Pasir Timbul Tanusan Pia saat sudah mulai tenggelam
Banyak figur publik yang berasal dari Ambon ternyata tepatnya berasal dari Pulau Saparua di Maluku Tengah. Kapitan Pattimura yang diabadikan wajahnya di uang pecahan seribu rupiah pun berasal dari Saparua. Selain pantai-pantai cantik nan bening, Saparua juga menawarkan banyak hal menarik lainnya. Jaraknya dari Kota Ambon nggak jauh, hanya perjalanan laut 1 jam ke arah timur. Layak banget nih buat dimasukkan bucket list trip tahun 2020.
MULAI PERJALANAN DARI PELABUHAN TULEHU DI PULAU AMBON
Dari pusat kota Ambon ke Pelabuhan Tulehu berkendara sekitar 30 menit. Pelabuhan Tulehu sendiri ada beberapa bagian, ada yang untuk naik kapal cepat umum, ada yang untuk carter speedboat. Masuk pelabuhan kita wajib membayar tiket Rp4.000 per orang (terdiri dari Rp2.000 jasa pelabuhan, Rp2.000 jasa raharja). Dan di loket Tempat Pendaftaran Penumpang Speedboat kita harus mencatatkan nama kita.
Rute dari Ambon ke Saparua (peta diambil dari eddieliku.blogspot.com)
MyTrip memilih carter speedboat, dapat harga Rp300.000 saja. Speedboat-nya kecil, hanya bermesin tunggal 40 PK, kapasitas 6 penumpang plus barang bawaan. Rutenya menyusuri sisi selatan Pulau Haruku, pulau di antara Pulau Ambon dan Pulau Saparua. Kalau beruntung kita bisa melihat kawanan lumba-lumba mengikuti speedboat dalam perjalanan laut selama 1 jam. Pelabuhan yang dituju adalah Pelabuhan Haria yang ada di teluk sisi barat, bagian tengah Pulau Saparua.
Perjalanan laut 1 jam saja ke Saparua dari Pelabuhan Tulehu Ambon
Kalau kapal cepat umumnya berangkat dari Tulehu setiap hari (Senin-Sabtu) pukul 09.00 dengan harga tiket Rp75.000. Tiba di Haria Saparua pukul.10.00. Sebaliknya dari Haria ke Tulehu kapal berangkat setiap hari pukul 07.00. Hari Minggu kapal cepat ini tidak beroperasi.
Baca juga: "Cobain Deh Berayun di Atas Pemandangan Uang Seribu di Ternate"
Info saja, pelabuhan masuk ke Saparua nggak cuma Haria, tapi ada juga Pelabuhan Kulur di sisi utara, menghadap Pulau Seram, dan Pelabuhan Tuhaha, menghadap Pulau Seram juga tapi lebih ke timur, dekat Negeri/Desa Mahu. Tapi yang dari Tuhaha hanya Sabtu dan Senin.
Pelabuhan Haria di Saparua
Saat kembali ke Ambon, MyTrip memilih naik Kapal Express Priscilia 99 dari Pelabuhan Tuhaha (kebetulan saat itu hari Senin). Harga tiket biasa Rp82.000 + Rp2.000. Tiket VIP Rp180.000. Karena kapal berangkat dari Pulau Seram, tidak bisa dipastikan kursi VIP masih ada atau tidak, jadi beli tiket biasa, baru kemudian tambah Rp50.000 di atas kapal kalau mau ganti ke VIP.
Pelabuhan Tuhaha di Saparua
EKSPLOR DARAT
Pulau Saparua kaya akan cerita dan peninggalan sejarah. Jadi jangan buru-buru mau island hopping atau snorkeling trip, susuri dulu objek-objek di daratnya.
Rumah adat di dekat gereja di Haria, Baileu Haria namanya, patut disinggahi terlebih dulu. Baileu adalah bangunan adat ciri khas masyarakat Maluku sebagai tempat berkumpulnya pemuka-pemuka adat dan warganya. Baileu Haria oleh warga setempat disebut Palapesi Ruma Toru. Panjang rumah yang hanya terdiri dari atap dan tiang-tiang tanpa dinding ini 40 m, dan lebar 7 m. Tiangnya berjumlah 21, melambangkan 21 orang Latupatih atau pemuka adat yang dihormati di desa ini. Atapnya berbentuk pelana dengan bahan dari rumbia kering. Rumah ini pernah dipakai untuk tempat berkumpulnya para pejuang Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy yang lebih dikenal dengan sebutan Kapitan Pattimura untuk mengatur strategi penyerangan ke markas Belanda kala itu di Benteng Duurstede.
