KAMU BISA MELEPASLIARKAN TUKIK DI PANTAI TAMAN KILI KILI 2019-04-05 00:00

 

Nama Pantai Taman Kili Kili memang masih asing di telinga. Namun siapa sangka, pantai yang bersebelahan dengan Pantai Pelang ini merupakan kawasan konservasi penyu yang cukup besar di Jawa Timur. 

 

Di tepi pantai telah dibangun rumah yang didesain terbuka sebagai tempat pengembangbiakan penyu. Dalam bangunan sederhana tersebut terdapat beberapa kotak plastik biru berukuran 2×3 m yang berisikan tukik maupun penyu dewasa dari berbagai usia. Jenis penyu di Pantai Taman Kili Kili didominasi Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), selain itu ada pula jenis penyu dalam jumlah terbatas seperti Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea).

 

 

Untuk saat ini tempat konservasi penyu dikelola secara mandiri oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pantai Taman Kili Kili. Setiap pengunjung yang datang diberi kesempatan untuk berdonasi sukarela ke dalam sebuah kotak yang tersedia di dalam rumah konservasi, sementara bagi yang ingin mengadopsi tukik dikenakan biaya bervariasi. Tukik hasil adopsi nantinya akan dilepasliarkan melalui Pantai Taman Kili Kili pada sore hari. Hal ini berkaitan dengan faktor keselamatan tukik, di mana pada sore hari ancaman predator terhitung lebih kecil dibanding pada siang hari.

 

Baca juga: "Yuk Berenang Bareng Penyu di Pulau Liukang Loe"

 

Untuk adopsi tukik usia 2 bulan harganya Rp100.000 untuk 4 ekor, tukik usia 4 bulan seharga Rp50.000 per ekor dan tukik usia 1 tahun seharga Rp250.000 per ekor. Sementara untuk tukik yang baru saja menetas, tidak dipungut biaya alias gratis.

 

Bagi yang ingin mengunjungi Pantai Taman Kili Kili, pantai ini terletak di Desa Wonocoyo Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Mudah diakses melalui Stasiun Tulungagung, yakni dengan jarak sekitar 75 km atau kurang lebih membutuhkan waktu 2,5 jam berkendara. Sementara untuk tiket masuk dan biaya parkirnya gratis, dengan penyediaan fasilitas umum berupa warung makan dan toilet.

 

Teks: Arief Nurdiyansah Foto: Clara Soca Atisomya
Comment