Kumbum Stupa yang berada di Pelkor Chode Monastery, Kota Gyantse
Ada cukup banyak monastery yang masuk dalam itinerary jalan-jalan di Tibet yang ditawarkan agen travel lokal. Memang kalau ambil private trip, kita leluasa memilih objek mana saja yang hendak kita singgahi dan mana yang kita skip. Boleh-boleh saja kalau Trippers nggak mau mengunjungi banyak monastery, tapi rugi kalau mencoret yang satu ini. Pelkor Chode atau Palcho Monastery beserta Kumbum Stupanya yang berada di Kota Gyantse, Tibet. Memang apa menariknya?
Baca juga: “Panduan Cerdas Eksplor Tibet (Bagian 1)”
Bagi sebagian besar wisatawan, sebuah tempat menarik kalau banyak yang bisa difoto dan bagus-bagus. Nah, Pelkor Chode Monastery memenuhi syarat itu. Dari mulai melangkahkan kaki melewati gerbang utama, kita langsung disambut jejeran roda doa di kiri kanan. Lalu di halaman kuil utama ada pot bunga besar dan juga taman bunga. Kalau datang saat bunganya semua bermekaran warna-warni, cantik banget! Kita bisa berfoto dengan foreground bunga dan background kuil putih nan anggun.
Disambut jejeran roda doa yang bisa diputar
Berfoto dengan foreground bunga dan background kuil putih nan anggun
Taman bunga di halaman kuil
Itu saja? Tentu tidak. Mari lanjut...
BOLEH MEMOTRET DI DALAM KUIL UTAMA
Masuk ke kuil utamanya yang disebut Tsulaklakhang, kita disambut lukisan Four Guardian Kings. Di sini masih boleh memotret. Tapi begitu masuk ke Assembly Hall-nya, untuk memotret harus membayar 20 yuan (+/-Rp40.000). Ini kesempatan yang tak boleh disia-siakan. Walaupun harus merogoh kocek, at least kita punya kesempatan memotret bagian dalam kuil di Tibet yang kayaaaa banget dengan segala ornamen dan dekorasi religi. Mayoritas kuil di Tibet melarang kita memotret bagian dalamnya lho. Gemes banget ‘kan kalau nggak bisa motret. Nah ini bisa, walaupun bayar.
Pintu masuk ke kuil utama
Baca juga: “Panduan Cerdas Eksplor Tibet (Bagian 2-Tamat)”
Jadi kalau sudah bayar silakan memotret patung Buddha Maitreya setinggi 8 meter yang terbuat dari perunggu berlapis emas. Juga ada patung Buddha Sakyamuni, Avalokitesvara, Atisha, Padmasambhava (Guru Rinpoche), Manjushri, Je Tsongkhapa, Dalai Lama Ke-12.
Jangan lewatkan juga satu lemari penuh berisi 1.049 set kitab atau sutra-sutra kuno Tibetan Buddhisme yang merupakan salah satu harta terpenting kuil ini. Amati juga bagian langit-langit dan pilar-pilar yang penuh ukiran kayu seperti kuil-kuil di Nepal (monastery ini memang arsitekturnya perpaduan Han China, Tibet dan Nepal). Thangka-thangka besar menjuntai dari langit-langit. Beberapa bagian dindingnya penuh dengan mural kuno. Ada lukisan yang usianya sudah 600-an tahun, sesuai usia kuil ini.
Sementara di bagian tengah tampak berjejer kursi-kursi panjang tempat para bhiksu duduk bersila merapalkan mantra-mantra. Tapi tentu kalau nggak ada acara kursi-kursi tersebut kosong. Hanya tampak beberapa bhiksu penjaga. Mereka akan menegur pengunjung yang memotret kalau belum membayar.
KUMBUM STUPA: TERBESAR & INSTAGENIK!