Baileu Haria
Kediaman Thomas Matulessy (Kapitan Pattimura) atau lebih dikenal sebagai Rumah Pattimura berada tak jauh dari Baileu Haria. Rumah mungil nan apik dengan warna dominan krem ini terdiri dari beberapa ruangan. Di ruang tamu yang pertama kita masuki tampak ada replika uang pecahan seribu rupiah dalam ukuran besar dipajang di atas pintu kamar sebelah kiri. Ya, di atas uang seribu itu terpampang wajah Pattimura. Foto-foto, catatan-catatan sejarah khususnya tentang perjuangan Pattimura, benda-benda peninggalan seperti pakaian dan senjata dipajang di sini. Rumah ini dikelola oleh keturunan Pattimura. Isi buku tamu dan beri donasi serelanya ya di sini.
Rumah Pattimura
Uang seribu raksasa di Rumah Pattimura
Objek sejarah utama yang tak boleh dilewatkan tentulah Benteng Duurstede yang berada di tepi pantai di Teluk Saparua. Dibangun pertama kali tahun 1676 oleh Arnold de Vlaming van Duds Hoorn. Tahun 1690 dilanjutkan pembangunannya oleh Gubernur Nicholaas Schaghen. Dipugar oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kantor Wilayah Provinsi Maluku pada Juli 1977 sampai Maret 1982.
Bagian dalam Benteng Duurstede
Masuk ke sini nggak diberlakukan tiket, tapi berilah donasi dan isi buku tamu. Kita bisa berjalan menyusuri selasar batu di sekeliling benteng sambil melihat-lihat bagian halaman tengah benteng yang masih menyisakan bekas-bekas pondasi ruangan maupun bangunan yang masih utuh. Di sisi tembok benteng yang menghadap laut ada pos-pos pengintai, juga ada meriam-meriam kuno yang bagus buat berfoto-foto.
Meriam kuno di Benteng Duurstede
Di bagian luar benteng ada taman menghadap laut dengan paviliun-pavilun bergaya Belanda. Bagus juga berfoto-foto di sini, apalagi saat sunset. Pantai ini disebut Pantai Muka Kota atau Pantai Duurstede. Menjadi lokasi piknik warga lokal saat akhir pekan. Pasirnya putih halus, ombaknya tenang, aman buat berenang.
Pantai Duurstede
Negeri/Desa Ouw, desa kelahiran banyak figur publik asal Ambon, menarik dikunjungi karena di sini kita bisa melihat peragaan pembuatan gerabah. Satu-satunya di Maluku yang ada pengrajin gerabah ya di sini. Kualitas tanah liat dan pasirnya berbeda dan tak ditemukan di tempat lain. Salah satu tempat yang biasa dikunjungi wisatawan untuk melihat proses pembuatan gerabah adalah Bunga Tanjung. Kita dimintai tiket masuk Rp20.000 per orang. Dan isi buku tamu. Gerabahnya digemari banyak wisman yang membelinya sebagai buah tangan. Kalau ada banyak waktu, kita juga bisa mencoba membuat gerabah di sini.
Peragaan pembuatan gerabah di Desa Ouw
Pantai Kulur asyik buat bersantai karena pantainya diteduhi pepohonan. Mau berenang juga bisa karena ombaknya tenang dan airnya jernih. Pantai ini salah satu spot terbaik melihat sunset di Pulau Saparua.
Pantai Kulur
Gua 7 Putri di Desa Kulur, nggak jauh dari Pantai Kulur. Agak sulit menemukannya kalau kita nggak diantar supir lokal. Dari jalanan, kita harus jalan kaki masuk melewati jalan setapak semen yang berlumut 5 menit saja. Jalan setapaknya di antara perkebunan warga. Guanya nggak lebar, di dalamnya ada kolam alami dengan air yang sangat sejuk. Suasananya agak gelap, tapi nggak susah untuk masuknya, hanya perlu sedikit hati-hati di bagian yang licin. Kata pemandu sekaligus supir kami, gua ini punya lorong keluar. O ya, nggak ada fasilitas apa pun di gua ini. Jadi kalau mau berenang, ganti bajunya ya mesti cari semak atau di balik batu.
Gua 7 Putri, airnya bening dan sejuk
Objek lain di Saparua di antaranya:
- Gunung Saniri, tempat Pattimura membakar api sebelum menyerang Benteng Duurstede dan terjadilah Perang Pattimura pada 15 Mei 1817.
- Tanjung Ouw, pantai yang penuh batu karang. Keindahannya diabadikan dalam lagu Tanjung Ouw (Ouw Ulate).
- Patung Pattimura, di seberang Benteng Duurstede, sekaligus merupakan menara.
