PANDEMI MENGUBAH PREFERENSI WISATAWAN, DAN ORANG AMERIKA MAUPUN PRANCIS KINI SEDANG RINDU BALI 2020-11-27 11:15

Bali, dirindukan warga Amerika dan Prancis

 

Pandemi Covid-19 mengubah preferensi dan perilaku para wisatawan di seluruh dunia. Inilah yang disoroti Ir. Irfan Setiaputra, CEO Garuda Indonesia pada webinar tanggal 26 November 2020 yang diselenggarakan oleh Universitas Prasetiya Mulya dan Touress didukung Garuda Indonesia dengan judul “Unlocking New Opportunities in Domestic Tourism”.

 

Dari hasil riset yang dilakukan oleh Garuda Indonesia antara bulan Mei-Juni 2020, terungkap beberapa fakta yang menarik maupun mengejutkan. Pertama, terdapat 70% responden yang tetap ingin terbang tapi mayoritas memutuskan menundanya minimal sampai 6 bulan karena tidak yakin aman dari paparan virus Covid-19 di pesawat dan di tempat tujuan. Sebaliknya mereka juga khawatir akan mencemari tempat yang mereka datangi tanpa mereka sadari. 30% lagi menyatakan tidak mau terbang.

 

Baca juga: “Harus Lakukan Apa untuk Mempercepat Pemulihan Pariwisata? Crisis Management, Sosialisasi dan Sertifikasi CHSE Secepatnya

 

Kedua, terjadi pergeseran mengenai preferensi. Dulu sebelum pandemi kalau mau pergi dan mencari maskapai apa yang akan dipilih, pencarian berdasarkan jadwal yang paling pas, kedua baru harga. Jadi maskapai apa pun OK sejauh jadwal dan harga cocok. Tapi setelah pandemi semua berubah. 79% memastikan akan memilih maskapai yang concern dengan protokol kesehatan, yang punya komitmen dengan kesehatan penumpangnya.

 

Baca juga: "Di Indonesia Aja, Terbang Aman Bersama Garuda Indonesia"

 

Menurut Irfan, begitupun dengan daerah atau atraksi wisata. Daerah yang tidak pernah atau kurang gencar mendeklarasikan soal kesiapan mereka melaksanakan protokol kesehatan tidak akan menjadi pilihan utama saat ini. Yang paling awal siap adalah Banyuwangi. Bupatinya sangat gencar menunjukkan dan memastikan daerahnya sudah siap menjalankan protokol. Mendapati fakta ini, Garuda Indoenesia pun mengganti pesawat yang lebih besar untuk rute ke Banyuwangi. Setelah Banyuwangi, nomor dua barulah Bali.

 

Kawah Ijen, salah satu wisata andalan Banyuwangi

 

Tujuan seseorang terbang atau bepergian di saat seperti sekarang 52% untuk bisnis, 43% untuk mengunjungi keluarga, baru sisanya untuk leisure. Jadi mayoritas yang memutuskan terbang saat ini karena harus terbang, bukan karena mau terbang. Karena tugas kantor, harus mendatangi kantor cabang atau kebun atau tambang yang dikelolanya. Kunjungan keluarga pun yang darurat seperti orangtua sakit di kampung, anggota keluarga ada yang meninggal. Tapi bulan Oktober dan November 2020 yang terbang untuk liburan, reuni, bertemu keluarga atau teman (yang bukan dalam kondisi harus), atau bahkan gowes bersama sudah mulai banyak.

 

Baca juga: “Di Indonesia Aja. Kembali ke Bali

 

Jadi ditegaskan Irfan, menjadi sangat penting saat ini kita memahami maunya wisatawan. Itulah kenapa Garuda mencoba melakukan pendekatan untuk memahami apa alasan orang terbang, dan saat ini fokusnya adalah kesehatan. “Jadi kami lebih memfokuskan diri untuk penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment), daripada kampanye destinasi baru. Total berubah cara kampanye kami. Akhirnya terciptalah tagline baru Garuda yakni #BecauseYouMatter,” paparnya.

 

Garuda menerapkan CHSE

 

Salah satu fakta menarik yang diungkap Irfan adalah banyaknya warga Amerika dalam beberapa waktu belakangan ini yang aktif men-search Bali di mesin pencarian Google, jauh lebih banyak dari warga Australia. Tapi sayangnya, nggak ada satu pun pesawat kita terbang ke US. MyTrip mencoba menelusuri soal ini, dan menemukan hasil “Top Travel Trends for 2021” dari Expedia yang ditampilkan www.traveloffpath.com, Bali menduduki urutan ke-20 dari daftar destinasi yang paling banyak dicari orang Amerika; dan hanya Bali dan Maldives (urutan ke-11) yang merupakan destinasi di Asia, sisanya tempat-tempat di negara Amerika sendiri ataupun benua Amerika.

 

Bali tetap favorit

 

Dan selain orang Amerika, ternyata warga Prancis juga yang ditemukan sangat aktif men-search Bali. Memang sebelum pandemi tercatat 300.000-an warga Prancis yang liburan di Bali tahun 2019. Dan berita bagusnya adalah warga US dan Prancis termasuk wisatawan berkualitas yang spend more dan stay longer. Wisatawan Prancis biasa menghabiskan waktu di Bali 2 mingguan. Bandingkan dengan warga China yang rata-rata hanya 3 hari. Tapi secara jumlah warga China sangat banyak.

 

Bali memang tetap paling populer baik di kalangan wisatawan mancanegara maupun domestik. Menyusul kedua yakni Labuan Bajo dengan andalannya Taman Nasional Komodo. Ke dua tempat ini, orang mau balik dan balik lagi salah satunya bukan hanya karena keindahannya tapi yang juga penting adalah adanya infrastruktur yang bagus.

 

Labuan Bajo juga favorit

 

Pandemi di sisi lain juga menciptakan peluang yang mestinya bisa sama-sama kita lihat. Harus segera merespons perubahan perilaku wisatawan terutama yang berkaitan dengan rasa aman bahwa kesehatan mereka terlindungi dan diutamakan. Yakinkan bahwa kita menerapkan protokol kesehatan dengan serius. Satu hal lagi dalam kondisi begini, pelaku wisata tidak bisa hanya menunggu orang datang, harus menghampiri atau menjemput.

 

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Dammer Saragih, Mayawati NH, Raiyani Muharramah
Comment