Terlepas dari banyaknya hal lain yang istimewa dari komplek monastery ini, tak dapat disangkal Kumbum Stupa-lah yang membuat orang datang ke Pelkor Chode Monastery bahkan ke Kota Gyantse.
Kumbum Stupa, stupa terbesar di Tibet
Stupa atau pagoda atau chorten dalam bahasa Tibetnya berbentuk poligon simetris, dan mewakili mandala dalam Buddhisme. Tingginya 32 m, dengan kubah kerucut dan ‘payung’ tembaga berlapis emas di puncaknya. Terdiri dari 9 lantai, tapi yang bisa dinaiki turis hanya sampai lantai 6 yang berbentuk bundar. Lima lantai di bawahnya berbentuk kotak dengan banyak segi (poligon). Sementara lantai 7 berupa kubus dengan bagian luarnya bergambarkan mata Buddha, mirip seperti Swayambhunath di Nepal. Inilah stupa terbesar di Tibet dan satu-satunya di Tibet yang jenis atau strukturnya seperti ini.
Ada lukisan Mata Buddha seperti di Swayambhunath Nepal
Masuk ke Kumbum Stupa kita nggak bayar tiket masuk lagi (tiket masuk 60 yuan sudah termasuk Pelkor dan Kumbum), tapi kalau mau memotret bayar lagi 10 yuan (+/-Rp20.000). Disarankan, bayar! Jangan kayak orang susah, haha. Rugi deh kalau cuma naik dan melihat-lihat saja tanpa motret. Tempatnya Instagenik banget!
Kumbum Stupa memiliki 108 pintu dengan 76 ruangan yang di dalamnya terdapat patung Buddha maupun para dewa serta mural-mural di dindingnya. Disebutkan, jumlah patung dan muralnya ada ribuan bahkan puluhan ribu. Jadi Kumbum Stupa disebut sebagai museum patung Buddha dan dijuluki One-Hundred-Thousand-Buddha Tower.
Kalau nggak punya banyak waktu nggak usah berhenti di setiap lantai, cukup memutar sesuai arah jarum jam (jangan kebalik ya!) dan melongok kapel-kapel/ruang-ruang di lantai satu atau lantai dua saja, lalu langsung cari anak tangga menuju lantai berikutnya. Kadang nggak mudah lho menemukan tangganya karena nyempil dan memang kondisinya gelap.
Jadi terus saja naik tanpa perlu keluar ke teras sampai ke lantai 6. Di sini terasnya lebih lebar dan bangunan di tengahnya bundar dengan atap biru melingkar dan 4 pintu cantik berukir di keempat sisinya. Bagus banget buat foto-foto.
Pintu cantik berukir
Tiap lantai di stupa ini ada teras terbuka yang pemandangannya aduhai ke arah Kota Gyantse maupun ke arah bukit dengan benteng mengular di atasnya. Kuil ini memang dibangun di kaki bukit dengan Gyantse Fort di atasnya. Banyak banget sudut bagus untuk difoto apalagi kalau langit sedang biru cemerlang dihiasi gumpalan awan putih bersih.
Pemandangan ke arah Kota Gyantse
Pemandangan ke arah bukit dengan benteng mengular
DURASI IDEAL UNTUK EKSPLORASI
Berapa lama waktu yang direkomendasi untuk mengeksplor kuil ini tergantung banget sama preferensi dan minat. Mungkin ada yang suka belanja, baru masuk ke halaman kuil saja sudah ada toko suvenir di sebelah kiri, bisa jadi sudah tergoda mampir. Lalu seperti sudah ditulis di atas, banyak spot menarik buat berfoto dari mulai halaman kuil yang banyak bunganya, aula utama kuil, dan lantai demi lantai di stupanya.
Keluar dari stupa, di halaman depannya ada dinding besar berwarna merah yang juga cukup menarik sebagai latar foto.
O ya, secara toilet di Tibet menjadi momok, perlu dicatat, toilet umum yang berada di halaman samping Kumbum Stupa cukup bersih. Dengan bayar 2 yuan kita juga mendapatkan tisu.