Dan tentu masih banyak objek lain yang belum sempat MyTrip datangi. Salah satunya yang menarik adanya bunga bangkai yang mekar di waktu tertentu dan tempat tertentu di Saparua. Perlu faktor keberuntungan untuk melihatnya.
Sewa mobil untuk keliling Saparua seharian sekitar Rp500.000-600.000. Hubungi Oom Nus Latuperisa di nomor HP 0812 4723 6343 atau 0852 5428 8658.
ISLAND HOPPING
Tujuan island hopping dan snorkeling trip di sekitar Pulau Saparua adalah Pulau Molana di barat daya dan Nusa Laut di tenggara. Keduanya nggak bisa dieskplor dalam waktu sehari, harus beda hari. Alokasikan waktu masing-masing 5-7 jam untuk mengeksplornya.
Pulau Molana bagus pantai-pantainya, berpasir putih dan beniiiing banget air lautnya, serta berombak tenang. Cocok buat berenang-renang cantik. Ada 2-3 spot di sekitar pulau yang bisa disinggahi.
Salah satu pantai di Pulau Molana
Snorkeling di Pulau Molana
Sedangkan Nusa Laut bagus terumbu karangnya dan ada beberapa spot di sekitarnya yang merupakan dive site andalan.
Selain itu ada juga Pasir Timbul Tanusan Pia yang berada di bagian utara Pulau Saparua, dekat Desa Pia. Ke sini tentu harus saat air surut. Kalau air laut sedang pasang ya tenggelam pasir timbulnya.
SOAL MAKANAN & PENGINAPAN
Di Saparua belum banyak rumah makan. Karenanya kalau pesan penginapan sekalian termasuk makan. Contohnya di Mahu Lodge. Untuk makan siang saat island hopping mereka akan menyiapkan nasi kotak. Sarapan dan makan malam disajikan dalam bentuk prasmanan. Enak banget masakannya. Untuk pesan Mahu Lodge bisa hubungi Johan Tomasoa di nomor HP 0821 2525 4789.
After sunset di dekat Mahu Lodge
Kalau makan siang saat eksplor darat bisa di RM JK di Kota Saparua. Harga makanannya memang sedikit lebih mahal dibanding di Jawa. Nasi Goreng Biasa Rp20.000, Cap Cai Seafood Rp35.000, Ayam Goreng Tepung Rp35.000, Cah Kangkung Rp25.000, Ayam Lalapan Rp25.000, Ayam Bakar Rp30.000, Soto Ayam Rp15.000, dll. Rasa masakannya patut dipujikan, walaupun kita harus menunggu cukup lama. Jangan lewatkan Juice Gandaria yang dibandrol Rp20.000. Uenaaaak pooll... Minta jangan pakai susu dan gulanya sedikit saja supaya rasa gandarianya lebih kuat.
Baca juga: "6-7 Jam di Tidore, Bisa Ke Mana Saja?"
TENTANG SAPARUA
Pulau Saparua yang luasnya 247 km2 sekarang terdiri dari 2 kecamatan, Saparua dan Saparua Timur, yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Terdapat 16 buah negeri adat setara desa dan 2 buah kampung mandiri di Pulau Saparua yaitu: Porto, Haria, Tuhaha, Ihamahu, Iha, Nolloth, Itawaka, Sirisori Amalatu, Sirisori Amapatti, Saparua, Tiouw, Booi, Paperu, Kulur, Mahu, Pia. Yang paling padat penduduknya adalah Negeri Haria, baru kemudian Saparua, lalu Porto.
(Peta diambil dari beritabeta.com)
Pulau Saparua bersama dengan Pulau Haruku dan Nusa Laut tergabung dalam gugusan Pulau Lease. Beberapa titik selam berada di gugusan Pulau Lease, terutama di Nusa Laut.
Dulu penjajah Belanda dan Portugis menduduki Saparua karena adanya cengkeh, bahkan hasil cengkeh di sini terbesar di Nusantara. Selain cengkeh juga ada pala dan rempah-rempah lainnya.
Figur publik yang lahir di Saparua: Bob Tutupoly, Harvey Malaiholo, Yopie Latul, Glenn Fredly, Ari Sihasale, Utha Likumahua, Franky Sahilatua, Ray Sahetapy, Ellyas Pical. Mayoritas berasal dari Desa Ouw. Gubernur Maluku pertama MR. Johanes Latuharhari juga dari Saparua, lahir di Desa Ullath. Gubenur Maluku ketiga Muhammad Padang lahir di Desa Siri-Sori Islam di Saparua.
hydrochloraquine chloroquin hydro plaquenil
2021-06-11