Padang sabana di Lamboya
Tak perlu berpanjang kata, Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) memang telah menjadi destinasi favorit. Banyak sekali tempat indah yang ada di Sumba. MyTrip merangkumnya dalam 3 tulisan bersambung. Bagian pertama tempat-tempat di Kabupaten Sumba Barat Daya, bagian kedua Sumba Barat dan Sumba Tengah, dan bagian ketiga Sumba Timur.
Baca dulu: “Panduan Cerdas Eksplor Sumba (Bagian 1)” dan “Panduan Cerdas Eksplor Sumba (Bagian 2-Tamat)”
SUMBA BARAT:
Sangat mudah menjangkau rumah adat yang areanya memanjang ini karena memang cuma +/-3 km dari ibu kota Sumba Barat yakni Waikabubak. Sebelum masuk ke kampung adatnya, sebaiknya naik dulu ke view point-nya karena dari tempat tinggi ini kita bisa melihat puluhan rumah adat dengan menaranya masing-masing berderet di kiri kanan jalan yang sudah beraspal dengan latar bukit kehijauan di kejauhan. Apalagi kalau pas cuaca bagus, langitnya pun biru dengan awan putih berarak.
Kampung Adat Prai Ijing, formasi rumah-rumahnya berhadapan, di area yang memanjang
Memasuki kampung, akan terlihat para penghuni (yang terlihat kebanyakan wanita dan anak-anak) yang sedang melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan meminta izin, kita juga bisa naik ke teras rumah panggung dan berfoto bersama mereka. Inilah yang menjadi salah satu keistimewaan Prai Ijing karena kita bisa melihat keseharian warga di sini yang alamiah, bukan artifisial. Mereka juga menjual kain tenun. Kalau ada yang cocok, bolehlah beli di sini. Tiket masuk per orang Rp10.000.
Waktu tempuh dari Waikabubak (ibu kota Kabupaten Sumba Barat): 10-15 menit. Kalau dari Bandara Tambolaka 1 jam.
Air terjun ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru, di Desa Lapopu Kecamatan Wanokaka. Sumber air terjunnya berasal dari dalam gua, yang keluar melewati bebatuan bertingkat setinggi 92 m dengan kemiringan 53 derajat. Air terjun ini di bagian bawahnya melebar hingga 24 m, dan membentuk kolam yang mengalir menjadi sungai dengan warna air hijau tosca. Pengaruh dari bebatuan kapur di dinding air terjun dan dasar kolamlah yang membuat airnya hijau tosca.
Nggak afdol kalau ke sini nggak berenang. Tapi perlu berhati-hati juga ya, karena walaupun kolamnya relatif nggak dalam, tapi arusnya cukup kencang (apalagi saat musim hujan). Saat arus kencang juga cukup sulit berenang atau menyeberang hingga mencapai bawah air terjun. Kalau nggak berenang, berfoto-foto cantik dengan latar air terjunnya juga oke banget!
Berfoto cantik dengan latar air terjun
O ya, untuk mencapai lokasi air terjun dari tempat parkir kita harus menyusuri jalan setapak berbatu di tepi sungai di tengah rindangnya hutan, lalu menyeberangi sungai dengan jembatan bambu. Total 15-25 menit. Toilet untuk ganti baju tersedia di area parkir.
Tiket masuk: Rp5.000 (domestik, hari biasa), Rp 7.500 (domestik, hari libur), Rp 150.000 (wisman, hari biasa), Rp 225.000 (wisman, hari libur). Biasanya kita diharuskan juga memakai jasa pemandu.
Parkir: Rp 5.000 (motor), Rp 10.000 (mobil)
Catatan: Tiket masuk berlaku gabungan dengan Air Terjun Matayangu yang juga bagian dari TN Manupeu Tanah Daru.
Waktu tempuh dari Waikabubak: 45 menit. Dari Bandara Tambolaka 1,5 jam.
15. Padang Sabana di Lamboya
Datang ke sini saat sepi aja, nggak pas Pasola, rasanya “megah” banget! Iya, memang cuma sabana, tapi berasa megah seperti melihat kompleks bangunan maha luas. Kebayang kalau pas acara Pasola di Sumba Barat digelar di padangnya yang luassss....
Pemandangan ke arah laut
Di satu sisi terlihat laut, di sisi lain lembah dengan sawah mengampar. Di arena utama Pasolanya ada tribun yang berfungsi sebagai tempat duduk penonton. Juga ada satu batu besar yang merupakan kuburan.
Ada tribun untuk penonton
Waktu tempuh dari Waikabubak: 30-45 menit.
16. Pantai Marosi
Garis pantai yang berada di Kecamatan Lamboya ini sangat panjang, luas dan kosong! Juga sepi! Hanya ada sederet pohon kelapa di pinggir pantainya, juga pohon khas pantai lainnya di bagian kiri, yang menambah eksotis pantai ini. Pantainya menghadap Samudera Hindia, makanya berombak besar yang pecah di tengah dan cocok untuk surfing.
Pantai Marosi
Untuk berenang? Ombaknya di tepian memang nggak besar tapi bibir pantainya ini berbatu karang. Dan di sini juga nggak ada fasilitas bilas atau toilet, ataupun fasilitas lain. Cukuplah memandangi deburan ombak dan berpose-pose di sini. Berjalan di pasir pantainya yang agak kasar jadi sensasi tersendiri karena pasirnya nggak padat, kaki kita cenderung tenggelam di pasir.
