Candi Kembar Batu, bangunan induknya
Ada berapa sih jumlah candi di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi? 80-an lebih! Tapi yang sudah direstorasi baru 9-11 candi. PR-nya masih sangat panjang memang. Tapi Trippers tentunya nggak perlu menunggu sampai semua rampung dipugar baru berkunjung ke sini. 6 candi yang MyTrip kunjungi 21 Februari 2023 lalu sudah cukup mewakili, untuk saat ini. Pak Jokowi dalam kunjungannya ke Muaro Jambi pada 7 April 2022 hanya sempat mengunjungi satu candi saja. Apa saja 6 candi itu?
Baca juga: “Mari Mengenal Candi Muaro Jambi, Bukan Hanya Terluas, Tapi Juga Pusat Pendidikan Tertua”
1. CANDI ASTANO
Candi Astano
Strukturnya mengindikasikan dulunya ini adalah tempat kremasi. Astano sendiri artinya persemayaman para tokoh yang telah tiada. Candinya dikelilingi parit yang terhubung dengan jaringan air di dalam kawasan komplek candi. Makanya untuk mencapainya kita harus melewati jembatan kecil di atas parit. Di sekitarnya terhampar lapangan rumput dan pohon-pohon bungur. Sepi dan menyejukkan suasananya.
Suasana asri dan menyejukkan di Candi Astano
2. CANDI TINGGI
Ini candi utama yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke KCBN Muaro Jambi. Pada saat Waisak, biasanya Candi Tinggi-lah yang dipakai sebagai tempat penyelenggaran acara. Terdiri dari 1 bangunan induk dan 6 perwara serta pagar yang mengelilinginya. Perwara adalah pendamping bangunan induk atau candi kecil pelengkap dalam sebuah kompleks candi.
Candi Tinggi
Sayang, ketika MyTrip datang, Candi Tinggi sedang dalam penataan ulang. Untunglah Pak Sairin, supir bentor sekaligus pemandu kami, bisa memintakan izin agar kami tetap bisa mendekati candi ini, walapun tetap tidak bisa terlalu dekat. Lumayanlah, masih terlihat cukup jelas bentuk gapura candinya.
Candi Tinggi
Di sebelahnya ada Candi Gumpung yang juga sedang dalam penataan. Dua candi ini kelihatannya paling populer dan banyak dikunjungi karena ada deretan warung makan di sekitarnya. Saat itu banyak yang tutup karena MyTrip datang bukan saat wiken atau hari libur.
3. CANDI GUMPUNG
Candi Gumpung memiliki candi induk dan candi perwara. Gapura pintu masuk ke halaman candinya ada di sisi timur. Pembangunannya diperkirakan pada pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-10. Sayang, saat MyTrip datang candi ini sedang dalam masa penataan kembali, jadi kami tidak bisa masuk, hanya melihat dari kejauhan, dari halaman depan Candi Tinggi.
4. CANDI KEMBAR BATU
Candi Kembar Batu
Hanya berjarak sekitar 250 m di sebelah tenggara Candi Tinggi dan Candi Gumpung. Merupakan komplek candi yang dikelilingi pagar, terdiri dari candi induk, dan beberapa candi perwara. Ada satu struktur tak jauh di samping candi induk yang disinyalir adalah altar persembahan.
Altar persembahan di samping candi induk di Candi Kembar Batu
Candi induk di Candi Kembar Batu
Di bagian belakang ada stupa-stupa yang berdiri di atas tanah. Kata pemandu, mungkin stupa-stupa itu aslinya berada di atas candi induk.
Stupa-stupa di Candi Kembar Batu
Pemandu menunjukkan lubang-lubang berbentuk kotak di sisi luar dinding candi utama, katanya itu dulunya tempat tiang berdiri. Jadi candi induk itu aslinya punya atap.
Lubang-lubang tiang candi
5. CANDI KEDATON
Candi Kedaton artinya adalah candi kedatuan. Kalau dari jalan raya, Candi Kedaton ini posisinya paling luar. Dari jalan masuk yang ada jembatannya, untuk masuk ke komplek candi justru harus memutar ke belakang, di situlah letak gerbang masuk halaman candinya.
Jembatan, jalan masuk ke arah Candi Kedaton
Gerbang masuk Candi Kedaton, dilihat dari bagian luar
Gerbang masuk Candi Kedaton, dilihat dari bagian dalam
Dari semua candi yang MyTrip kunjungi, ini yang paling luas dan sangat berkesan karena banyak struktur-struktur menarik yang ditunjukkan pemandu lokal atau juru kunci (ini beda lagi dari supir bentor; kebetulan dia ada di lokasi, supir bentor mengarahkan kami pada bapak yang bernama Mursaliman ini).
