PANDUAN TREKKING DI GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN 2019-05-15 00:00

Gunung Api Purba Nglanggeran tampak dari jalan raya

 

Pasti sudah banyak yang tahu tempat satu ini. Tempat yang menjadi andalan Desa Wisata Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul DIY, yaitu Gunung Api Purba. Trippers perlu tahu, Gunung Api Purba di Nglanggeran telah ditetapkan sebagai salah satu anggota Geopark Gunung Sewu oleh UNESCO, bersama Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan.

 

Gunung yang tersusun oleh material vulkanik tua dan membentuk pegunungan batu raksasa ini juga merupakan 1 dari 3 gunung purba di Pulau Jawa Dua lainnya yakni Gunung Api Purba di Kebumen Provinsi Jawa Tengah dan Gunung Api Purba Kaldera Pasir Tengger di Provinsi Jawa Timur. Meskipun saat ini Gunung Api Purba sudah tidak aktif, namun disebutkan pernah aktif sekitar 60 hingga 70 juta tahun silam.

 

Sebelum menuju puncaknya, Trippers perlu tahu urutan trekkingnya. Berikut panduannya:

1. Di awal trekking, Trippers akan menaiki anak tangga permanen dengan melewati Pendopo Joglo Kalisongo. Trek mulai menanjak dan melewati sebuah spot yang bernama Song Gudel. Spot ini sebenarnya hanyalah lorong buntu beratap bongkahan batu raksasa. Perjalanan pun semakin menanjak dan anak tangga permanen berangsur berganti menjadi jalan tanah berbatu.

 

Spot Song Gudel

 

2. Di jalur berikutnya Trippers akan melalui lorong sempit bernama Lorong Sumpitan. Saking kecilnya, lorong ini hanya bisa dilewati secara bergantian. Sebenarnya ada 2 buah lorong sumpitan. Kalau lorong yang ini dilengkapi juga dengan tangga kayu dan mempunyai ciri khas berupa batu menggantung yang terjepit di antara lorong.

 

Lorong Sumpitan pertama

 

3. Setelah berhasil melalui Lorong Sumpitan pertama, tibalah di Gunung Bagong. Gunung ini memiliki dataran yang cukup luas dan memiliki panorama yang bagus. Dari tanah lapang tampak gugusan batuan cadas berselimut tumbuhan hijau. Biasanya banyak pengunjung menyempatkan waktu untuk beristirahat di tempat ini.

 

4. Lorong Sumpitan kedua adalah spot yang harus dilewati berikutnya. Hampir serupa dengan Lorong Sumpitan pertama, yang membedakan hanya di lorong ini tidak tersedia tangga berkayu melainkan tangga dari bebatuan yang tersusun cukup rapi.

 

Lorong Sumpitan kedua

 

5. Sebelum mencapai puncak, Trippers akan melewati jalan tanah yang cukup landai dan di sekelilingnya banyak pepohonan tinggi. Jalan setapak ini adalah trek terakhir sebelum mencapai puncak Gunung Api Purba Nglanggeran.

 

6. Akhirnya sampai juga di puncak. Titik tertinggi Gunung Api Purba dinamai Gunung Gedhe dan memiliki ketinggian 700 mdpl. Untuk mencapainya, sudah disediakan tangga dari kayu yang cukup kuat sebagai pijakan. Dari puncak terlihat keseluruhan panorama alam yang sangat menakjubkan. 

 

Menikmati pemandangan di Puncak Gunung Api Purba Nglanggeran

 

Berdiri di atas ketinggian, batuan purba seolah tampak jelas di depan mata. Panorama semakin sempurna dengan terlihatnya Embung Nglanggeran dari kejauhan. Puncak ini merupakan lokasi favorit bagi pengunjung untuk berkemah sekaligus menunggu momen sunrise maupun sunset

 

Baca juga: "Gunung Mutis, Nuansa The Hobbit Nan Mistis"

 

Total waktu yang dibutuhkan normalnya berkisar 1 jam, namun bagi para pendaki tentunya bisa lebih cepat. Perlu diketahui juga bahwa di Gunung Api Purba Nglanggeran terdapat 5 gardu pandang sebagai perwakilan dari tiap-tiap pos. Sementara keseluruhan jalan yang dilewati berupa anak tangga permanen, anak tangga dari susunan batu, jalan tanah landai, jalan dengan bantuan tali dan anak tangga dari kayu.  

 

Gunung Api Purba terletak di Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat ini bisa diakses melalui Bandara Adi Sucipto Yogyakarta dengan jarak sekitar 20 km atau butuh waktu kurang lebih 45 menit. Tiket masuk untuk wisatawan domestik Rp15.000 (siang) dan Rp20.000 (malam), sementara untuk wisman Rp30.000 (siang malam). Dalam hal fasilitas sudah tersedia warung makan, tempat istirahat, mushola dan kamar mandi.

 

Artikel lengkap tentang Nglanggeran ada di MyTrip vol 37/Apr-Mei 2019.

 

Teks: Arief Nurdiyansah Foto: Arief Nurdiyansah & Clara Soca Atisomya
Comment