Keluar gerbang utama dan menuju ke parkiran, mungkin kita akan tertahan lagi untuk berfoto-foto di sini ke arah jalanan di depan gerbang. Jadi alokasikan waktu minimal 2 jam kalau mau puas.
Jalanan di depan gerbang utama
KOTA GYANTSE BERAPA JAUH DARI LHASA?
Kota Gyantse, kota terbesar ketiga di Tibet, terletak di barat daya Kota Lhasa, ibu Kota Tibet, dan di sebelah tenggara Kota Shigatse, kota terbesar kedua di Tibet. Dengan posisinya ini, biasanya rombongan trip mampir bermalam dulu di Gyantse dalam perjalanan dari Lhasa ke Shigatse, atau sebaliknya, dari Lhasa ke Shigatse dulu, baru pas kembalinya mampir di Gyantse.
Baca juga: "30 Fakta Unik Tentang Tibet. Yang No.12 Paling Bikin Penasaran!"
Jarak dari Gongga Airport ke Gyantse 217 km, ditempuh berkendara 4,5 jam. Dari Kota Lhasa jaraknya 260 km, berkendara 5 sampai 5,5 jam. Sedangkan dari Shigatse 100 km, waktu tempuh berkendara 2 jam.
Kota Gyantse yang pemandangannya didominasi Gyantse Fort berada di ketinggian 4.025, lebih tinggi dari Lhasa. Jadi tetap harus waspada dengan penyakit Acute Mountain Sickness (AMS) selama berada di sini.
Gyantse Fort yang mendominasi Kota Gyantse
SEJARAH SINGKAT PELKOR CHODE MONASTERY
Dinamai Pelkor, mengikuti nama Pelkor-tsen, putra Langdharma, raja di Tibet Barat yang tinggal dan memerintah di Gyantse pada abad ke-9. Kuil utama Pelkor dibangun oleh Pangeran Rabten Kunzang Phak, penguasa Gyantse saat itu, dan guru spiritualnya yakni Panchen Lama Pertama Kedrub Je pada tahun 1418-1425. Kedrub Je adalah murid Je Tsongkhapa, guru Tibetan Buddhisme yang sangat dihormati. Sedangkan Kumbum mulai dibangun tahun 1427 dan rampung tahun 1437 oleh Pangeran Rabten Kunzang Phak juga.
Pelkor Chode Monastery dan Kumbum Stupa di sebelahnya
Tiga sekte Buddhis Tibet yakni Sakyapa, Kadampa dan Gelugpa terwakili di monastery ini. Jarang ada yang begini. Makanya status kuil ini sangat tinggi di Tibet dan istimewa.
Adapun Gyantse Fort atau Gyantse Dzong dibangun di atas bukit batu, mengular mengelilingi Kota Gyantse, tahun 1268. Pelkor dibangun tepat di kaki bukit yang ada bentengnya ini.
Gyantse Fort terlihat jelas dari Kumbum Stupa
Tahun 1904 Gyantse dan kuilnya diserang pasukan Inggris di bawah Francis Younghusband. Selain kuil dirusak, banyak barang berharga dalam kuil diambil. Walaupun direstorasi, tetap ada beberapa bolongan bekas peluru di dinding kuil.
Kuil mengalami perusakan lagi tahun 1959 saat Revolusi Kebudayaan. Tahun 1977 pemerintah China mengalokasikan dana bagi perbaikan dan pemeliharaan Pelkor. Dan kuil dibuka kembali Desember 1979. Tahun 1998 Pelkor Chode Monastery dimasukkan dalam daftar relik budaya nasional yang dilindungi.
Festival populer yang digelar di kuil ini setiap tanggal 15 bulan 4 penanggalan lunar Tibet adalah Saka Dawa Festival untuk memperingati kelahiran, pencerahan sempurna dan parinibbananya Buddha Sakyamuni (peringatan Waisak).