HARUS LAKUKAN APA UNTUK MEMPERCEPAT PEMULIHAN PARIWISATA? STIMULUS? PELONGGARAN PEMBATASAN? VAKSIN? 2020-11-02 21:45

Nusa Penida, Bali

 

Dalam empat tulisan sebelumnya sudah dipaparkan kondisi pariwisata di Indonesia selama pandemi Covid-19 yang telah berlangsung 8 bulan, berdasarkan hasil wawancara online MyTrip dengan 28 orang pelaku pariwisata. Yang diwawancarai: dari Sumatera ada 2 (Nias Sumut dan Natuna Kepri), dari Jawa juga 2 (Sukabumi Jabar dan Malang Jatim), Bali ada 1, Lombok ada 2, NTT ada 5 (Flores 2, Sumba 1, Pulau Sabu 1, Timor 1), Kalimantan ada 3 (Derawan Kaltim, Tanjung Puting Kalteng, Pontianak Kalbar), Sulawesi ada 1 (Labengki Sultra), Maluku ada 2 (Pulau Saparua dan Pulau Kei), Maluku Utara 1 dari Pulau Morotai, Papua Barat ada 9 (semuanya dari Raja Ampat dan/atau Misool), Papua ada 1 diwakili Wamena.

 

Artikel ke-5, ke-6, dan ke-7 ini merangkum pendapat mereka tentang kapan pariwisata di negeri kita ini akan pulih. Dan sebagai pelaku yang mengalami langsung, bagaimana usulan mereka. Khusus topik ini MyTrip juga mewawancarai satu lagi pelaku wisata yang berbasis di Jakarta dan menjadi konsultan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam penanganan pencegahan penyebaran Covid-19 di daerah wisata.

 

Empat artikel sebelumnya bisa dibaca di sini, di sini, di sini, dan di sini.

 

PARIWISATA PULIH KALAU….

Memang dalam situasi pandemi yang belum pasti, tak ada yang bisa memprediksi dengan yakin kapan pariwisata di Indonesia akan pulih seperti sedia kala. Hampir semua responden kalaupun menjawab perkiraan waktu, tetap dengan lanjutan “Itu pun kalau dan kalau…..” Dan sudah bisa diduga jawabannya sangat variatif. Ada yang sangat optimis Januari 2021 bisa pulih, atau triwulan pertama 2021, ada yang cenderung pesimis 2-3 tahun lagi, ada yang sungguh-sungguh tak bisa memprediksi. Ada juga yang yakin kalau tidak ada lonjakan kasus aktif Covid-19 lagi, libur akhir tahun Desember 2020 ini bisa jadi momentum bagi pariwisata untuk bangkit kembali.

 

Viktor Pance (34), freelance guide Flores based Labuan Bajo memprediksi kira-kira sampai 2022, kalaupun bisa lebih cepat mungkin pertengahan 2021 dengan disertai harapan kasus aktif Covid-19 di Jawa semakin menurun sehingga berdampak pada kegiatan wisata di daerah lain. Viktor mengharapkan ada program stimulus misalnya diskon untuk semua hotel, resto, tiket masuk di setiap destinasi wisata. Jadi wisatawan tertarik datang lagi ke Labuan Bajo pasca pandemi.

 

Pulau Kelor, TN Komodo, Labuan Bajo

 

D (37), pemandu khusus tamu Mandari di Bali usulnya selaras dengan Viktor, agar para pemangku kepentingan memberikan insentif bagi para pelaku pariwisata agar mempunyai ruang untuk bergerak.

 

Prediksi pulih seperti sedia kala yang masih lama dilontarkan Linda (Raja Ampat Dive Lodge) yang menyebut 2-3 tahun lagi. Alasannya, “Kita tidak tahu kapan international borders di Indonesia dibuka kembali, dan lagipula dampak pandemi Covid-19 ini parah secara global sehingga mayoritas wisatawan perlu waktu untuk mampu traveling kembali.”

 

Untuk lebih meningkatkan jumlah wisatawan ke Raja Ampat, Linda berharap agar penerbangan domestik yang masuk ke Sorong tidak hanya dari Jakarta dan Ujung Pandang saja tetapi juga bisa dari daerah lain seperti Manado, Ambon dan Jayapura. Selain itu bisa dipertimbangkan untuk menurunkan conservation fee sehingga tamu-tamu domestik lebih tertarik untuk berlibur ke Raja Ampat. Satu lagi, ini berkaitan dengan aturan di masa pandemi, “Kembalikan jam operasional kapal ferry dari Sorong ke Waisai maupun sebaliknya seperti sebelumnya yaitu 2 kali per hari. Angkut penumpang lagi, karena selama pandemi ferry masih sebatas mengangkut barang saja. Tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,” imbuh Linda.

