Salah satu sudut Waduk Jatiluhur yang penuh eceng gondok
Jalan-jalan ke Jatiluhur? Memang ada apa di sana selain waduk dan bendungannya? Kenangan masa kecil saya tentang Waduk Jatiluhur di Purwakarta ini tentunya sudah sangat samar. Dan lagi pasti sudah banyak berubah. Saya lihat postingan salah satu teman di Instagram, lho kok seperti di New Zealand? Ada danau biru dengan latar pegunungan. Cantik!
Maka ke sanalah saya awal Desember 2021 lalu bersama keluarga. Dua jam menempuh perjalanan dari Jatiwarna Bekasi melalui Jalan Tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi), dan keluar di Gerbang Tol Jatiluhur. Tiba di pintu utama Waduk Jatiluhur, membayar tiket masuk per orang Rp25.000 dan mobil Rp25.000.
Baca juga: “100+ Destinasi Wisata Domestik yang Bisa Jadi Pilihan di Era Next Normal. Bagian 3: DKI, Banten, Jawa Barat”
Di pertigaan usai melewati gerbang utama kami belok kanan, sesuai perintah Google Maps, menuju bendungannya. Ternyata tutup, tak ada akses masuk. Akhirnya kami putar balik dan menyusuri jalan utama di samping waduk. Melihat peta, kami berada di sisi timur waduk. Sisi inilah memang yang banyak spot wisatanya. Kami melewati View Deck Cafe Istora, tampaknya ini viewing deck utama untuk melihat bendungannya. Sayang, sedang dipakai acara rombongan seratusan orang, jadi kami dilarang masuk.
Peta sisi timur Waduk Jatiluhur
Akhirnya kami lanjut dan parkir di dekat Jatiluhur Waterworld. Ada tulisan besar-besar dan warna-warni “Jatiluhur”.
Ini ada di seberang Jatiluhur Waterworld
Kami turun mendekati bibir waduk/danau. Tepian waduk hingga sekitar puluhan meter dikepung eceng gondok. Tampak perahu kecil warna-warni ditambatkan. Menurut tukang parkir, perahu-perahu itu bisa disewa untuk berkeliling melihat-lihat keramba ikan, bendungan dan Pulau Jodoh. Harga sewanya Rp 150.000.
Perahu-perahu kecil di tengah kepungan eceng gondok
Kalau untuk masuk ke Jatiluhur Waterworld harus bayar tiket masuk lagi, anak-anak di atas 3 tahun bayar penuh sama dengan orang dewasa Rp30.000 (Senin-Jumat), Rp45.000 (Sabtu, Minggu, hari libur), Rp65.000 (Lebaran, Natal, Tahun Baru).
Jatiluhur Waterworld
Kami hanya ingin menikmati udara segar dan melihat view cantik ke arah danau dan barisan gunung-gunung yang melatarinya. Jadi kami pun berkendara lagi, mencari sisi waduk yang bisa dinikmati.
Ada warung-warung di bawah keteduhan. Dan di bawahnya ada tepian waduk yang cukup luas. Sekadar untuk menikmati pemandangan dan berfoto. Sayangnya, lautan eceng gondok menguasai sampai nyaris nggak kelihatan permukaan airnya. Tapi malah bagus buat latar foto sih… Ijo royo-royo bak permadani. Apalagi saat itu nggak ada pengunjung lain di spot itu.
Warung-warung di bawah keteduhan
Potret cantik Waduk Jatiluhur meskipun dipenuhi eceng gondok
Lautan eceng gondok bak permadani
Kemudian kami beranjak lagi ke spot yang namanya Taman Selfie Kompepar, Tirta Wisata Jatiluhur. Nah di sini terlihat cukup banyak mobil parkir dan juga para penjaja. Di satu sisi tetap ada lautan eceng gondok, tapi sisi lainnya bebas dari sergapan eceng gondok sehingga permukaan air waduk terlihat. Sayang suasana agak mendung dan tak lama turunlah hujan, membuat semuanya bubar. Eksplorasi kami di Waduk Jatiluhur pun disudahi.
Pemandangan dari Taman Selfie Kompepar
Suasana agak mendung
Padahal saya ingin sekali ke Parang Gombong, salah satu camping ground yang ada di tepian Waduk Jatiluhur. Lokasinya kalau ditarik garis lurus tepat di seberang Jatiluhur Waterwold, tepatnya di sisi barat laut waduk. Masih jauh.
Parang Gombong di barat laut waduk
Parang Gombong hanyalah salah satu camping ground yang ada di sekitar Waduk Jatiluhur. Kalau saya lihat peta, ada banyak lagi camping ground di pesisir waduk. Entah mana yang view-nya paling bagus, yang paling mirip New Zealand, hahaha. Begitu juga lokasi atau dermaga pemancingan, ada beberapa. Memancing memang jadi salah satu kegiatan favorit di Waduk Jatiluhur.
Ada banyak spot maupun aktivitas menarik di Waduk Jatiluhur, yang sayangnya tak sempat saya lakukan. Sebut saja menikmati sunrise dan sunset, dan banyak lagi. Butuh lebih dari satu hari pastinya kalau ingin mengeksplor semua. Apalagi yang hobi berfoto-foto di spot-spot selfie yang disediakan.
O ya, kalau mau melihat Waduk Jatiluhur dari ketinggian, mendakilah ke puncak Gunung Lembu atau via ferrata di Gunung Parang, atau mendaki Gunung Bongkok. Ketiga gunung ini, bersama beberapa gunung lain menempati kawasan selatan waduk. Barisan gunung-gunung yang tingginya tak lebih dari 1.000 mdpl ini terlihat dari beberapa sisi waduk, seolah berjejer.
Baca juga: “Rute Lengkap ke Curug Jagapati di Garut dan Kondisi Trekkingnya. Silakan Baca di Sini Ya…”
TENTANG WADUK JATILUHUR
Waduk terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara ini berada di Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat, sekitar 10 km dari Alun-alun Kota Purwakarta. Dibangun tahun 1957 di masa pemerintahan Soekarno, dengan membendung Sungai Citarum. Diresmikan 26 Agustus 1967 di zaman Soeharto. Awalnya dinamakan Waduk Ir. H. Juanda karena beliaulah yang berjasa mengusahakan terwujudnya pembangunan bendungan yang memakan biaya sebesar USD230 juta ini. Juanda saat itu merupakan Perdana Menteri RI terakhir dan memimpin Kabinet Karya (1957 – 1959).
Waduk ini merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia. Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), pemasok air untuk irigasi, bahan baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir. Dan tentu seiring perkembangan waktu juga menjadi pusat rekreasi dengan berbagai atraksi maupun wahananya --termasuk beberapa jenis water sport, juga menjadi tempat latihan tim pelatnas dayung.
terima kasih cerita nya sangat informastif sekali, senang saya membacanya. saya tinggal di jati murni pondok melati ada keluarga saya di belakang stasiun cibungur.
2022-12-23