Yang pernah menonton film Inferno yang diangkat dari novel thriller karya Dan Brown (2013) dengan judul yang sama pasti ingat adegan klimaks di mana si tokoh utama, Robert Langdon (dibintangi Tom Hanks) menyusuri satu tempat gelap dengan banyak pilar kokoh dan kolam air di dalamnya. Film yang dirilis tahun 2016 ini memang menampilkan keindahan The Basilica Cistern atau Yerebatan Sarnici di Istanbul Turki, sesuai jalan cerita di novel. Walaupun sebenarnya syuting nggak bener-bener dilakukan di situs bersejarah tersebut demi menghindari kerusakan, melainkan di satu studio di Budapest Hungaria yang disetting mirip tempat aslinya.
The Basilica Cistern atau Yerebatan Sarnici terletak di barat daya Hagia Sophia, objek wisata utama dan salah satu landmark Istanbul. Penampungan air atau waduk bawah tanah (underground cistern) yang sangat luas ini dibangun oleh Kaisar Byzantine, Justinianus I (527-565) pada tahun 542 untuk memenuhi kebutuhan air bagi istana. Pilar-pilar terbuat dari batu marmer yang muncul dari permukaan air dan jumlahnya banyak sekali membuat tempat ini dikenal juga dengan sebutan “The Sunken Palace”. Dan karena di waduk ini dulu berdiri sebuah Basilica jadi dinamailah The Basilica Cistern.
Panjang waduk ini 140 m dan lebarnya 70 m, berbentuk persegipanjang. Total luasnya 9.800 m2 dan mampu menampung 100.000 ton air. Total jumlah pilarnya ada 336 yang tingginya masing-masing 9 m. Pilar-pilar ini dibangun dengan sangat beraturan, dalam 12 baris dan di tiap barisnya ada 28 pilar yang masing-masing berjarak 4,8 m. Di bagian langit-langit tampak bentuk-bentuk melengkung yang menghubungkan puncak pilar yang satu dengan lainnya. Sebagian besar pilar-pilar ini diambil dari bangunan sebelumnya (Basilica). Bentuk pilarnya kebanyakan silinder, tapi ada juga beberapa yang persegi dan bersalur-salur.
Tiap pilar tersambung di bagian atas dengan bentuk-bentuk melengkung
Dinding bangunannya terbuat dari batu bata yang tingginya 4,8 m. Lantainya yang juga tersusun dari batu bata dibuat tahan air dengan cara melapisnya dengan adukan semen khusus yang tebal.
Wisatawan dapat memasuki penampungan air ini dengan menuruni 52 anak tangga. Begitu masuk, dengan suasana remang-remang mendominasi, kesan mistis akan langsung menyergap kita. Memotret formasi pilar-pilar di keremangan dengan pantulan cahaya lampu di kolam air di bawahnya tentu menjadi kegiatan utama wisatawan di sini. Tapi apakah cuma itu? Apakah kita hanya berjalan menyusuri jalur di antara pilar-pilar itu? Tentu tidak.
Berjalanlah terus mengikuti jalur dan nanti Anda akan menemukan satu pilar yang dikerumuni banyak wisatawan, di bagian barat daya. Di bagian alas dua pilar di sudut ini terdapat patung kepala Medusa, yang satu dalam posisi terbalik, satunya lagi dalam posisi berbaring/miring. Patung Medusa yang berasal dari mitologi Yunani ini terkenal sebagai masterpiece seni patung di masa Roman. Tidak jelas dari mana dua kepala Medusa ini berasal dan kapan dibawa masuk dan dipasang di Basilcia Cistern.
Kepala Medusa terbalik
Kepala Medusa miring
Ada sebagain peneliti yang menyimpulkan, kepala Medusa ini dibawa hanya untuk difungsikan sebagai alas pilar karena zaman dulu Medusa dipercaya bisa melindungi tempat penting dan spesial. Tapi tidak ada yang bisa memastikan teori ini. Jadi bagaimana dan mengapa kepala Medusa ini berada di sini tetap menjadi misteri. Yang jelas, kepala Medusa yang berwarna kehijauan ini adalah highlight Basilica Cistern yang tak boleh dilewatkan.
Satu highlight lagi adalah “Pilar Menangis” (Crying Pillar), yang karena terus dialiri air, jadi kelihatan seperti menangis. Pilar ini menyerupai pilar-pilar di Triumphal Arch of Theodosius I dari abad ke-4, yang dibangun di Forum Tauri Square, bermotif sulur-sulur kehijauan. Konon Crying Pillar ini dibangun untuk mengenang ratusan pekerja yang tewas saat pembangunan Basilica Cistern ini.
Crying Pillar
Di zaman Byzantine, penampungan air ini memenuhi kebutuhan air istana dan pemukiman di sekitarnya. Setelah Ottoman menguasai Istanbul tahun 1453, sempat selama beberapa waktu lamanya air dari Basilica Cistern dipakai untuk menyiram taman di Topkapi Palace, sebuah istana indah yang juga berada di dekat Hagia Sophia. Tapi setelah Kekaisaran Ottoman berhasil membangun sistem airnya sendiri, waduk ini tidak lagi digunakan.
Basilica Cistern sempat terlupakan selama sekitar satu abad sampai akhirnya antara tahun 1544-1550, P. Gyllius, pelancong asal Belanda yang datang ke Istanbul untuk melakukan penelitian tentang sisa-sisa peninggalan Byzantine, menemukannya kembali dan mewartakannya kepada dunia Barat. Ia membuat terkesan banyak pelancong setelah mempublikasikan penemuannya ini dalam sebuah buku perjalanan.
Basilica Cistern beberapa kali direstorasi bahkan hingga kini. Di zaman Ottoman direstorasi dua kali, pada abad ke-18 dan abad ke-19. Di masa pemerintahan republik yang sudah modern, waduk ini juga mengalami beberapa kali lagi restorasi. Renovasi menyeluruh dilakukan antara tahun 1985-1987, antara lain untuk mengangkat 50.000 ton lumpur dari dalam penampungan air, dan membangun platform/jalur untuk orang-orang berjalan di dalamnya. Kemudian Basilica Cistern pun dibuka untuk turis domestik dan mancanegara. Ikan-ikan juga kembali dimasukkan dan hidup di situ, menjadi hiburan tersendiri bagi turis.
Musik sayup-sayup juga diperdengarkan untuk menambah positif ambiensnya. Bagi yang mau duduk-duduk sambil minum ada kafetaria di bagian depan. O ya, selama mengeksplor harap hati-hati karena lantai sebagian licin, dan suasana keseluruhan juga lembab.
Kafetaria di dalam Basilica Cistern
Tiket masuk: TL 20 (sekitar Rp 80.000)
Jam buka: setiap hari pukul 09.00-17.30 (winter), atau 09.00-18.30 (summer)