PUNAKHA DZONG, 1 DARI 3 TEMPAT WAJIB KUNJUNG DI BHUTAN 2019-11-21 00:00

 

Dalam kunjungan ke negeri Bhutan kita pasti akan mampir ke beberapa dzong alias benteng. Bangunan dzong ini mudah dikenali: dindingnya dominan berwarna putih dengan aksen oranye gelap atau merah bata di bagian dekat kusen jendela yang ukirannya khas, atapnya merah bata dengan pucuk-pucuk berwarna emas. Salah satu dzong yang sangat megah sekaligus paling Instagenik dan menyimpan sejarah penting yang pasti dikunjungi grup wisatawan yang ke Bhutan adalah Punakha Dzong di Distrik Punakha. Punakha Dzong termasuk 3 destinasi wajib kunjung di Bhutan selain Tiger’s Nest di Paro dan Dochula Pass.

 

SEJARAH PUNAKHA DZONG

Dzong artinya benteng. Selain sebagai pertahanan, juga berfungsi sebagai pusat administrasi pemerintahan distrik bersangkutan. Punakha Dzong yang terletak di pertemuan sungai Pho Chhu (ayah) dan Mo Chhu (ibu) di Punakha Valley ini malah pernah menjadi pusat pemerintahan Bhutan hingga tahun 1955, sebelum ibu kotanya dipindahkan ke Thimphu. Merupakan dzong tertua kedua dan terbesar kedua di Bhutan, serta dzong kedua yang dibangun di Bhutan.

 

Punakha Valley

 

Awal tahun 1326 sudah ada monastery kecil di lokasi ini yang bernama Dzong Chug, ada patung Buddha di dalamnya. Legenda Bhutan mengatakan Guru Padmasambhava (Guru Rinpoche) pernah meramalkan akan ada yang membangun dzong di lokasi tersebut. Tahun 1637, Zhabdrung Rinpoche pertama yang menyatukan Bhutan sebagai sebuah kerajaan, Zhabdrung Ngawang Namgyal, memulai pembangunan dzong seperti yang pernah diramalkan Guru Padmasambhava. Dalm setahun, tepatnya tahun 1638,  Pungthang Dechen Phodrang --nama asli Punakha Dzong, rampung. Artinya “Palace of Great Happiness”. Dzong ini dibangun tanpa paku, satu pun!

 

Baca juga: "Bhutan Overland From West To East"

 

BANGUNAN DAN ISI PUNAKHA DZONG

Punakha Dzong panjangnya 180 m dan lebarnya 72 m dan utse (menara utamanya) terdiri dari 6 lantai. Kubah emas di atas utse dibangun tahun 1676 oleh penguasa setempat, Gyaltsen Tenzin Rabgye. Beberapa ornamen ditambahkan antara tahun 1744 sampai 1763, seperti chenmo (great) thondrol, thangka raksasa (yang dilukisi atau dibordir dengan gambar-gambar religius) yang hanya bisa dilihat pengunjung umum sekali setahun saat Tshechu Festival. Atap kuningan dzong ini adalah hadiah dari Dalai Lama Ke-7, Kelzang Gyatso.

 

Dalam perjalanan waktu, dzong ini mengalami beberapa kali kebakaran, dan yang terakhir terjadi tahun 1986 sangat merusak, seperti juga gempa bumi hebat yang terjadi tahun 1897. Tahun 1994 juga terjadi ledakan glacial lake di Sungai Pho Chhu yang menyebabkan kerusakan pada dzong. Setelah itu dzong ini direnovasi.  

 

Menuju Dzong yang letaknya di seberang sungai, kita harus melintasi jembatan berwarna merah yang dinamai Bazam Bridge yang dibangun ulang tahun 2008 setelah jembatan asli yang dibangun abad ke-17 tersapu banjir tahun 1958.

 

Jembatan penghubungnya

 

Lalu masuk ke bangunan utama dzong kita harus mendaki anak tangga kayu yang cukup curam setinggi 7 m, tapi tenang saja, pegangan tangganya kokoh. Demi alasan pengamanan pada zaman dulu, anak tangga ini didesain untuk bisa diangkat, dan di belakangnya ada pintu kayu kokoh.

 

Di ruangan yang merupakan gerbang masuk ada beberapa roda doa warna emas serta mural yang menggambarkan 12 shio. Begitu melewati ruang gerbang masuk, kita akan mendapati halaman luas. Tiap dzong di dalamnya memang pasti ada halaman luasnya. Tapi Punakha Dzong unik, memiliki 3 halaman (dochey), bukan dua seperi dzong lainnya.

 

Halaman pertama di bagian utara memiliki fungsi administratif dan di sini terdapat Victory Chorten raksasa berwarna putih dan juga pohon bodhi.

 

Halaman pertama dan kedua dipisahkan oleh utse (menara). Halaman kedua fungsinya sebagai tempat upacara-upacara monastik (religi). Bhiksu-bhiksu tinggalnya di bangunan-bangunan di sekitar halaman kedua ini. Kita bisa melihat banyak bhiksu berjubah merah beraktivitas di sini. Di halaman ini terdapat 2 aula, salah satunya Phodrang Palace, digunakan saat Ugyen Wangchuck, yang akhirnya menjadi raja pertama, menerima Order of Knight Commander dari perwakilan Inggris tahun 1905. Beliau dinobatkan jadi raja pertama Bhutan di sini tahun 1907. Dan Punakha pun menjadi ibu kota Bhutan yang pertama.

