Ada lafaz "Allah" di pintu masuk Gua Keramat
Tempat yang satu ini agak berbeda dari tempat-tempat menarik lainnya di Misool, Raja Ampat, Papua Barat. Selain tentunya menarik secara tampilan dan banyak sudut Instagenik, tempat ini sarat sejarah. Bernuansa sedikit mistis tapi jauh dari kesan seram. Dari Pulau Panun maupun dari Pulau Harapan Jaya yang merupakan basecamp selama wisatawan berada di Misool, naik speedboat ke sini memakan waktu sekitar 1 jam. Gua Keramat Tomolol namanya, berada di kawasan Tomolol, di Pulau Misool-nya (FYI: objek wisata lain di Misool hampir semua bukan berada di Pulau Misool, melainkan di pulau-pulau lain di sisi timur dan tenggara Pulau Misool).
Gua Keramat, bagian luar
Mendekati area gua ini kita disuguhi pemandangan laut dangkal berombak tenang yang berwarna hijau toska dan super bening, dengan serakan pulau-pulau karst cantik di sekitarnya.
Pemandangan yang membuai mata menjelang mendekati lokasi gua
Air laut tenang dan bening, pulau-pulau karst, mata tak ingin berkedip rasanya...
Dari kejauhan biasanya pemandu yang mengantar rombongan wisatawan akan menunjukkan ada sesuatu yang unik di atas mulut gua yang cukup besar dan tinggi. Apa itu? Adalah lafaz “Allah” di bagian atas mulut gua. Kaligrafi aksara Arab berwarna putih itu terbentuk secara alami, bukan buatan tangan manusia. Mungkin karena bebatuan kapur di situ terkikis air, maka terbentuklah kaligrafi alami itu. Amazing ya...
Kaligrafi alami berlafaz "Allah" yang sungguh menakjubkan
Begitu speedboat merapat di dermaga kayu, yang kini tangga-tangganya sudah mulai lapuk, kita akan melihat ada makam keramat di sisi kiri. Itulah makam suami istri yang konon berasal dari Arab yang datang ke Misool untuk menyebarkan ajaran Islam. Bagi wanita yang sedang berhalangan dilarang masuk ke area makam. Tapi nggak ada larangan untuk masuk gua. Pemandu akan mengajak kita berdoa dulu di sini dan mohon izin untuk mengeksplor gua.
Makam suami istri pembawa ajaran Islam ke Misool, berada di depan gua
Dermaga kayu ini sekarang sudah mulai rapuh, harap berhati-hati
Untuk masuk gua yang mulutnya sangat tinggi ini, kita mesti menuruni tangga kayu dan nyemplung di air laut yang memenuhi pintu masuk gua. Iya, gua ini memang terendam air, bukan gua kering. Di depan sini airnya masih dangkal, tapi makin masuk makin dalam. Sambil berenang masuk (yang nggak bisa berenang pakai life jacket ya), cobalah sesekali terlentang dan nikmati pemandangan bagian atas gua yang dipenuhi stalagtit. Cakep deh! Saya selalu menikmati sensasi ini setiap kali datang ke sini.
Berfoto dulu di bagian depan gua yang airnya masih dangkal
Masuk ke dalam gua dengan cara berenang
Setelah berenang sekitar 50-an meter, sampailah kita pada batu besar yang tersembul dari balik air yang mirip singgasana. Batu ini dinamai Kursi/Singgasana Raja. Di depan batu ini ada jalur naik menuju Kamar Putri. Tingginya cuma 3 meteran, tapi kudu hati-hati karena sedikit licin. Nggak banyak yang bisa dilihat di Kamar Putri yang berupa ceruk kecil saja dan agak gelap.
Singgasana Raja, berupa batu besar menyembul. Di samping kiri agak atas ada Kamar Putri
Must Do:
- Bagi para pemberani, lompatlah ke air dari tebing batu di depan Kamar Putri dan Kursi Raja. Nggak tinggi kok, cuma 2-3 m. Sensasinya asyik! Kalau difoto dari arah dalam jadi bagus hasilnya, membentuk siluet dengan frame lengkungan mulut gua dan tetumbuhan yang menjuntai-juntai.
Mau difoto begini? Harus lompat dulu ya..
- Meminum tetesan air dari atap gua yang katanya bikin awet muda. Percaya nggak percaya, yang jelas airnya segar lho!
Coba meminum tetesan air gua
- Berfoto di atas batu yang sedikit menyembul di mulut gua. Kalau sedang pasang, batunya cuma muncul sedikit, membuat kita seolah-olah mengambang di atas air.
Berpose di atas batu di mulut gua
Seolah mengambang
- Berpose-pose ngambang dan membuat formasi. Air hijau gelapnya menambah eksotis!
Butuh sedikit usaha dan kekompakan untuk membuat foto seperti ini
Nggak perlu:
- Masuk terus ke dalam gua karena nggak kelihatan apa-apa juga di dalam. Empat kali ke sini, saya nggak pernah berniat berenang menyusur masuk ke bagian dalam gua yang gelap. Ada sedikit rasa penasaran, dan rasa penasaran itu terjawab sudah Oktober 2017 lalu. Di depan kami ada rombongan penyelam asing yang masuk menyusur ke dalam gua dengan masker dan snorkel serta senter. Begitu mereka kembali kami tanya, “Melihat apa di dalam?” Jawabannya, nggak ada apa-apa.
- Snorkeling. Saya pernah masuk ke sini dengan masker + snorkel, mencoba melihat ada apa di bawah air, ternyata nggak kelihatan yang cukup menarik. Jadi tahun-tahun selanjutnya saya ke sini, saya hanya mengajak rombongan untuk main air dan ngambang-ngambang cantik saja.
Info katanya:
Katanya ada danau (laguna) di sisi lain di luar gua yang bisa dieksplor. Tapi saya belum pernah diajak pemandu ke sana. Mungkin lain kali ya...
Baca juga “Udah ke Raja Ampat? Belum Sah Kalau Belum ke Misool (Bagian 1)” dan “Udah ke Raja Ampat? Belum Sah Kalau Belum ke Misool (Bagian 2)”