Mulut gua di bawah pohon klumpit
Gunungkidul nggak cuma punya pantai-pantai yang cantik, tetapi juga punya destinasi lain yang nggak kalah cantiknya. Destinasi yang menyimpan nilai-nilai historis yang layak masuk dalam bucket list-mu, Gua Rancang Kencono. Secara geografis gua ini terletak di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ada yang unik dari keberadaan gua ini, yaitu posisinya yang di bawah naungan pohon klumpit yang berukuran raksasa. Banyak orang belum tahu kalau pohon satu-satunya yang tumbuh di area gua ini telah berusia lebih dari 2 abad lamanya. Konon, menurut penuturan pihak pengelola, gua ini berkaitan erat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia.
Pada zaman penjajahan Belanda gua yang ditemukan tahun 1720 ini sering dijadikan sebagai tempat persembunyian Laskar Mataram yang dikejar oleh para penjajah Belanda. Adalah 2 orang Laskar Mataram yang bernama Kyai Putut Linggo Bowo dan Kyai Soreng Pati yang kebetulan lolos dari kejaran penjajah Belanda hingga pada akhirnya menjadi cikal bakal penemu gua bersejarah tersebut dan menjadikannya sebagai tempat persembunyian sekaligus tempat yang aman untuk merancang strategi perang. Itulah sebabnya gua ini dinamai Gua Rancang Kencono, yang berarti tempat yang digunakan untuk merancang strategi demi tercapainya tujuan mulia.
Gua ini sangat mudah dikunjungi. Jarak dari lokasi parkir menuju lokasi gua hanya sekitar 50 m sementara untuk memasukinya hanya dengan menuruni tangga batu yang sudah dibangun pihak pengelola. Tangga yang tidak terlalu panjang ini langsung menghubungkan mulut gua dengan naungan pohon klumpit yang tingginya sudah melampaui atap gua.
Di dalam gua ini juga terdapat sebuah pelataran yang luas. Nampak stalaktit sebagai penghias langit-langit gua meskipun banyak di antara stalaktit itu sudah mati sehingga tidak terlihat lagi tetesan air. Kondisi pelataran ini cukup terang karena cahaya matahari masih bisa masuk ke dalam gua dan pijakannya pun berupa tanah yang rata.
Pelataran gua
Tidak jauh dari pelataran jika berjalan terus nantinya akan ketemu ruangan yang sempit dan sangat gelap. Untuk memasuki ruangan gelap tersebut harus ditemani pemandu dengan melewati celah kecil dengan cara merunduk. Di dalam ruangan sempit ini terdapatlah sebuah lukisan bendera Merah Putih disertai kata-kata penyemangat yang ditujukan bagi para pejuang Indonesia. Tidak perlu lama-lama berada di ruangan sempit ini, mengingat kadar oksigen yang begitu tipis sehingga kita merasa sangat pengap dan terganggu pernapasannya.
Yang menjadi spot favorit adalah lokasi mulut gua yang berpadu dengan rindangnya pohon klumpit. Di sini Trippers bisa mengambil foto gua dengan kombinasi langit biru yang nampak dari atas di antara celah-celah ranting pohon klumpit. Selain itu pelataran gua juga menjadi pilihan yang tepat, karena begitu luas dan terang sehingga tidak membutuhkan penerangan untuk mengambil foto.
Di atas pelataran gua
Lalu bagaimana untuk mencapai lokasi ini? Sangat mudah. Jika Trippers berangkat dari kota Yogyakarta membutuhkan waktu kurang lebih 1 hingga 1,5 jam saja, atau berjarak sekitar 40 km. Kondisi jalan pun sudah sangat bagus, nyaris tak ada jalanan berbatu ataupun jalan yang rusak. Disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi atau sewa baik kendaraan roda dua maupun roda empat, karena transportasi umum belum tersedia untuk mencapai lokasi.
Baca juga: “55 Obyek Wisata di Yogyakarta untuk Alternatif Liburan (Bagian 4)”
Sementara tiket masuk untuk memasuki lokasi adalah Rp13.000 per orang, biaya parkir kendaraan roda dua Rp2.000 dan roda empat Rp5.000. Jasa pemandu tidak dipatok harga khusus atau bersifat sukarela. Biasanya mereka bisa dijumpai di dekat mulut gua.
Fasilitas yang sudah tersedia meliputi warung tradisional dan juga toilet umum. Gua ini bisa juga dijadikan sebagai wisata keluarga, karena selain mudah dijangkau, juga memberikan pemahaman ilmu sejarah kepada anak-anak.