Sunset di Kampung Lahurus, Pulau Timor
Momen syahdu menyaksikan pamitnya mentari dari muka bumi di tempat yang indah pastinya diidamkan banyak pejalan. Makanya spot-spot sunset di berbagai tempat wisata selalu ramai dijubeli orang. Nah, kalau Trippers kebetulan melihat sunset-nya di tengah perjalanan atau in the middle of nowhere yang sepiii –bukan di tempat mainstream-- pastinya lebih girang ya… Saya beberapa kali mendapatkan bonus semacam ini dalam perjalanan overland atau pelayaran di Nusa Tenggara Timur (NTT), di tempat-tempat yang namanya mungkin baru Trippers dengar. Ini dia 5 pengalaman saya….
Baca juga: “Panduan Cerdas Eksplor Flores”
1. PUNCAK SISO, PULAU TIMOR
Kalau perginya nggak sama supir yang biasa nganterin wisatawan, mungkin tempat ini dianggap nggak istimewa dan dilewatin begitu aja. Soalnya memang nggak ada tanda apa-apa, hanya ada sebuah warung kecil di pinggir jalan. Untung supir dalam perjalanan Timor Overland kami paham kalau tamu yang diantarnya suka foto-foto, hehe.
Kebetulan dalam perjalanan dari Kupang ke Soe (ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan/TTS), setelah melewati Jembatan Noelmina, sekitar 40 menit lagi berkendara, tibalah kami di lokasi yang diberi nama Puncak Siso ini sekitar pukul 5 sore lewat. Jadilah kami nongkrong dulu di warung sambil menunggu sunset.
Sesuai namanya, tempat ini memang berada di ketinggian. Dari sini kita bisa melihat pemandangan hingga jauh ke lembah di depan. Sunset dari Puncak Pass-nya Soe ini patut dipujikan. Total perjalanan dari Kupang ke Puncak Siso +/-2,5 jam.
Baca juga: “Ke Pulau Timor NTT Belum Lengkap Kalau Belum ke Fatumnasi”
2. PERSAWAHAN DI LURASIK, PULAU TIMOR
Sunset yang kami lihat di tempat ini benar-benar tak terduga. Dalam perjalanan Timor Overland lainnya, kebetulan juga, saat berkendara dari Kefamenanu (ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara/TTU) dan Atambua (ibu kota Kabupaten Belu) kami melewati area persawahan di sebelah kiri jalan dengan latar Pegunungan Biboki. Nama daerahnya Lurasik, lokasinya di perbatasan Kabupaten TTU dan Kabupaten Belu, masuk wilayah Kecamatan Biboki Utara, TTU.
Kami yang selalu jelalatan selama perjalanan langsung minta berhenti begitu melihat sinar merona kuning menimpa area luas persawahan. Matahari sedang dalam proses tenggelam di balik pegunungan. Woww… Kami pun langsung berhamburan. Mobil diparkir supir kami di pinggir jalan karena memang nggak ada area parkir di situ.
Pendar oranye terlihat mengepung langit. Kami tak henti-hentinya menjepretkan kamera, tak mau kehilangan momen sedikit pun. Setiap detik warna langit dan arakan awan berubah.
Sampai puncaknya, menyeruaklah pilar-pilar awan yang makin eksotis terkena sinar memerah dari sang surya. Tak ingin beranjak rasanya. Tapi kami harus melanjutkan perjalanan. Alam pun berbaik hati, dia tetap menyajikan pemandangan cakep itu berkilo-kilo meter setelahnya sampai langit menggelap total.
Tiga pilar awan nan eksotis
3. KAMPUNG LAHURUS, PULAU TIMOR
Pulau Timor memang selalu memanjakan saya. Dalam perjalanan overland ketiga, saya dapat lagi bonus sunset di tempat tak terduga. Saat itu kami berkendara pulang dari Air Terjun Mauhalek ke hotel kami di Atambua. Ada banyak jalur, dan supir kami memilih jalur yang melalui Kampung Lahurus Desa Fatulotu Kecamatan Lasiolat di Kabupaten Belu. Posisinya kurang lebih 25 km ke arah timur dari Atambua. Dan sebelah utara tempat ini berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Saat melewati satu spot di turunan jalan, terlihat jelas di depan kami matahari sedang mengendap perlahan meninggalkan langit. Warna senja yang terpancar begitu spektakuler! Jelas saja kami nggak mau melewatkan momen itu. Para supir pun memarkir mobil-mobil di pinggir jalan dan kami langsung melesat mencari posisi terbaik berpose. Mumpung jalanan sepi, kami pun berpose-pose di tengah jalan, dan di mana-mana. Cantiiiik banget soalnya gradasi warna-warni di langitnya.
Baca juga: “Pevita Pearce ke Fulan Fehan Buat Kerja, Kalau Kami Sih Buat Liburan Dooong…”
4. DESA MARITAING, PULAU ALOR
Desa bernama Maritaing ini rasanya nggak mungkin saya singgahi kalau bukan karena ikut kapal Ekspedisi Terumbu Karang WWF-Indonesia. Lokasinya paling ujung timur Pulau Alor, di Kecamatan Alor Timur. Desa ini termasuk desa perbatasan, hanya dipisahkan oleh Selat Ombai dengan wiayah Timor Leste.
Untung kapal kami merapat ke sini saat sore menjelang matahari beranjak pergi. Sunsetnya sih sebenarnya agak terhalang pulau. Tapi justru refleksi sinar mentari di langit sisi sebaliknya itu yang uwowww banget! Pokoknya khas langit senja Indonesia Timur yang saya apal banget! Dan istimewanya –ini hokie banget deh-- muncul sepotong pelangi di sisi timur, memayungi Bumi Lorosae yang terlihat sayup di kejauhan. Dalam hening saya nikmati bentang langit yang luar biasa itu, sambil terus menekan tombol shutter kamera. Pengalaman warbiyasak yang sulit terulang lagi.
Sepotong pelangi
Baca juga: “Ada Apa di Ruteng NTT? Ada Situs ‘Hobbit’ Liang Bua”
5. KAMPUNG ROBO, PULAU FLORES
“Yuk kita turun dulu di sini,” seru pemandu kami dalam perjalanan dari Borong (ibu kota Kabupaten Manggarai Timur) ke Ruteng (ibu kota Kabupaten Manggarai) melewati jalan nasional Trans Flores. Kami nggak ngerti mau dibawa ke mana karena di itinerary nggak ada acara mampir-mampir.
Ternyata kami diajak jalan kaki masuk ke jalan kecil yang sudah beraspal demi melihat area persawahan berundak yang dilatari perbukitan hijau. Namanya Kampung Robo Desa Ranaka Kecamatan Wae Ri’i Kabupaten Manggarai. Aaaaah…. Bagus bangeeet…. Semburat-semburat oranye di langit menciptakan pemandangan menjelang sunset yang molek. Sunset-nya sih memang terhalang bukit tapi semburatnya merona, sudah membuat kami bahagia.
Persawahan berundak di Kampung Robo
Dari Ruteng berkendara ke sini 15-20 melewati jalur Trans Flores yang berliku-liku. Sedangkan dari arah sebaliknya, dari Borong, sekitar 1 jam 15 menit. Kampung Robo berada di kaki Gunung Ranaka.