Mau ke Pangong Tso di Ladakh yang cantik ini, harus kuat berada di ketinggian
Meskipun Anda nggak ada rencana mendaki gunung yang tinggi, tapi kalau sewaktu-waktu berencana pergi ke tempat-tempat yang berada di ketinggian di atas 3.500 mdpl Anda perlu tahu apa itu AMS (Acute Mountain Sickness), bagaimana mencegahnya, serta bagaimana mengatasinya kalau terlanjur kena. Destinasi wisata favorit pelancong asal Indonesia yang berada di ketinggian di antaranya Tibet, Nepal, Bhutan, Ladakh (India), juga Machu Picchu di Peru. Yang belum pernah ke salah satunya, siapa tahu suatu saat Anda ke sana. Jadi nggak ada salahnya menyimak ulasan berikut.
Apa yang dimaksud dengan aklimatisasi?
Kata ini sering disebut-sebut kalau kita membicarakan kegiatan di tempat-tempat tinggi. Aklimatisasi adalah proses yang terjadi pada tubuh untuk menyesuaikan diri dengan kondisi berkurangnya oksigen pada ketinggian tertentu. Aklimatisasi biasanya dilakukan selama 1-2 malam di tempat yang masih belum mencapai ketinggian 3.000 atau 3.500 mdpl.
Banyak tempat-tempat cantik di ketinggian
Bagaimana penjelasan mengenai AMS (Acute Mountain Sickness)? Apa saja gejalanya?
Acute Mountain Sickness (AMS) atau biasa disebut juga altitude sickness atau sakit karena ketinggian biasanya dialami pada saat kita berada pada ketinggian di atas 3.000 mdpl, karena makin tipisnya oksigen.
Biasanya gejalanya: pusing, napas pendek-pendek dan lebih cepat (pola napas berubah), mata pedih dan berair, lebih sering buang air kecil, sulit tidur (atau sering terbangun di tengah tidur), cepat lelah, cepat ngos-ngosan, hilang nafsu makan, mual, linglung, bahkan sampai pingsan. Efek ketinggian ini berbeda untuk setiap orang, sangat erat hubungannya dengan faktor genetik dan kecepatan perubahan ketinggian yang dilakukan, namun nggak ada hubungannya dengan umur, gender, kebugaran, ataupun pengalaman di ketinggian sebelumnya. Sayang memang, belum ditemukan cara memprediksi orang seperti apa yang mudah terkena AMS dan sebaliknya siapa yang bisa cepat beraklimatisasi. Bahkan seorang porter pendakian pun bisa jadi sama rentannya terkena AMS dengan kita yang belum pernah berada di ketinggian. Anda yang sering berolah raga dan punya tubuh fit juga jangan takabur karena siapa tahu Anda justru gampang terkena gejala AMS.
Fakta yang mesti diperhatikan: rata-rata satu orang turis meninggal dalam setahun di Tibet karena altitude sickness. Pastikan itu bukan Anda ya! So, penting untuk cek kesehatan dan minta obat pencegah sakit ketinggian sebelum berangkat.
Golden rule: Jika Anda merasakan gejala AMS, istirahatlah, jangan melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih tinggi sebelum pulih. Jika kondisi Anda makin buruk, segera turun ke daerah dengan ketinggian di bawah 3.000 mdpl.
Istana Potala di Lhasa, Tibet, di ketinggian 3.550 mdpl
Bagaimana cara mencegahnya?
- Jangan menambah ketinggian buru-buru. Beri kesempatan tubuh beraklimatisasi. Atur jadwal sebaik mungkin. Konsultasikan dengan travel agent Anda.
- Perbanyak minum air putih.
- Makan secukupnya, sebaiknya makanan yang berkabohidrat tinggi untuk menjaga stamina.
- Hindari alkohol dan rokok.
- Jangan minum obat penenang.
- Minta resep obat pencegah AMS pada dokter Anda.
Lebih detilnya simak anjuran mengenai cara aklimatisasi dari International Society for Mountain Medicine (www.ismmed.org) berikut:
- Jika mungkin, menginaplah minimal 1 malam di ketinggian di bawah 3.000 mdpl.
- Pada ketinggian di atas 3.000 mdpl, penambahan ketinggian sebaiknya tak lebih dari 300-500 m tiap malam atau tiap hari.
- Setiap penambahan ketinggian 1.000 m, kita harus melewatkan 2 malam di ketinggian yang sama.