Perayaan Mandi Mandi di Kampung Tugu, saling mencolekkan bedak ke wajah
Nama Kampung Tugu bagi sebagian orang memang sudah tak asing, apalagi bagi penggemar musik keroncong. Tapi bagi sebagian besar orang lainnya, sungguh sangat asing, bahkan mungkin tak pernah didengar. Padahal kalau tahu sejarah asal mulanya kampung ini lahir dan eksis hingga kini di ujung utara Jakarta, kalau tahu tradisinya yang unik, apalagi kalau tahu kulinernya yang jarang ditemukan di mana-mana, tentu banyak yang tergoda datang ke sini.
Saya sendiri awalnya mengenal Kampung Tugu hanya sebatas musik keroncong dan asal muasalnya yang dari Portugis, serta sekilas tentang tradisi Rabo-Rabo. Tapi begitu mengikuti virtual tour-nya Minggu 17 Januari 2021 lalu yang dipandu Ira Lathief dari Wisata Kreatif Jakarta, saya langsung bertekad lain kali ikut tur ke sana. Mungkin Trippers juga tertarik? Ini dia kisah Kampung Tugu dan dua tradisi perayaan Tahun Baru yang unik yang saya sarikan dari virtual tour tersebut dan dari tulisan Ira Lathief di blognya www.iralennon.blogspot.com.
Baca juga: “Alternatif Mengusir Bosan: Belajar Membuat Keramik di Depok”
CERITA LAHIRNYA KAMPUNG TUGU
Kampung Tugu, namanya diambil dari penggalan “Por-tugu-ese”. Ya, karena sekumpulan orang yang pindah dan kemudian bermukim di satu tempat di kawasan Semper Kecamatan Koja Jakarta Utara ini adalah orang-orang keturunan Portugis yang sebelumnya tinggal di Melaka, Malaysia. Mereka (para tentara Portugis di Melaka), oleh penjajah Belanda (VOC), yang saat itu telah mengambil alih kekuasaan Portugis di Melaka, diboyong ke Batavia pada abad ke-17, tepatnya tahun 1661 sebagai tawanan perang untuk dijadikan pekerja atau serdadu VOC. Ada sekitar 800 orang yang dibawa. Mereka lalu diminta masuk Kristen Protestan sebagai syarat dibebaskan dan dipindahkan cukup jauh dari pusat kota Batavia saat itu, yakni di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Kampung Tugu ini.
Mereka pun beranak-pinak di kampung tersebut dan tetap mempertahankan tradisi nenek moyang, termasuk memeluk agama Kristen. Jadilah Kampung Tugu ini sebagai kampung Kristen tertua di Indonesia bagian barat. Jadi orang Tugu ini tergolong sebagai suku Betawi. Mereka menyebut diri mereka juga sebagai orang Betawi Kristen.
Dan tentu saja mereka juga mempertahankan musik keroncong yang memang lahir di kampung ini dengan alat musik utama seperti ukulele. Belakangan, seiring berjalannya waktu malah keroncong dikenal sebagai musik tradisional Indonesia yang sudah dikenal luas. Melegakan, melihat bahwa musik keroncong tetap terus dihidupkan oleh warga Kampung Tugu secara turun-temurun, dan diwariskan ke generasi mudanya hingga kini.
Sayang sekali, banyak orang Jakarta sendiri nggak ngeh dengan keberadaan kampung ini, yang saat ini sudah dikepung oleh banyaknya kontainer dan truk truk berseliweran.
Baca juga: “Ini Dia Alternatif Liburan di Sekitar Jakarta yang Aman Saat Pandemi”
TRADISI RABO-RABO
Sayang, karena pandemi, tradisi unik perayaan Tahun Baru di Kampung Tugu yang namanya Rabo-Rabo awal tahun 2021 ini tidak digelar. Tapi tahun-tahun sebelumnya selalu dirayakan.
Inti perayaan Rabo Rabo yaitu kunjungan sekelompok kecil orang dari rumah ke rumah pada tanggal 1 Januari sambil menyanyikan lagu-lagu keroncong. Dan yang unik, salah satu anggota keluarga tiap rumah yang dikunjungi harus ikutan mengekor untuk mengunjungi rumah berikutnya hingga ‘ekor’-nya pun menjadi sangat panjang begitu tiba di rumah terakhir. Rabo-Rabo memang artinya “ekor-mengekor” dalam bahasa Kreol (bahasa Portugis khas komunitas Tugu).