Candi Kedaton, sangat luas
Pemandu mengantarkan kami melewati pintu di bagian kiri komplek candi untuk menuju sumur tua. Dia menggeser triplek yang memang dipakai untuk menutup sumur supaya tidak kejatuhan kotoran. Sumur ini baru ditemukan tahun 2011 oleh kelompok mahasiswa UI yang sedang melakukan penelitian. Dulunya terkubur dan tertutup sampah. Sumur tua ini dinding aslinya 5 meter ke bawah, terlihat susunan bau batanya lebih acak. Setelah direstorasi, ditambahkan 1 meter lagi ke atas, susunan batunya terlihat lebih rapi. Perhatikan diameter dinding sumur yang mengecil ke bawah, makin ke permukaan makin lebar. Didesain dengan unik dan sedetail ini untuk menghindari longsor. Bayangkan, sudah dibuat begitu dari dulu, daya pikirnya sudah maju.
Gerbang menuju sumur tua
Pemandu menggeser penutup sumur tua
Diameter sumur mengecil ke bawah
Petugas keamanan, Pak Mursalin, yang ikut menemani kami saat itu menimba air sumur, dan kami pun membasuh wajah dengan airnya. Bahkan kami meminumnya langsung. Segar! Menurut pemandu, Pak Jokowi saat berkunjung ke sini 7 April 2022 membawa 5 galon air sumur ini untuk dibawa ke IKN Nusantara di Kalimantan Timur.
Membasuh wajah dengan air dari sumur tua
Mendekat ke arah perwara, terdapat Batu Jam Matahari. Dulunya ada tiang kayu yang menancap di tengah batu. Bayangan tiang itulah yang menunjukkan posisi jam. Jam 12 tepat berarti tanpa bayangan.
Batu Jam Matahari
Di belakang perwara tentulah candi induknya. Bedanya candi induk di Candi Kedaton dari candi-candi induk lainnya di Muaro Jambi, ada ruangan yang bisa dimasuki. Situs atau struktur yang lain mayoritas masif, padat, nggak ada ruang di dalamnya. MyTrip pun dipersilakan masuk, melihat susunan batu-batu bata di dindingnya.
Candi induk
Ruangan di dalam candi induk
Perwara di Candi Kedaton
Selain Candi Tinggi, Candi Kedaton juga sering dipakai sebagai tempat peringatan Waisak. Hingga sekarang Candi Kedaton sering dikunjungi bhiksu dari berbagai negara. Para bhiksu itu biasanya bermeditasi di dalam ruangan candi induk.
Satu hal lagi yang nggak boleh terlewat, adalah pohon sialang. Letaknya di samping kiri perwara. Dulu hingga tahun 2000-an awal, banyak tawon bersarang di sini, jadi banyak menghasilkan madu. Sayang, sekarang sudah tidak lagi.
Pohon sialang
6. CANDI GEDONG DUA
Dari Candi Kedaton kita bisa lanjut ke Candi Gedong Dua, melewati Candi Parit Duku yang masih ditutupi pagar karena sedang dipugar. Di sebelahnya persis ada Candi Gedong Satu, yang saat MyTrip datang ditutup pagar karena sedang penataan. Lanjut terus dari situ bisa ketemu Candi Gumpung.
Candi Gedong Dua
Gapuranya sudah berhasil direkonstruksi, dengan pagar pendek di kiri-kananya. Kita bisa melangkah masuk melewati gapuranya. Lantas akan terlihat candi induk yang hanya berupa landasan saja.
Gapura Candi Gedong Dua
Di belakangnya lagi ada gundukan cukup besar. Bagi yang pernah mengunjungi Ramabhar Stupa di Kushinagar India yang merupakan salah satu situs ziarah Buddhis, pasti bakal mengenali gundukan ini mirip Ramabhar Stupa.
Gundukan mirip Ramabhar Stupa di Kushinagar India, ada di Candi Gedong Dua
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
- Candi-candi perwara yang bentuknya datar dan pendek tidak boleh diinjak apalagi dinaiki. Beberapa ada tanda larangannya, beberapa tidak. Jadi harap diperhatikan ya.
Perwara di Candi Kedaton
- Jagalah kebersihan lingkungan candi, jangan buang sampah sembarangan. Jarang ada tempat sampah, jadi bawalah sampahmu.
- Menerbangkan drone harus izin ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi.
- Tidak ada toilet di sekitar candi-candi. Kalau mau ke toilet silakan ke Pojok Kopi Dusun, satu-satunya kafe alam yang ada di KCBN Muaro Jambi.
- Cara mengeksplor KCBN Muaro Jambi silakan baca di sini.
Baca juga: “Panduan Lengkap & Terkini Eksplor Candi Muaro Jambi”