Bicara wisata air terjun di PulauTimor Provinsi Nusa Tenggara Timur, Air Terjun Mauhalek memang kalah populer dibandingkan Air Terjun Oenesu dan Oehala. Tapi air terjun yang berada di Dusun Fatumuti Desa Raiulun Kecamatan Lasiolat Kabupaten Belu ini punya daya tarik tersendiri.
Meskipun berbeda kecamatan dengan Fulan Fehan yang juga berada di Kabupaten Belu, tapi biasanya orang lanjut ke Air Terjun Mauhalek setelah dari Fulan Fehan. Memang nggak deket-deket amat, butuh sekitar 40 menit berkendara dari Fulan Fehan. Pemandangan di sepanjang jalan sungguh memanjakan mata dengan lembah-lembah dan bukit-bukit. Sedangkan kalau langsung dari Kota Atambua (ibu kota Kabupaten Belu) sekitar 1 jam berkendara.
Baca juga: "Tak Ada Linangan Air Mata di Perbatasan"
Jangan bayangkan sulit mencapai air terjun ini. Justru gampang banget! Dari lokasi parkir kita hanya cukup menuruni anak tangga yang sudah dibuat rapi oleh pengelola selama 5 menit! Ada pegangan besinya juga.
Sudah ada tangga rapi untuk mencapai air terjun
Baru setengah jalan turun, air terjunnya sudah terlihat. Karakternya mirip dengan Air Terjun Oenesu maupun Oehala, dinding batunya coklat kekuningan yang di beberapa bagiannya ditumbuhi lumut, dan berundak-undak. Bedanya, tiap undakan di Oenesu dan Oehala lebih pendek tapi banyak, dan kita bisa berjalan di sampingnya, mengeksplor undakan demi undakan. Kalau Mauhalek ini undakan utamanya lebih tinggi, mungkin sekitar 15 meter. Tapi undakan di atasnya tak terlalu kelihatan.
Kolam alami yang terbentuk di bawahnya sangat dangkal. Cuma semata kaki atau sedalam-dalamnya sebetis saja. Jadi nggak cocok buat berenang. Kalau mau basah-basahan ya menyender saja di dinding air terjun dan nikmati curahannya. Untuk ganti baju tersedia 2 toilet di dekat lokasi parkir.
Di sisi kanan tebing air terjunnya ada ceruk yang cukup besar untuk dimasuki. Kita bisa melompat masuk ke situ tanpa kena basah, asal lincah, haha. O ya, di depan air terjun ada beberapa onggokan batu besar yang bisa jadi tempat buat berfoto.
Ada ceruk di sisi kanan
Nah kalau sudah puas main air terjun dan berfoto, naik lagi kembali ke lokasi parkir, jangan langsung pulang. Karena di lokasi parkir ini ada spot foto kekinian, macam di Kalibiru Yogyakarta itu lho. Ada platform kayu di pohon dengan latar lembah dan pegunungan. Bayar Rp2.000 per orang untuk berfoto di sini.
Spot foto, bayar Rp2.000
Spot foto kekinian
O ya, saat MyTrip dan rombongan ke sini, pas datang nggak diminta bayar tiket masuk. Diminta bayarnya pas mau pulang, untuk 4 mobil Rp55.000. Entah itungannya bagaimana itu. Mungkin satu mobil Rp15.000 tapi didiskon. Atau satu mobil Rp10.000 plus per orang Rp1.000 (kami total 15 orang di luar supir).
Menurut keterangan, Air Terjun Mauhalek meskipun kadang curahan airnya nggak banyak, tapi juga nggak pernah kering. Mata airnya berasal dari Fulan Fehan.
MENIKMATI CAHAYA SENJA DI PERJALANAN PULANG
Ada beberapa jalur pulang dari Air Terjun Mauhalek ke Atambua. Kami memilih jalur melalui Kampung Lahurus. Dan ini adalah pilihan tepat karena ada satu spot di turunan yang tepat mengarah ke matahari yang hendak pamit dari muka bumi. Berfoto-foto di situ bagus banget deh warna senjanya.