Pantai Yantai dan patung pausnya yang ikonik
Kabar gembira! Buku Nasgor: Makanan Sejuta Mamat dari Penerbit Miracle berhasil masuk nominasi Gourmand World Cookbook Awards di tahun 2021. Hanya ada dua buku dari Indonesia yang masuk nominasi, satu dari Bali dan satu lagi si Nasgor ini! Boleh bangga ya, Indonesia! Gourmand World Cookbook Awards adalah sebuah organisasi yang dikelola oleh Edouard Cointreau dari Prancis yang sudah sejak 26 tahun lalu menilai buku masak dan bertema kuliner dari seluruh dunia. Mereka ini termasuk “indie”, semuanya swadana tanpa sponsor, sehingga penilaiannya cukup objektif. Sebagai perbandingan, tahun ini ada 5 buku dari Malaysia dan 8 dari Singapura yang masuk nominasi. Semangat!
Buku Nasgor: Makanan Sejuta Mamat yang masuk nominasi Gourmand tahun 2021
Jajaran nominator buku terbaik di Gourmand World Cookbook Awards 2018
Ini bukan pertama kalinya saya berkenalan dengan Gourmand World Cookbook Awards. Di tahun 2018 buku 100 Mak Nyus Joglosemar yang saya tulis bersama alm. Bondan Winarno dan Lidia Tanod, juga masuk nominasi sehingga kami diundang ke Yantai, Tiongkok, untuk menghadiri acara resminya. Berhubung waktu itu Pak Bondan sudah tiada, beliau diwakili oleh istrinya Yvonne Winarno-Raket dan putranya Eliseo Raket. Kami hadir bersama perwakilan sponsor waktu itu: Anggur Cap Orang Tua.
Kiri ke kanan: Lidia Tanod, Yvonne Winarno-Raket, Yuriko (perwakilan sponsor), dan Harry Nazarudin
Yantai adalah sebuah kota di tepi pantai yang menghadap ke Teluk Bo Hai, berseberangan dengan Korea Utara. Kota ini termasuk Provinsi Shandong, berdekatan dengan Kota Qingdao. Wilayah ini dulunya adalah konsesi Jerman, sehingga kita bisa melihat jejaknya sampai sekarang pada bangunan-bangunan kolonialnya dan produk unggulannya: Qingdao terkenal karena bir (Tsingtao), dan Yantai terkenal karena wine! Wine merek Changyu, salah satu yang terbesar di Tiongkok, berproduksi di kota ini. Tentu saja, panitia Gourmand sudah menyiapkan satu bus untuk berkunjung ke pabrik wine Changyu!
Harry Nazarudin mencicipi wine Changyu
Tapi, sebelum jalan-jalan, kerja dulu! Malam penganugerahan Gourmand berlangsung meriah dan glamour. Waktu itu, kalau tidak salah kami adalah satu-satunya grup dari Indonesia yang hadir. Semua pemenang nominasi awal diminta berfoto dengan latar belakang Gourmand, lalu bercengkerama mengobrol dengan penulis hebat dari berbagai belahan dunia. Ada penulis dari Panama yang 5 tahun riset mengenai kuliner aslinya, ada orang Jerman yang menulis buku mengenai berbagai sarapan khas Filipina. Sampai di penghujung acara, buku-buku nominasi ditampilkan di layar lebar. Meriah! Dan yang paling mengharukan adalah momen waktu makan malam, dimana Edouard Cointreau, pendiri Gourmand, yang adalah sahabat alm. Pak Bondan sejak lama, memberikan tribute khusus untuk beliau. Syahdu!
Kiri ke kanan: Eliseo Raket, Yvonne Winarno-Raket, Edouard Cointreau dari Gourmand
Acara jalan-jalan di hari berikutnya menjadi pengalaman yang indah. Kami dibawa ke Yantai Golden Beach Seaside Park, sebuah pantai berpasir putih dengan latar belakang laut biru indah. Semuanya serba teratur dan bersih! Kami bisa bercengkerama di pantai, sekaligus menikmati sebuah patung ikan paus raksasa yang konon sesekali terlihat di Teluk Bo Hai. Kalau melihat pantai ini, kita boleh merasa ada di Skandinavia atau Amerika! Namun, sebuah bangunan kuno bergaya Tiongkok kuno mengingatkan kita akan identitas tempat ini. Gedung ini mirip di film silat, yang dulunya adalah pos penjagaan tentara kekaisaran Tiongkok.
Lidia Tanod berpose di gerbang gardu jaga tentara kekaisaran
Sesudah itu, acara yang ditunggu: mengunjungi perkebunan anggur dan pabrik pemerasan anggur Changyu! Memang, segala sesuatu di Tiongkok itu ukurannya raksasa! Kalau di Prancis kita mengenal “chateau” atau rumah produksi anggur, di sini ukurannya 3 kali lebih besar. Perkebunan anggurnya pun luas sekali, dengan petunjuk jelas mengenai varietas dan informasinya. Pengunjung boleh melihat jajaran pohon anggur dan berfoto di antaranya. Sesudah itu pengunjung bisa masuk ke dalam ruangan pabrik, dan melihat tahapan proses produksi bersama mesin-mesinnya: dari pressing (memeras jus buah anggur) sampai pembotolan dan pelabelan.
Chateau raksasa di Changyu
Di akhir kunjungan ada kegiatan yang menarik. Karena Changyu juga memproduksi brandy (liquor yang didestilasi dari wine), setiap pengunjung dipersilakan mengambil botol kosong dan mencoba mengisinya dengan brandy yang mengalir dari tong kayu. Menarik! Maka pengunjung pun sibuk mengendalikan keran dan memposisikan botol untuk mendapat isi sebanyak-banyaknya, yang boleh dibawa pulang. Kemudian disediakan label berlogo Changyu dan nama kita, sehingga kita bisa membawa pulang botol brandy “personalized” yang ditulisi nama kita sendiri. Sebuah pengalaman unik dan kenangannya bisa dinikmati di rumah!
Pengunjung mengisi botol brandy
Botol brandy “personalized” yang ditulisi nama kita sendiri
Dalam acara santap malam bersama untuk para peserta acara Gourmand, tentu saja tuan rumah Yantai memamerkan kuliner terbaik mereka. Kami bersantap malam di dapur yang dulu digunakan oleh juru masak kekaisaran Tiongkok, dengan menu-menu khas yang menarik. Kemudian, karena Yantai dekat dengan laut, maka diadakan juga santap malam di sebuah restoran seafood, dengan display menarik dari berbagai macam hidangan laut yang bisa dipesan. Hidangannya sedap dan berkelas. Namun, dalam hati kami terbersit sebuah ide: kalau event seperti ini diadakan di Bali, bakal lebih asyik nih!
Salah satu hidangan unik
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.