Pantai Bilasayak
Saat mengunggah foto saya di atas tebing di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak Lombok ke media sosial, ada beberapa teman yang komen, mirip 12 Apostles di Victoria Australia. Saya pun langsung googling untuk mencari tahu. Eh iya bener, walaupun nggak sama persis. Kalau lihat foto, jejeran pulau batu kapur menjulang di 12 Apostles lebih banyak (ya iya lah, namanya aja 12 Apostles) dan kelihatan lebih keren. Tapi ada satu ‘kelebihan’ Gunung Tunak yang nggak bisa disaingi 12 Apostles. Apa itu?
Mirip 12 Apostles
TWA Gunung Tunak yang terletak di Desa Mertak Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah lebih terpencil dan lebih susah dijangkau! Jadi lebih perawan dan lebih sepi pengunjung pastinya. Pantainya, apalagi kalau bukan akhir pekan, serasa milik sendiri!
Pantai Bilasayak, serasa milik sendiri
Kalau sesuai rencana, jalan akses wisata ke TWA Gunung Tunak yang mulai akhir Mei 2017 lalu dibangun bakal rampung akhir September 2017. Taman wisata alam yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat yang berada di bawah Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini bakal semakin ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Apalagi juga ada Taman Kupu-Kupu di kawasan ini.
Akses jalannya sedang dibangun
Nanti-nanti kalian yang ingin menikmati pantai, tebing, bukit, dan keindahan alam lainnya di TWA Gunung Tunak tak perlu seperti kami yang menumpang (tepatnya bayar Rp 100.000 sekali jalan) dump truck dari gerbang masuk untuk mencapai lokasinya. Selama 30 menit kami terguncang-guncang di truk melewati jalanan aspal rusak yang sudah bercampur tanah dan debu. Jaraknya sekitar 7 km.
Kami naik dump truck
Harus Banget Naik Truk?
Nggak sih sebenernya. Kalau mobil yang kalian tumpangi sejenis Avanza bisa kok masuk sampai ke area Pantai Bilasayak. Dari situ baru jalan kaki naik ke bukitnya untuk melihat pemandangan seperti 12 Apostles.
Mobil bisa masuk sampai ke Pantai Bilasayak
Hanya saja karena kami ber-11, kami naik mobil minibus, sampai di Pantai Bumbangku supir kami tak berani melanjutkan perjalanan karena takut mentok mobilnya. Terpaksalah di siang yang terik itu kami turun dari mobil nyaman ber-AC, jalan kaki selama sekitar 25 menit ke gerbang masuk TWA Gunung Tunak.
Sampai di gerbang, setelah antre menuntaskan hajat kecil di toilet, tadinya dengan semangat ‘45 kami mau melanjutkan jalan kaki. Tapi kata petugas di sana, jauuuhh lhoo... Terus, gimana? Dia menyarankan kami sewa truk. Kebetulan banyak dump truck berseliweran karena memang sedang ada proyek. Singkat cerita, pemandu kami, Denny Tirta Wijaya, berhasil nego harga dengan salah satu truk, Rp 90.000 untuk sekali jalan (akhirnya kami lempengin, bayarnya jadi Rp 100.000). Nggak berat untuk dibagi ber-11.
Dari gerbang ini kami naik truk
Ya begitulah, akhirnya kami menaiki truk dari sisi samping satu per satu. Nggak bisa dari sisi belakang karena ini dump truck, buka pintunya bukan ke bawah, melainkan ke atas dan berat karena besi, bukan kayu.
Pantai Perawan, Tebing, dan Mercusuar
Taman wisata alam yang mulai banyak dikunjungi wisatawan sekitar tahun 2014 ini luasnya 1.217, 91 hektar. Dengan area yang luas, banyak sekali yang ditawarkan tempat ini, termasuk mengamati aneka satwa, terutama burung.Tapi kegiatan yang populer dilakukan wisatawan lokal adalah bermain-main di pantainya, jalan kaki menuju bibir tebing dan naik ke puncak mercusuar untuk melihat pemandangan tak terhalang dari atas.