 

Baca juga: “Memilih Paket Trip ke Raja Ampat, Ini Hal-Hal yang Harus Ditanyakan

 

Hasna Afifah (32) dari HamuEco Raja Ampat Dive Resort sebelumnya optimis pariwisata perlahan pulih di Oktober dengan relaksasi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa tempat. “Tapi ternyata tidak bisa karena diberlakukan lagi swab test untuk masuk Kota Sorong sampai akhir 2020. Ditambah harga tiket pesawat yang sangat mahal. Wilayah Papua tidak mendapat subsidi harga tiket pesawat murah dari pemerintah, tidak seperti daerah lain yang termasuk destinasi super prioritas. Jadi sepertinya Raja Ampat baru akan pulih akhir 2021, itu pun jika dapat subsidi harga tiket pesawat dari pemerintah dan turis asing sudah boleh masuk Indonesia kembali.”

 

Hasna menambahkan, “Dinas pariwisata (Dispar) Raja Ampat sudah melakukan yang terbaik, mereka membantu kami untuk mendapatkan dana bantuan. Tapi masalahnya, sebagian besar wisatawan di Raja Ampat ‘kan orang asing, yang sekarang tidak mungkin ada karena akses masuk masih ditutup, dan biaya pesawat ke Raja Ampat terlalu mahal bagi wisatawan domestik.”

 

Baca juga: “Ini Dia Contekan Itinerary buat yang Baru Pertama Kali ke Raja Ampat

 

Rina Rustiana (44), dari Rental Speedboat Kharisma di Sorong mengungkapkan hal lain lagi yang harus dipenuhi agar wisata Raja Ampat lebih cepat pulih. “Sebenarnya sekarang ini sudah ada banyak tamu, bahkan grup besar yang berminat untuk trip. Namun peraturan yang membatasi speedboat dari Sorong masuk ke spot wisata Raja Ampat, membuat mereka membatalkan tripnya. Mereka keberatan kalau harus berganti speedboat kapasitas kecil di Waisai. Jadi mohon aturan ini ditinjau kembali. Diharapkan juga agar Dispar Raja Ampat dan Sorong bisa lebih bekerja sama untuk memberikan informasi dan sosialisasi kepada pelaku wisata terkait peraturan atau kebijakan yang diberlakukan.”

 

Khusus untuk Raja Ampat memang, dari info-info yang ada, tampaknya aturan pembatasan transportasi maupun kewajiban swab test (bukan hanya rapid test) sehubungan pandemi memang sangat menghambat kunjungan wisata.

 

Piaynemo, Raja Ampat

 

Indra Franzpower (30), freelance guide Misool dan Raja Ampat menambahkan soal ini. “Sampai saat ini dispar memang sudah membuka beberapa spot wisata di Raja Ampat, tapi kendalanya adalah jadwal kapal Marina Express masih belum stabil. Contohnya ke Waisai sekarang cuma seminggu sekali, itu pun cuma 1 kapal dengan pembatasan jumlah penumpang. Tamu juga saya rasa belum berani masuk Papua, berhubung syarat masuk Papua agak ribet, untuk orang non-KTP Papua wajib swab test, kalau ber-KTP Papua melampirkan rapid test saja.”

 

Mimi (39) dari Yok Kita Jelajah Katulistiwa di Pontianak tak hanya melihat pelonggaran pembatasan sebagai cara pemulihan, tapi lebih jauh ia meminta dispar untuk menerbitkan surat imbauan yang menyatakan bahwa orang-orang sudah boleh berwisata dengan standar protokol kesehatan.

 

VAKSIN JADI PENENTU

Sudah berhasil diimplementasikannya vaksin juga menjadi faktor utama pemulihan pariwisata yang disorot oleh Agus Susanto (48) dari Raja Ampat Dive Resort, Tawakal Tando atau Akha (38) dari Jelajah Sultra, Arief Naen (31) dari CV Graha Natuna Wisata, Johan Tomasoa (pemilik & pengelola Mahu Village Lodge di Saparua Maluku), dan Yafaowoloo Gea (38) dari Go Nias Tour. Menurut Akha, “Kalau sukses dengan vaksinasi covid, mungkin di triwulan pertama tahun depan bisa normal.” 

 

Yafaowoloo sepakat, “Mudah-mudahan Januari 2021 pariwisata di Pulau Nias sudah mulai pulih seiring dengan tersedianya vaksin dan pembukaan akses kepada wisatawan asing.”

 

Rumah adat di Nias

 

Johan optimis karena ia melihat sekarang banyak yang sudah bosan di rumah terus, sudah ingin jalan-jalan. “Jadi pariwisata akan cepat pulih meskipun dari pemerintah misalnya masih membatasi dengan segala aturan yang memang diperlukan.”

 

Benteng Duurstede di Saparua

 

Johan menambahkan, “Kami selama ini di Saparua selalu usaha sendiri, dari promosi dll. Saya pikir kalau pemerintah bikin acara di daerah pasti akan sangat membantu. Atau dibantu dipromosiin daerahnya dengan iklan yang disebar di media sosial yang gampang dijangkau market yang tepat sasaran.”

 

(Bersambung)

 

 

 

Teks & Foto: Mayawati NH (Maya The Dreamer)
Comment