Ayam bumbu serapah dan mice gadang
“Pak, hari ini saya adakan menu khusus ya,” kata Pak Gus Oka, pemilik Warung Bucu Sanur. Sejak tiba di Bali dan berkenalan dengan beliau melalui nasi gorengnya, Gus Oka langsung “nyambung” dengan kami kalau soal makanan. Kelihatan sekali, passion-nya sangat tinggi dalam memasak dan eksplorasi makanan Bali. Sehingga, begitu beliau bilang “menu khusus”, saya langsung semangat.
Yang hadir ternyata bukan macam-macam, bukan sesuatu yang nampak hebat. Piring kecil, dengan dua sajian: di kiri lawar sayuran berwarna hijau, dan di kanan suwiran ayam berbumbu serapah. “Wah, saya paling suka ayam kalasan seperti ini!” kata seorang tamu yang hadir. Lho, kok kalasan? Rupanya, hidangan ini disebut juga “kalas” di Bali dan ditambah akhiran “-an” sebagai penanda lauk. Hmm, menarik!
Kiri: lawar daun belimbing. Kanan: ayam bumbu serapah dengan mice gadang
Saya sudah pernah makan lawar daun belimbing, ketika dulu survey 100 Mak Nyus Bali. Seingat saya, rasanya keras, renyah, dengan aroma daun yang cukup kuat. Tapi ketika lawar daun belimbing ini saya coba, rasanya empuk, lembut, daunnya halus seperti daun melinjo di pindang kudus. Ciamik! Belum lagi, aroma bumbu lawar dan pedasnya meruak menambah seru suasana. Mantap!
Baca juga: “’Jamuan Kenegaraan’ Khas Bali yang Mengesankan”
Satu lagi, daging ayam suwir bumbu serapah. Sambil saya amati, saya melihat ada yang tidak biasa: butiran hijau kecil yang ditaburkan di atasnya. Apa ini? “Kami menyebutnya Mice Gadang, alias merica hijau,” jawab Gus Oka. Wih, menarik banget ini! Saya cicipi rasanya. Bumbu serapahnya memang cantik, tapi merica hijau ini sensasinya sungguh unik. Bentuknya kecil seperti buah, ketika digigit akan pecah! Kemudian menebar sensasi pedas semriwing di seputar mulut --bukan di “top note” seperti merica serbuk, tapi di body-nya. Wow, menarik! Bumbu khas Bali seperti mice gadang sudah sulit ditemui.
Ini dia penampakan mice gadang
Dan, hidangannya tidak cuma itu. “Yuk, cobain ini, Kang!” kata Gus Oka sambil menyajikan sepotong ayam di piring. Ayam ini adalah hasil karya smokernya --ayam yang diasap setelah sebelumnya dimarinasi dengan air garam. Disajikan dengan sambal matah yang paling sederhana: cabai, bawang merah, dan minyak kelapa. Sedap! Kali ini, ayam asapnya empuk namun masih bertekstur, dengan aroma asap yang tidak dominan namun kentara. Sambal matah sederhana yang tersaji kemudian berhasil mengangkat aroma asapnya dan berpadu cantik dengan ayamnya!
Ayam asap dan sambal matah
“Wah, saya jadi pengen pelecing nih,” kata salah seorang tamu. Nah, kalo menu ini, sudah ada di menu Bucu Sanur! Tinggal pesan saja, hadirlah sate babi yang berlabur bumbu plecing merah, dengan alas kangkung rebus. Aroma terasi gurihnya menyeruak, hasil tangan dingin Pak Gus Oka dan timnya.
Sate plecing Bucu Sanur
Bucu Sanur kemudian menjadi favorit kami. Buka setahun yang lalu, warung ini menjadi saksi dampak negatif wabah Covid-19 terhadap ekonomi Bali. “Tapi kami tetap semangat Pak!” kata Gus Agung, putra Gus Oka yang juga adalah runner up The Voice Indonesia. Beliau langsung sibuk di counter kopi, ketika ada tamu datang memesan es kopi aren Single Shot. Nah, anak muda gini yang bikin semangat! Selain itu, boleh cicip Soto Ayam di Bucu, one of the best di Bali. Mak nyus!
Baca juga: “Les is More! More! More! (Bagian 1-Makan Siang)”
Bucu Sanur
Jl. Danau Buyan No. 49
Sanur, Denpasar, Bali
Telp: 0361 6200317
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.