Kami pun melakukan hal yang sama. Selama 2,5 jam kami mengeksplor kawasan utamanya. Berjalan menyusuri pasir Pantai Bilasayak yang berwarna kuning cemerlang, menikmati ombaknya, lalu terus menaiki bukit di sisi kiri pantai, melihat garis pantai dari atas yang dibatasi dua bukit karang.
Pantai Bilasayak berpasir kuning terlihat dari atas tebing sebelah kiri
Berjalan naik menyusuri tebing sebelah kiri Pantai Bilasayak
Dari situ jalan kaki dilanjutkan melalui semak dan pepohonan, lalu sampailah kami di area terbuka yang amat luas. Di ujung tebing di situlah terlihat pulau batu menjulang yang mirip salah satu batu di 12 Apostles. Wajib ya berfoto-foto dengan ragam gaya di sini.
Jalan kaki melintasi jalur berpohon
Kemudian sampai di tempat terbuka
Jangan lupa berpose di sini
Puas berfoto dan menikmati deburan ombak menampar dinding tebing, kami lanjut lagi berjalan ke arah kiri, masuk lagi ke semak dan pepohonan, lalu tiba di area terbuka lainnya. Ke sebelah kiri kita bisa melihat formasi pulau-pulau batu lainnya, ke sebelah kanan: mercusuar!
Lanjut jalan lagi menuju mercusuar
Mercusuar setinggi kurang lebih 20 m itu meski sudah agak karatan tapi masih kokoh. Banyak wisatawan yang punya nyali menaiki mercusuar ini hingga ke puncaknya. Saya sendiri cuma berhasil menguatkan nyali hingga lantai dua. Jarak antar tangga besinya sih cukup rapat dan memudahkan. Tapi perasaan nggak aman karena nggak ada harness yang terpasang di badan membuat saya mengurungkan niat untuk melanjutkan ke puncak. Dari situ saja pemandangan sudah tak terhalang. Tapi kalau mau motret masih kehalang besi-besi mercusuar.
Dari atas mercusuar ini bisa melihat pemandangan ke segala arah
Ponsel saya kemudian saya titipkan ke Denny untuk dipotretin dari atas. Teman dari rombongan kami, Erizal dan Jolly juga mewakili kami naik sampai ke atas. Warning: kalau angin sedang kencang sebaiknya jangan naik ya...
Hasil foto dari puncak mercusuar ke arah kiri
Hasil foto dari puncak mercusuar ke arah kanan. Terlihat rombongan kami duduk santai di tepi tebing
O ya, kalau kalian jeli, kalian akan melihat ada batu nisan tua di sini, di area dekat mecusuar. Entah makam siapa dan dari zaman apa.
Sebenarnya ada banyak teluk dan tebing di kawasan ini. Ada yang namanya Gili Penyu, Sari Pandan, Sari Goang, Jump Cliff, dll. Tapi kami nggak mengeksplor semuanya.
Tiket Masuk:
Tiket masuk Senin-Sabtu: Rp 5.000 (domestik), Rp 100.000 (asing)
Tiket masuk Minggu & hari libur: Rp 7.500 (domestik), Rp 150.000 (asing)
Tarif masuk mobil: Rp 10.000
Tarif masuk motor: Rp 5.000
Pantai Bilasayak dari tebing sebelah kiri
Rute Ke Sini:
Mataram atau Senggigi-Praya-Sengkol-Kuta-Desa Mertak-Tunak (jaraknya +/-85 km). Dari Senggigi atau Mataram berkendara sekitar 2,5 jam. Sedangkan kalau dari bandara di Praya 1,5 jam.
Ada Fasilitas Apa Aja?
Nggak ada warung maupun tempat bilas dan toilet di Pantai Bilasayak dan kawasan mercusuar. Toilet hanya ada di gerbang masuk.
Penginapan terdekat ada di Pantai Bumbangku berupa cottage. Pantai Bumbangku sendiri adalah pantai yang berada di teluk, di bawah Gunung Tunak. Ombaknya tenang, seperti bukan berada di Laut Selatan (Samudera Hindia). Banyak keramba-keramba lobster di sini.
Pantai Bumbangku
Nggak pede dan takut nyasar ke Gunung Tunak? Hubungi freelance guide Denny Tirta Wijaya di 087864340429.