Waktu tempuh dari Waikabubak: 45 menit - 1 jam.
17. Pantai Kerewee/Kerewei
Hanya berjarak +/-10 menit dari Pantai Marosi, pantai ini juga menghadap Samudera Hindia. Juga berombak besar dan cocok untuk surfing. Dari sini ke arah kiri tampak di kejauhan Pantai Nihiwatu yang terkenal ke seantero jagat. Tapi sayang kalau nggak menginap di sana (yang harganya selangit), kita nggak bisa menginjakkan kaki di pantai itu.
OK, kita menikmati Pantai Kerewee aja ya yang nggak kalah keren. Garis pantainya sangat panjang. Dan jangan lewatkan berjalan kaki ke ujung kanan di mana ada beberapa bongkah batu karang besar dengan ragam bentuk dan ada yang bolong. Cakep lah buat jadi latar foto narsis.
Formasi batu-batu karang di Pantai Kerewee
Pantai ini juga lebih ramai dari Pantai Marosi. Ada penginapan dengan rumah makannya, dan tentu saja ada kamar bilas/toilet. Banyak anak lokal menjajakan kelapa muda. Jadi kalau nggak berenang apalagi surfing, duduk-duduk aja di tepi pantai atau nongkrong di lopo (gazebo) milik penginapan sambil menyeruput kelapa muda yang langsung dipetik dari pohon. Indahnya hidup!
Waktu tempuh dari Waikabubak: 45 menit - 1 jam.
18. Bukit Wanokaka
Bukit Wanokaka akan dilewati saat Trippers berkendara dari Kampung Adat Prai Ijing menuju Air Terjun Lapopu. Wano artinya kampung, sedangkan kaka artinya putih. Dari atas bukit ini kita bisa melihat deretan bukit-bukit, lembah dan laut di kejauhan. Bikin seger mata.
Bukit Wanokaka
Waktu tempuh dari Waikabubak: 30 menit.
SUMBA TENGAH:
19. Hutan Pinus di Tanah Daru
Tempat ini bukan spesifik lokasi wisata. MyTrip melintasinya dan berhenti untuk foto-foto dalam perjalanan dari Sumba Barat ke Sumba Timur. Keberadaan deretan pohon-pohon pinus yang cukup rapat di kiri kanan jalan membuat suasana sangat teduh, nggak berasa di Sumba!
Taman nasional ini sejatinya menduduki 3 kabupaten yaitu Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur. Hutan tropis yang rimbun dengan berbagai jenis flora dan fauna endemik serta sungai berair deras adalah bentang alam yang mendominasi TN Manupeu Tanah Daru. Salah satu burung endemik yang terancam punah dan hidup di sini adalah burung julang sumba. Tak heran kalau bird watching adalah salah satu kegiatan favorit di TN ini.
Burung julang sumba
Di kawasan taman nasional ini terdapat Air Terjun Lapopu dan Air Terjun Matayangu. Kita juga akan banyak menemukan rumah-rumah adat beratap rumbia dengan menara menjulang yang masih terpelihara dengan baik serta kubur-kubur batu yang berukir di beberapa perkampungan di dalam kawasan taman nasional. Objek lain yang menarik untuk dikunjungi di antaranya: Pantai Maloba, Pantai Aili, Pantai Marabakul, Pantai Hipi, Pantai Konda, Gua Kanabuwulang, Gua Liang Bakul.
Waktu tempuh dari Waikabubak: 30-45 menit. Kalau dari Bandara Tambolaka 1 jam.
21. Air terjun Mata Yangu
Air terjun setinggi 75 m yang membentuk kolam alami berair hijau tosca dan ada gua kecil di baliknya ini juga tak kalah menarik. Bukan cuma menarik secara lansekapnya, tapi juga menarik dalam hal kisah budaya di baliknya. Matayangu merupakan tempat ibadah orang Marapu (orang asli Sumba), dan dipercaya sebagai tempat bersemayamnya arwah para leluhur.
Di sini kita juga bisa berenang dan bermain-main di kolam-kolam kecil yang terbentuk di bawah air terjun. Rute menuju ke sini melewati padang sabana dan hutan perawan Sumba yang masih rimbun. Berada di TN Manupeu Tanah Daru, tepatnya di Desa Waimanu.
Waktu tempuh dari Waikabubak: 45 menit - 1 jam.
Baca juga: “Itinerary Keliling Sumba 5 Hari”
22. Kampung Tarung
Bentuk-bentuk bangunan rumahnya kurang lebih sama dengan rumah adat Sumba pada umumnya. Rumah panggung berdinding kayu dengan atap jerami. Di halamannya terdapat kubur-kubur batu, juga meja-meja pemujaan yang dibawa dari tradisi kepercayaan Marapu. Salah satu yang membedakan, rumah adat ini menyimpan gendang kuno dari kulit manusia. Lokasinya terhitung masih di dalam Kota Waikabubak. Pada Oktober 2017 kampung adat ini mengalami kebakaran hebat yang mengakibatkan kerusakan yang cukup parah.
Waktu tempuh dari Waikabubak: 5 menit.
(Bersambung)