“Halo, bisa beliin ayam betutu?” tanya pang-enam via telepon di sore hari (pang-enam adalah sebutan saya untuk istri; saya pang-lima, dia pang-enam, wkwkwk). Sebuah permintaan yang jarang dari wanita asal Jambi ini --kalau kuetiau, bakmi, sudah sering! Tapi betutu? Baiklah, saya meluncur.
Kami relatif jarang beli ayam betutu di Serpong, karena sebelum kopid dulu saya sering melakukan perjalanan bisnis ke Bali, sehingga beberapa kali beli betutu di Jalan Raya Tuban yang dekat Bandara Ngurah Rai untuk disantap di Jakarta. Teknik pembungkusan yang baik membuatnya sampai Serpong dengan selamat sentosa, dan masih mak nyus rasanya!
Ketika saya mencicipi ayam betutu ini lagi --astaga, baru saya sadar betapa kangennya kami akan Bali. Sambal matahnya meriah dan pedas, dengan versi minyak yang sedikit, cabai rawit rajangnya bak bom molotov meletup mengagetkan. Kangkungnya dengan plecing pedas dan kacang tanah sangrai yang melimpah, memberikan tekstur renyah nutty yang begitu cocok dengan hidangannya. Ini baru side dish-nya lho!
Ini baru side dish-nya
Ayamnya sendiri, bumbunya ruarrr biasa. Rumit, bercampur aduk, namun sebuah basis yang konsisten di Bali: base genep alias sepuluh jenis racikan bumbu utama khas Bali. Teknik ungkep dan masak menghasilkan bumbu yang meresap cantik di dagingnya, sehingga tidak sekadar asin, tapi berempah. Kuahnya banyak “ampasnya”, tetapi jika bisa mendapatkan volume cukup untuk disiram ke nasi panas, amboi! Bak gadis desa yang disemprot Coco Chanel No. 5, nasi sederhana aromanya menjadi cantik nan rumit, sedap disantap, dan kepedasannya menyebabkan kita menambah lagi dan lagi! Dagingnya matang sempurna, sedap mantap.
Ayam betutunya ruaarrr biasa
Saya jadi ingat betapa almarhum Pak Bondan Winarno dulu ngefans banget sama ayam betutu. “Ayam betutu ini bukti bahwa kuliner Bali tidak hanya babi guling saja. Bisa tidak mengandung babi dan tetap enak sekali!” katanya bersemangat. Konon teknik betutu berhubungan dengan teknik “ingkung” ala Solo dan “songkem” ala Madura, di mana ayam dimasak dengan kaki terikat dan kepala diselipkan sehingga berbentuk seperti bola rugby. “Kalau ayam betutu dibuat sepopuler ayam Suharti atau ayam Kentucky, pasti kuliner Bali jadi lebih terkenal!” kata Pak Bondan sambil menyajikan ayam betutu langganannya: Ayam Betutu Pak Sanur Ubud, versi kering yang diisi telur. Beliau baru saja mengambil ayam betutu tersebut dengan Vespa ungu kesayangannya!
Baca juga: “Tak Kenal Maka Tak Lonsay”
Namun, buat saya ayam betutu ini masih menjadi misteri. Konon ayam betutu Gilimanuk yang “asli” dijual di terminal ferry Gilimanuk, di mana jagoannya adalah ayam betutu Men Tempeh. Meskipun sudah mencicipi di cabang Krisna Gallery & Resto di Jl. Raya Tuban, belum sah kalau belum nyobain di tempat aslinya. Segeralah pergi wahai kopid, saya mau ke Bali lagi!
Ayam Betutu Gilimanuk Serpong
Jl. Gading Serpong Boulevard No. 22
Pakulonan Barat, Tangerang
082289990023
1 ekor komplit - Rp105.000
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia.