HTP SEAFOOD, BALI RASA MUARA KARANG 2021-01-01 11:35

Sup udang masak arak, membawa lidah ke puncak asmara!

 

Bener ini tempatnya?” tanya saya, dijawab anggukan pang-enam (sebutan untuk istri saya). Jiah, apa ini? Bisa jadi ini restoran terjelek di Bali! Parkirnya saja kayak comberan. Tidak ada papan nama, aksesoris kayu, musik bambu atau patung arca apaan kek. Menurut istilah Irvan Kartawiria, JS-ers (member Komunitas Jalansutra) senior, restoran ini “tidak memajang aksesoris yang tidak mendatangkan uang”. Ya… satu-satunya patung yang ada adalah kucing dadah-dadah!

 

Dengar punya dengar, restoran ini ada “berkat” korona. Jadi HTP tadinya adalah supplier bahan laut untuk restoran dan hotel. Tetapi ketika korona melanda dan pesanan jauh menurun, pemiliknya banting setir buka restoran sendiri, daripada tidak laku. “Sebenernya rugi, karena harus bayar gas, bumbu, dan ribet masaknya!” kata pemiliknya kepada seorang tamu, sebelum kembali berteriak ke dapur: “WOOOI ITU MANA KEPITING SAOS PADANG MEJA TIGAAAA!!!”

 

Baca juga: “’Jamuan Kenegaraan’ Khas Bali yang Mengesankan

 

Kami sengaja datang jam 5 sore karena sudah diperingati, kalau rush hour di sini bisa terjadi kerusuhan. Pang-enam bertugas memilih ikan, dipilihlah beberapa kandidat: kerang kepa cah tauco pete, cumi goreng tepung, ikan kerapu steam, udang galah telur asin, dan udang masak arak. Baiklah, mari kita tunggu!

 

Makanan datang cukup lama, karena dapur sibuk memproduksi boks demi boks hidangan yang saya duga dipesan oleh penghuni villa se-Kabupaten Badung. Akhirnya, hidangan kami datang juga! Ketika piring stainless steel besar datang bersama kerang kepa cah tauco petai, saya baru sadar. This restaurant rocks!

 

Kerang kepa masak tauco petai ini dieksekusi dengan sangat baik. Kerangnya segar, dengan bumbu yang sangat seimbang. Tauconya membawa gurih-manis, dengan aroma petai yang melambai cantik. Sedap! Kemudian datang cumi goreng tepung, yang juga ciamik. Frekuensi mulai naik lagi ketika udang galah telur asin datang. Wow, sausnya pas! Telur asinnya setengah matang tercampur dengan baik, tidak ada tekstur tepungnya. Rasanya tajam, lagi-lagi seimbang. Udang galahnya mengingatkan saya pada udang galah Jambi: manis, mengkel, segar. Mantap!

 

Kerang kepa masak tauco petai

 

Kerapu steamnya juga patut dipoedjiken, terutama karena kualitas ikannya yang sangat segar. Irisan jahe tebal disisipkan di potongan ikan sehingga rasanya menyerap dengan baik. Dan ketika kami sudah agak kenyang, datanglah hidangan terakhir: sup udang masak arak. Saya berpikir ini “udang mabuk”, udang yang diberi arak lalu dibakar singkat sehingga rasanya gurih segar dengan pemanasan minimum. Tetapi, yang datang adalah udang yang berkuah bening, dengan angkak, goji berry, fermented plum, dan daun wansui. Lho, kok kayak bihun bebek kuahnya?

 

Ikan kerapu steam, patut dipoedjiken

 

Persis, sebenarnya basisnya mirip kuah bihun bebek. Tetapi, karena ada udang, juice dari kepala udang menambah citarasa kuah secara eksponensial dan membawa lidah ke puncak asmara! Utha Likumahuwa! Udang galahnya jika dibuka kepalanya, mengalirkan cairan gurih berwarna oranye yang sedap nian disruput. Dagingnya segar dan renyah, dan kuahnya, amboi, mirip sepert kuah tekwan kaldu kepala udang yang jadi kesukaan Pak Bondan Winarno alm. Kuah aromatik gurih tapi light, panas menghangatkan jiwa, seakan ombak yang marah goyangannya. Mantap!

 

Sup udang masak arak, dengan kuah aromatik gurih tapi light

 

Grace Khoesuma, JS-ers (member Komunitas Jalansutra) senior, rupanya ada di Bali juga. Setelah kami pulang, justru dia sempat mencicipi hidangan lain seperti kepiting lada hitam dan cumi bakar yang juga patut dipoedjiken. Total bandrol saya hanya sekitar Rp600.000-an. Harga sohib, rasa wahid!

 

Penulis dengan udang galah telur asin

 

Mendekati jam enam sore, keriuhan mulai terjadi. Satu rombongan ngotot mau duduk barengan, satu lagi melobi si pemilik supaya makanannya lebih cepat keluar. Kami pun pamit setelah bayar, dengan janji akan kembali, ke puncak asmara, yang namanya HTP Seafood, hehe. 

 

Kalau perlu variasi dari bumbu Bali, mampirlah ke sini!

 

Baca juga: “Bertemu Chef Tiwi, “Ida Ayu Wili Wonka” di Mason Chocolate Bali!

 

HTP Seafood

Pemogan, Denpasar

(Masuk dari ByPass Ngurah Rai)

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment