Siapa yang tidak mengenal Kota Rembang. Ya, Rembang memiliki hubungan yang sangat erat dengan salah satu pahlawan Indonesia yakni Raden Ajeng Kartini. Meskipun lahir dan besar di Jepara, namun di Kota Rembang inilah beliau menghabiskan sisa hidupnya untuk meneruskan ide-ide briliannya mengenai usaha memajukan kaum wanita Indonesia.
Tapi pernahkah terlintas bahwa Rembang juga memiliki cerita sejarah yang lain? Rembang lebih tepat kalau dijuluki sebagai kota sejarah. Tepatnya di Karang Turi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, di mana tersimpan warisan budaya berupa Kampung Cina yang masih terjaga hingga saat ini.
Banyak hal-hal menarik yang bisa didapat mulai dari kuliner, seni, bangunan bersejarah ataupun gambaran toleransi antar pemeluk agama yang sangat kuat. Berikut 6 tempat atau hal paling unik dan menarik di Karang Turi, Lasem:
Rumah Merah Heritage
Rumah ini tercatat sudah beberapa kali mengalami pergantian kepemilikan. Pada awalnya rumah tersebut merupakan rumah candu, tepatnya sekitar tahun 1800-an. Selanjutnya rumah tersebut pindah ke tangan keluarga pengusaha roti, kemudian keturunannya mendesain ulang dan mengalihfungsikan bangunan tersebut menjadi tempat sarang burung walet. Rumah Merah Heritage baru muncul saat bangunan ini pindah kepemilikan ke tangan Bapak Rudy Hartono, seorang pengusaha dari Lasem yang mengembalikan struktur bangunan seperti aslinya yakni rumah berarsitektur Cina Hindia.
Ciri khas utama dari rumah ini adalah bangunan rumah dikelilingi tembok tinggi yang berwarna merah menyala dan dilengkapi dengan logo tulisan Tiongkok Kecil Heritage Lasem pada bagian depannya. Nuansa Tionghoa terasa begitu kental, nampak dari penggunaan warna merah dan kuning yang dominan di seluruh ruangan. Tepatnya di teras sebelum memasuki pintu rumah terlihat dua patung dewa berukuran besar dan dua barongsai berwarna hijau dan biru. Selanjutnya di bagian dalam terdapat dua buah almari kuno, patung dewa yang berukuran besar serta beberapa lukisan berisi gambar dan tulisan yang mengisahkan sejarah perjalanan Rumah Merah Heritage dari tahun ke tahun.
Selain itu Rumah Merah juga memiliki beberapa kamar di mana mulai tahun 2016 kamar-kamar tersebut dipergunakan sebagai homestay dengan tipe dan harga yang bervariasi. Di bagian paling belakang terdapat sebuah sumur tua berwarna kuning yang saat ini masih bisa berfungsi. Bagi pengunjung yang ingin berbelanja, di samping Rumah Merah terdapat pula sebuah toko yang menjual beraneka macam merchandise khas Lasem. Toko tersebut berdampingan dengan mini café yang biasa dipakai untuk istirahat makan siang maupun sekadar menikmati minuman dingin.
Museum Nyah Lasem
Awalnya bangunan ini hanyalah rumah biasa berukuran sangat besar dengan halaman yang luas dan bersih, hingga akhirnya melalui tangan Bapak Soesantio, sang pemilik rumah, diubah menjadi sebuah museum dan diberi nama Museum Nyah Lasem. Tempat tersebut sebenarnya memiliki dua buah bangunan di mana masing-masing bangunan memiliki arsitektur yang berbeda. Bangunan pertama merupakan bangunan bercat putih dengan model khas Eropa, dilengkapi kaca patri yang berwarna-warni serta hiasan keramik yang menempel di sepanjang dinding --bangunan tersebut saat ini dipergunakan sebagai penginapan sederhana. Sementara bangunan kedua memiliki ciri khas bangunan Hindia dengan mempergunakan kayu sebagai bahan dominannya --bangunan inilah yang dipergunakan sebagai museum.
Tidak seperti museum pada umumnya, Museum Nyah Lasem ini memiliki koleksi barang-barang antik yang terbilang unik seperti kain batik tulis, benda-benda kuno seperti foto, karcis bus, karcis peron terminal, mainan, buku, surat, perangko, label merek produk industri tempo dulu, peralatan rumah tangga seperti teko, tampah, rantang, gelas, piring ataupun mesin jahit. Perlu diketahui juga bahwa semua barang-barang unik tersebut merupakan koleksi keluarga besar Bapak Soetantio sejak dahulu.
Baca juga "BATIK 3 NAGARI LASEM REMBANG"
Yopia
Tahukah kalian apa itu yopia? Yopia merupakan camilan asli dari Lasem yakni semacam kue kering berkulit tipis yang berisi gula jawa. Saat ini di Karang Turi hanya terdapat satu tempat produksi yopia di mana usaha keluarga ini sudah berlangsung secara turun temurun. Tempatnya pun masih sangat tradisional, hanya sebuah rumah tua yang sangat sederhana dan terbuat dari kayu. Di sinilah pabrik yopia bisa ditemui. Bisnis keluarga ini telah dipegang oleh generasi ketiga pembuatnya yakni Bapak Siek Soen Hoeng.
Pabrik ini hanya beroperasi mulai jam 7 hingga 10 pagi setiap harinya. Selain berbelanja, pengunjung juga bisa sekaligus melihat proses demi proses pembuatan yopia, mulai dari membentuk adonan menjadi bulatan pipih, lalu proses pemanggangan hingga yopia siap untuk dikemas. Bagi yang ingin mencoba membuat, dengan senang hati Bapak Siek Soen Hoeng akan memberikan arahan kepada pengunjung yang ingin belajar. Tidak ada salahnya menyempatkan waktu untuk singgah ke pusat pembuatan yopia ini. Makanan ini tanpa bahan pengawet namun mampu bertahan hingga 3 minggu.
(Bersambung)