Kemeriahan perayaan Rabo-Rabo di salah satu rumah warga di Kampung Tugu
Di setiap rumah yang dikunjungi mereka biasanya menyanyikan dua lagu sambil berdansa-dansi tentunya. Tuan rumah akan menyajikan beragam makanan dan minuman. Di rumah terakhir barulah mereka menggelar pesta dan makan besar. Kebayang ‘kan betapa seru dan meriahnya perayaan yang boleh jadi hanya satu-satunya di dunia ini. Di Portugis sendiri pun nggak dikenal tradisi perayaan semacam ini.
Kita bisa melihat musik keroncong dimainkan tak hanya oleh generasi senior tapi juga oleh anak-anak kecil dan remaja Kampung Tugu. Terlihat juga betapa eratnya kekerabatan orang-orang Tugu dan betapa bangganya mereka dengan tradisinya.
Perayaan Rabo-Rabo bisa dimaknai bahwa dalam menyambut tahun yang baru kita harus mengawalinya dengan hati yang gembira dan penuh keceriaan. Dan kebahagiaan itu akan menjadi berlipat-lipat jika dibagikan atau dirayakan bersama-sama.
TRADISI MANDI-MANDI
Rabo-Rabo selalu diikuti dengan perayaan lainnya yang tak kalah unik dan meriah. Perayaan Mandi-Mandi namanya, atau disebut juga Pesta Mandi Bedak, yang menjadi puncak perayaan Tahun Baru di Kampung Tugu, dan menjadi momen pulang kampung orang Tugu yang sudah menyebar ke mana-mana. Mandi-Mandi bahkan lebih meriah daripada perayaan Natal di Kampung Tugu. Biasanya diadakan satu minggu setelah Tahun Baru, atau hari Minggu pertama di bulan Januari.
Warga Kampung Tugu ada yang memakai busana khas Tugu saat perayaan
Sesuai namanya, pada perayaan ini warga Kampung Tugu baik yang masih bermukim di kampung ini maupun yang sedang pulang kampung, berkumpul dan saling mencolekkan bedak dingin ke wajah orang lain, sambil diiringi alunan musik keroncong dan juga menari-nari bersama. Sebelum segala kehebohan itu dimulai, tak lupa mereka melakukan doa bersama dulu.Tujuan tradisi Mandi-Mandi ini adalah silahturahmi untuk saling memaafkan, disimbolkan dengan mencorengkan bedak dingin ke wajah orang lain.
Warga menari-nari bersama saat perayaan Mandi-Mandi
Biasanya panitia acara juga menyiapkan santapan seperti gado-gado siram hingga kue pisang udang yang merupakan makanan khas Kampung Tugu.
Menyantap sajian saat Mandi-Mandi
Pada perayaan Mandi-Mandi tahun 2017 banyak undangan VVIP yang hadir, dari mulai Duta Besar negara Timor Leste, hingga Xanana Gusmao, mantan Presiden Timor Leste. Mereka tak segan-segan berpartisipasi membedaki wajah orang banyak, juga membiarkan orang lain membedaki wajahnya. Acara ini pun dihadiri oleh wartawan dan juga wisatawan lokal yang datang dari berbagai penjuru Jakarta.
Xanana Gusmao hadir saat Mandi-Mandi di Kampung Tugu tahun 2017, foto bersama Ira Lathief
Semestinya sih tradisi Rabo-Rabo dan Mandi-Mandi di Kampung Tugu ini bisa menjadi salah satu agenda andalan wisata Jakarta yang bisa menarik wisatawan mancanegara datang ya. Supaya mereka ke Jakarta tak hanya transit untuk kemudian terbang ke Yogyakarta, Bali atau Lombok, atau kalaupun keliling Jakarta tak hanya ke Monas dan TMII, melainkan juga ke Kampung Tugu.
OBJEK WISATA & KULINER KHAS KAMPUNG TUGU
Objek atau destinasi wisata di Kampung Tugu antara lain Gereja Tugu atau dikenal sekarang dengan nama Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Tugu yang merupakan gereja peninggalan Portugis yang dibangun tahun 1747, Kuburan Kuno Tugu, Markas Krontjong Canfrinho, rumah tertua Kampung Tugu yang berusia 200 tahun (sayang, ini sudah roboh karena lapuk dimakan waktu).
Kuliner Khas Tugu --ada yang khas Portugis, ada juga yang hasil perpaduan dengan citarasa Indonesia, yakni gado-gado siram, kue pisang udang (penampakannya seperti kue pisang tapi bentuk bungkusan daun pisangnya segitiga, dan isinya ada udangnya tentu), kue apem kinca (bentuknya nggak bundar seperti apem tapi balok), kue ketan unti (yang ini kue khusus perkabungan), egg tart (beda penampakannya dengan egg tart di Makau), pindang serani (ikan pindang yang dimasak oleh orang Nasrani).
Kue ketan unti
Bagaimana Trippers, jadi tertarik ke Kampung Tugu?