porsi kerang bakar.
Proses pemanggangan di Warung Mami Jimbaran
Kalau kamu kenal Jimbaran melalui sederet resto keren di tepi pantai, warung ini adalah “jiwanya” hidangan laut Jimbaran meskipun tempatnya sangat sederhana. Pemiliknya, Pak Mami yang asli Jimbaran, hanya membuka warungnya kalau ada ikan bagus dan kalau tidak ada upacara. Jadi, jadwal bukanya cukup random (cek dulu via WA di 0812 3620 051), namun selalu dinanti pelanggan setianya.
Baca juga: “Wisata Kuliner Halal di Bali?”
Pak Mami adalah contoh hidangan laut ala Bali klasik. Buat saya, yang juara adalah kerang bakarnya: pertama dipanggang setengah matang dulu, baru dibubuhi bumbu Bali minyak kelapa, baru dimatangkan. Aromanya base genep gurih, dengan daging kerang yang masih juicy tengahnya. Sedap! Udang dicukur kumisnya seperti umumnya di Bali, ditata rapi pada panggangan jepit sehingga menarik untuk difoto. Disajikan dengan sambal matah dan sambal terasi, acar tomat dan mentimun. Kombinasi yang pedas dan segar, dengan rasa smoky khas panggangan arang batok.
Kerang bakar bumbu Bali di Warung Mami
Udang ditata rapi pada panggangan jepit
Udang bakar siap disajikan
Keajaiban arang batok kelapa ini rupanya menarik perhatian tim F&B di Four Points Ungasan, tidak jauh dari Warung Mami. Menyambut tahun baru 2022, resto ini menghadirkan konsep menarik: Festival Arang Batok, hidangan Nusantara yang dipanggang dengan arang batok. “Saya sejak lama punya mimpi memimpin hotel yang bisa menyajikan kuliner Indonesia yang bagus,” kata Akhmad Fadholi (Byang), GM Four Points by Sheraton Ungasan. Ide ini disambut tim dapur dengan menghadirkan menu unik yang semuanya dipanggang dengan arang batok!
Akhmad Fadholi (Byang), GM Four Points by Sheraton Ungasan dan tim F&B-nya
Kami mencicipi kue pancong yang dipanggang dengan arang. Adonan otentik rasa kelapa, sedap! Poteng uli bakar khas Lombok, sebuah variasi ketan bakar, hadir dengan rasa manis gurih yang unik. Kemudian saya mencicipi ayam isi buluh ala Minahasa dan ikan panggang pacak Sumatera Utara. Karena menggunakan grill khusus, smokiness dan kematangan ikan yang dipanggang dengan arang memang tak tertandingi. Sedap, apalagi dengan bumbu asam pedas dan sambal hijau.
Kue pancong yang dipanggang dengan arang
Poteng uli bakar khas Lombok
Ayam isi buluh ala Minahasa
Ikan panggang pacak Sumatera Utara
Ayam isi buluh adalah ayam yang dibumbui lalu dimasukkan ke dalam bambu, kemudian ujungnya ditutup daun pisang, baru dipanggang di atas arang dengan jarak tertentu. Konon jika aromanya mulai keluar, berarti dagingnya sudah matang. Dengan outdoor grill, tim dapur yang dipimpin Chef Rio Abednego bisa menghasilkan ayam yang pas tingkat kematangannya, bumbunya lembut dan lezat, dengan aroma kayu dan smoky khas panggangan dalam bambu. Disertai sayur daun singkong dan sambal terasi, plus nasi daun jeruk, paduan aromatik ini menjadi mak nyus!
Bakar buluh ala Minahasa
Chef Rio Abednego dengan grill-nya
Masih ada sate maranggi dan bebek bakar ala Surabaya yang tak kalah sedap, sementara asap arang membubung tinggi membawa aroma yang menerbitkan selera. Inilah kuliner Nusantara, bakar arang itu seng ada lawan!
Proses pemanggangan di grill
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.