 

Untuk masuk ke halaman ketiga, kita harus melewati pintu kecil di antara dua bangunan. Di halaman ketiga yang terletak paling selatan ini terdapat kuil utama yang menyimpan jenazah Pema Lingpa dan Zhabdrung Ngawang Namgyal. Zhabdrung meninggal di Punakha Dzong tahun 1651, dan jenazahnya masih disimpan di stupa emas di Machey Lhakhang yang dibangun ulang tahun 1995. Ruang penyimpanan peti jenazah ini nggak bisa dimasuki pengunjung. Hanya 2 lama penjaga, raja dan Je Khenpo (The Head of Bhutan Buddhism) yang boleh masuk. Di sini juga disimpan banyak relik-relik penting dan barang peninggalan Buddhisme, termasuk relik suci dari Silsilah Drukpa selatan dari aliran Kagyur Buddhisme Tibet.

 

Masih ada struktur menarik lagi yang bisa dilihat di Punakha Dzong, di ujung paling selatan, yakni kunrey, atau Hundred-Pillar Assembly Hall (persisnya hanya ada 54 pilar sih). Di dinding aulanya tergambar mural yang menggambarkan kehidupan Buddha. Kita juga bisa melihat patung Buddha yang terbuat dari emas padat, patung Guru Rinpoche dan Zhabdrung dari abad ke-18, juga beberapa panel emas di pilar-pilarnya, ukiran-ukiran kayu yang indah di jendela, pintu, dan pilar-pilar. Ini satu-satunya kuil yang terbuka bagi umum di area halaman ketiga ini. Dan banyak pengunjung yang terkagum-kagum di sini, oleh keindahan karya seni sekaligus nilai-nilai Buddhismenya.

 

Salah satu harta Bhutan yang berharga, Rangjung Kharsapani, yakni patung Chenresig (Avalokitesvara) disimpan di Tse Lhakhang di salah satu utse Punakha Dzong. Patung ini dibawa ke Bhutan dari Tibet oleh Zhabdrung Rinpoche pertama. Sayang tak bisa dilihat publik, tapi hanya dipamerkan ke para peziarah saat Tshechu Festival.

 

Baca juga: "12 Fakta Tentang Buddha Dordenma, Big Buddha di Bhutan"

 

YANG MEMBUAT PENAMPILANNYA MENARIK

Yang khas dari penampakan luar Punakha Dzong adalah adanya sungai besar dan jembatan penghubung di depannya. Juga deretan pohon jacaranda yang tumbuh di sekitar dzong, terutama di tepi sungai, yang bunganya ungu muda dan bermekaran di musim semi. Saat matahari terik pantulan bangunan putih bersih terpeta jelas di permukaan sungai. Perahu karet rafting juga kadang melintasi sungai di depan Punakha Dzong. Instagenik banget!

 

Deretan pohon jacaranda berbunga ungu di depan Punakha Dzong

 

Perahu rafting melintas

 

TEMPAT DIGELARNYA ACARA KERAJAAN

Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuk (raja ke-5, yang sekarang) dan istrinya yang amat cantik, Ratu Jetsun Pema, menikah di Punakha Dzong 13 Oktober 2011. Raja pertama juga dinobatkan di sini. Punakha Dzong memang dari dulu sering dipilih sebagai tempat penyelenggaraan acara-acara kerajaan.

 

CARA KE PUNAKHA

Punakha bisa ditempuh berkendara dari Paro sekitar 3,5 jam kalau nonstop. Tapi biasanya dari Paro turis mampir dulu di Dochula Pass dan Chimi Lhakhang. Kalau dari Kota Thimphu berkendara sekitar 2 jam ke Punakha.

 

Beragam tips dan info turis:

- Waktu terbaik: Dengan ketinggian 1.200 m, cuaca di Punakha moderate sepanjang tahun bahkan saat musim dingin pun relatif hangat dibanding tempat lain. Jadi Punakha Dzong dapat dikunjungi bulan apa pun. Tapi kalau mau paling nyaman, waktu terbaiknya Februari sampai April dan Oktober sampai Desember. Mulai Februari Punakha mulai sedikit menghangat, dan lagi Punakha Tshechu diadakan akhir Februari dan awal Maret. Sedangkan musim gugur Oktober-November kita bisa melihat Himalaya Range lebih jelas. Tidak direkomen tur ke Punakha saat musim panas karena terlalu lembab dan panas serta banyak hujan, serta puncak musim dingin karena terlalu berangin dan dingin.

 

- Jam buka: 08.30-17.00 (Juni, Juli, Agustus); 11.00-17:00 (November, Desember, Januari)
Tutup: 13.00-15.00 untuk istirahat makan siang.


- Aturan berpakaian: Harap mengenakan celana panjang atau rok panjang dan atasan lengan panjang. T-shirt is a big no no. Topi, hoodie atau kupluk harus dilepas saat masuk ke dzong, kecuali hijab tentu saja boleh.

 

- Tak boleh memotret begitu memasuki halaman ketiga, dan masuk ke kuilnya harus melepas alas kaki.

 

- Tersedia satu toilet berbayar di dalam area Punakha Dzong, tanya pada pemandu lokal Anda lokasi persisnya.

 

-  Rekomendasi durasi kunjungan: 2 jam

 

Teks: Mayawati NH Foto: Kinley Wangchuk, Tshering Dorji Bhap
Comment
Fpdvqeyp

Most of the seriously blood pressure medicines used in the usa injured who had not died for the time being lay helplessly on the ground, moaning, Waiting over the counter lower blood pressure pills for the arrival of death cialis 2007, Zarek and Muasher, 2011

2023-10-26